logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 4 Terbongkarnya Jati Diri Adelia

Sampai dirumah Adel sudah pukul 18.30. Reno mengantar mereka hanya sampai jalan besar menuju gang rumah. Ocha sengaja mengantar Adel supaya bisa mengemukakan alasan mereka terlambat pulang.
"Maaf Om,Tante,Adel pulang terlambat. Tadi kan tim kita menang jadi kami berkumpul dulu di rumah teman untuk merayakannya" kata Ocha.
"Iya gapapa,lain kali kalo ada telat pulang kasih kabar," kata Dony,nada suaranya dibuat-buat.
"Maaf Yah batereku low bat,gak sempat kasih tau," sela Adel. Dia merasa ayahnya sedang menahan amarah didepan sahabatnya.
"Ya udah mandi sana,ini udah mau malam!" Erna cepat-cepat menengahi.
"Oke Om, Tante saya permisi dulu!" pamit Ocha.
"Makasih ya udah dianterin" jawab Dony.
Setelah Ocha pergi,wajah Dony yang tadi pura-pura ramah berubah seperti biasanya.
"Bagus,udah bisa keluyuran bebas ya. Pesta pora ngerayain apa itu. Kamu mau jadi anak liar sekarang?" hardik Dony.
"Gak ada yang pesta pora,kami hanya syukuran biasa" bantah Adel.
"Owh...udah pinter jawab! Ini! Anakmu udah pinter ngelawan,pasti lu yang ajarin" mata Dony melotot ke arah Erna.
Erna terunduk ketakutan. Sudah terbayang sebentar lagi tangan kasar suaminya akan mendarat dipipinya.
Melihat gelagat seperti itu,Adel segera menarik ibunya menjauhi ayahnya.
"Maaf yah,Adel yang salah" jawab Adel sambil menundukkan kepalanya.
Terdengar gemeletuk gigi Dony pertanda dia marah. Adel sudah muak dengan kelakuan ayahnya. Betapa seringnya sang ayah melakukan kekerasan dirumah ini. Kalau terus dibiarkan Adel takut terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Ditatapnya mata ayahnya dengan sorot tajam. Tatapan mata Adel membuat amarah Dony tak terbendung lagi.
"Anak kurang ajar,berani melototin orang tua" hardiknya sambil melayangkan tangan ke wajah Adel. Adel segera mengelak.
"Kelakuan ayah udah keterlaluan,setiap hari marah terus. Kami ini manusia,bukan binatang," suara Adel serak menahan tangis.
Wajah Dony seketika merah padam. Tangannya mengepal membuat suatu bentuk tinju yang kuat. Melihat kejadian didepan matanya Erna langsung menjerit histeris.
"Sudah,sudah...ini sudah malam. Hentikan keributan ini,malu sama tetangga,"
"Pukul aku,ayo..ayah beraninya cuma sama anak istri kan?" teriak Adel pula.
"Anak setan,kuhajar lu,"Doni menerobos hendak meninju Adel,tapi Erna segera menarik tangannya. Mendapat perlawanan yang tak pernah disangkanya, membuat Dony semakin kalap. Didorongnya Erna sampai terjatuh.
"Ayah jahat,kalau aku anak setan lalu ayah apa? Bukankah aku anakmu?" Adel pun sangat marah melihat ibunya jatuh tersungkur.
Evan yang sejak tadi berdiri disudut ruang tamu,menangis ketakutan. Dipeluknya sang ibu.
"Mama..." hanya itu yang terucap dari bibirnya.
"Lu anak setan,bukan anak gua. Bapak lu yang setan,gak ada tanggung jawab. Gua yang harus kena bala gara-gara ngurusin anak setan kayak lu" teriak Dony.
Seketika bagai hantaman petir ribuan kilowatt menyambar muka Adel. Bukan anak gua,kata ayah. Bapak lu gak tanggung jawab. Tinju ayahnya tak seberapa sakit dibanding ucapan yang terlontar dari mulut Dony.
Adel memandang nanar ke arah ibunya,lalu ke arah Dony, laki-laki yang selama ini dipanggilnya ayah.
"Mama... benarkah yang dikatakan ayah?" tanya Adel pada ibunya.
Erna tidak mampu menjawab,tangisnya semakin menjadi. Dony menyadari kalau ucapannya sudah keceplosan,langsung pergi meninggalkan mereka setelah membanting pintu dengan keras.
"Mama,jawab...benarkah Adel bukan anak ayah Dony?" desak Adel lagi.
Adel tak peduli dengan tangis ibunya,dia hanya ingin jawaban dari mulut ibunya langsung. Tapi usahanya sia-sia,Erna tetap menangis sambil memeluk Evan.
Tak ada jawaban dari mulut mama. Adel berdiri lemas dengan pikiran kacau. Perlahan dia menjauh dari ibu dan adiknya, kemudian dia berjalan keluar rumah.
"Adel,mau kemana?" teriak ibunya.
Adel tidak menjawab. Bahkan ketika Evan berlari menyusulnya untuk menahannya,Adel menghempaskan tangan adik tercintanya.
"Kak,jangan pergi..kasian mama" rengek Evan
Adel sudah tidak peduli dengan rengekan adiknya. Diapun tak peduli dengan tangis ibunya. Perkataan Dony benar-benar membuatnya sangat terpukul. Jadi Dony bukan ayahnya. Lalu siapa ayahku,pikir Adel. Dia bingung harus kemana mencari jawaban pertanyaan itu. Mama udah gak bisa diajak ngomong. Adel terus berjalan tak tentu arah kemana dia akan pergi.
Tiba-tiba tas di punggungnya bergetar dan berdering. Tadi Adel memang belum sempat meletakkan tasnya,apