logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 Masa lalu Mama

Enam belas tahun yang lalu,waktu itu Erna masih duduk di bangku kelas tiga SMA. Dia terkenal sebagai gadis yang pandai bergaul,cantik,dan sedikit galak.
Namun dibalik sifat cueknya dia bisa menempatkan diri dengan siapapun dia bergaul. Istilahnya bisa beradaptasi.
Makanya Erna punya banyak teman,selain dengan teman-teman satu sekolah. Terutama anak-anak yang punya hobby sama,naik gunung.
Suatu hari ketika mereka sedang asyik berpetualang menaiki puncak gunung yang ada di pinggiran kota Bandung,mereka bertemu dengan rombongan anak-anak mahasiswa dari Jakarta. Salah satu dari mereka ada yang cidera,kakinya tersangkut akar pohon dan jatuh hampir masuk jurang.
Rombongan Erna dengan sigap menolongnya dan membawa mereka ke pemukiman penduduk di sekitar gunung.
"Kalian baru pertama ya datang kesini?" tanya Zainuddin,ketua rombongan Erna.
" Iya betul,kami baru pertama kesini. Apalagi Eki emang baru pertama ikut hikking," jawab Rio,salah satu rombongan mahasiswa. Eki adalah teman mereka yang cidera.
" O ya kenalin dulu,kami asli orang Bandung tapi bukan dari daerah sini. Tempat kami masih jauh,ke kota nya. Ini Lia,Arif,Dewi,Erna,Lucky, Edi,Wawan,Agus,Ony dan saya sendiri Zainuddin...biasa dipanggil Zay," kata Zay sambil memperkenalkan teman-temannya.
Mereka bersalaman satu sama lain. Rombongan mahasiswa itu terdiri dari lima orang,semuanya laki-laki. Willy,Eki,Septian,Ucok dan Jordan.
"Jo..." kata Jordan ketika bersalaman dengan Erna.
Pemuda itu menarik perhatian Erna. Wajahnya yang tampan disertai lesung pipi dikiri kanan,membuat senyumnya manis sekali.
"Kalian kuliah atau...?" tanya Septian yang sedari tadi jadi juru bicara rombongan.
"Kami masih SMA,kak. Tapi sekolah kami berlainan," jawab Zay.
"Jadi gimana ni,kita pasang tenda atau nginep di perkampungan?" tanya Jordan kepada Septian.
"Kita cari dulu tukang urut,kalau memungkinkan kita kemah...lanjut. Tapi kalau cidera nya si Eki parah, terpaksa nginep di kampung," jawab Septian.
Akhirnya mereka turun lagi ke pemukiman warga untuk mencari tukang urut. Dibantu rombongan Zay.
Sesampainya di kampung,dan mendapatkan tukang urut, ternyata ada beberapa urat di kaki Eki yang harus mendapatkan penanganan serius. Belum lagi tulang mata kakinya agak retak. Jadi tidak memungkinkan mereka untuk melanjutkan pendakian.
" Kalau kalian bersikeras ingin berkemah,kalian bisa pasang tenda di kaki gunung. Gak jauh dari sini. Sementara teman kalian yang sakit biar dirawat disini," kata mang Darma,tukang urut.
"Iya,bang...kami bisa menemani abang-abang untuk berkemah. Disana juga banyak yang pasang tenda," Zay menimpali.
"Waduh,gak enak donk kalian jadi ikutan gagal mendaki," kata Septian.
"Gapapa,bang. Kami udah sering kesini,kok. Lain kali aja kita mendaki nya," Erna yang menimpali percakapan.
Akhirnya mereka sepakat untuk mendirikan tenda di dekat perkampungan. Jadi bisa dengan mudah bergantian menengok Eki yang dirawat di rumah mang Darma. Lelaki setengah baya itu memang sudah terkenal ahli pijat. Pasiennya kebanyakan dari para pendaki yang mengalami cidera. Selain itu juga banyak pasien dari luar kampung yang berobat ke tempat mang Darma. Nama mang Darma sudah tidak asing bagi orang-orang di sekitar tempat pendakian sampai ke daerah lain kecamatan.
Jarak tempat berkemah dengan hanya sekitar 200 meter.
"Sekarang gimana,kita besok kita langsung pulang atau lanjut mendaki?" tanya Septian kepada tim nya.
Jordan memandang rombongan Erna seolah meminta jawaban.
"Kalau kami besok lanjut naik,bang. Sorenya baru kami pulang," Jawab Zay.
"Gimana...mumpung kita ada kawan naik. Lanjut atau pulang?" tanya Septian lagi.
Ketiga kawannya serempak menjawab...Lanjut.
Akhirnya mereka sepakat untuk melanjutkan pendakian esok harinya. Dalam pendakian,Jordan selalu berdekatan dengan Erna. Gadis itu menarik hatinya. Selain penampilan nya yang cuek,jahil,bicaranya pun ceplas ceplos membuat suasana pendakian tidak terasa berat karena Erna selalu membuat lelucon .
Ketika Dewi hendak minum dari botolnya,baru saja botol itu menempel di bibirnya Erna merebutnya.
" Bagi donk!" katanya.
Kontan saja Dewi sewot digoda seperti itu. Lain lagi,waktu mereka berhenti sejenak untuk memilih jalan pendakian, diam-diam Erna menyimpulkan tali sepatu Arif dan Lia. Begitu hendak berjalan keduanya sulit untuk melangkah. Semua tertawa melihat kejadian itu.
"Cakep-cakep jahil" gerutu Ucok.
"Kalau gak jahil gak cakep,bang," tukas Erna.
Ucok geleng-geleng kepala dijawab seperti itu.
"Jangan heran bang,dia emg tukang usil. Makanya gak ada cowok yang mau sama dia," kata Zay.
" Iya,cuma Lo aja yang berani naksir gua," celetuk Erna lagi.
Wajah Zay memerah seketika,tapi kemudian dia sadar kalau Erna hanya bergurau. Kebiasaan asal nyeletuk.
"Mulutnya pedes juga," gerutu Zay sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
"Cabe lagi mahal,mending dengerin ocehan gua...dijamin pedes level lima," jawab Erna lagi.
Jordan tersenyum mendengar ocehan gadis itu. Biasanya cewek jutek macam gini,hatinya baik. Gumam Jo dalam hati. Kesan pertama Jo terhadap Erna,gadis itu menarik. Wajahnya pun lumayan cantik,hanya saja belum bisa merawat diri. Justru kesederhanaan itulah yang disukai Jo.
Sejak dari pertemuan itu,Jo dan Erna sering berkomunikasi lewat ponsel. Kala itu WhatsApp belum populer, aplikasi chatting mereka masih BBM atau BlackBerry Messenger. Semakin lama hubungan mereka semakin dekat. Jo sering datang ke Bandung untuk menemui Erna. Lambat laun cinta diantara keduanya mulai bersemi. Jo yang pendiam dan sering mengalah,sangat kontras dengan Erna yang ceria dan keras kepala. Mereka saling mengisi satu sama lain.
Namun hubungan mereka tidak direstui orangtua kedua belah pihak. Selain status ekonomi yang bertolakbelakang, keyakinan merekapun berbeda. Orang tua Jordan adalah pengusaha besar di kota asalnya. Sedangkan Erna hanya anak pertama dari orang biasa.Ayahnya sopir bis antar kota. Sedangkan ibunya karyawan pabrik tekstil.
Mereka menjalin hubungan secara diam-diam. Tanpa sepengetahuan orangtuanya.
"Ayah gak mau anak itu datang ke rumah ini. Ayah dan ibu gak suka kamu pacaran sama anak yang keyakinannya berbeda. Keluarga kita sangat taat beragama,apa kata mereka jika tau kamu berhubungan dengan orang yang gak sepaham sama kita!" Kata ayahnya saat itu.
"Masalah keyakinan itu hak kami,yah. Aq gak mau maksa atau dipaksa pindah keyakinan. Tapi kami juga saling mencintai. Kami punya hak untuk itu," bantah Erna.
"Pokoknya ayah sama ibu gak setuju. Jauhi dia atau kamu gak diakui di keluarga ini!" tegas ayah Erna.
Mendapat larangan seperti itu,Erna yang pemberontak bukannya takut. Dia malah nekad keluar dari rumah dan memilih kost di dekat sekolahnya. Semua biaya hidupnya ditanggung Jordan yang anak orang kaya. Orangtuanya sangat murka. Erna benar-benar diusir dan tidak diakui sebagai anak lagi.
Sementara orang tua Jordan belum tahu hubungan sepasang remaja itu. Kalau mereka tahu,pasti merekapun akan sama seperti orang tua Erna.
Sekarang Erna sudah lepas dari pengawasan orang tua. Jordan merasa bebas untuk bertemu Erna kapanpun dia mau. Kedua insan itu saling mencintai dengan membabi buta. Sampai akhirnya Erna hamil. Disitulah malapetaka datang.
Semula mereka menyangka dengan kehamilan Erna,jalan untuk mereka bersatu akan berjalan mulus. Mau tidak mau orang tua harus menerima cinta mereka. Tapi dugaan mereka salah. Ayah dan ibu Erna lebih baik kehilangan anaknya daripada harus menikahkan mereka.
Dan merekapun akhirnya memilih menikah tanpa persetujuan orangtuanya. Erna dan Jordan menikah di kantor catatan sipil dengan disaksikan teman-teman dekat mereka saja.
Saat itu kehamilan Erna masih belum terlihat dan teman-temannya menjaga rahasia di sekolah. Sehingga Erna bisa mengikuti Ujian Akhir Sekolah sampai dia lulus dan mendapatkan ijasah.

Komentar Buku (320)

  • avatar
    Amir Pandai

    mantap

    28d

      0
  • avatar
    Agung Mardhotilah

    bismillah

    19/07

      0
  • avatar
    nurulsyahirah

    ✨✨✨✨✨✨

    02/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru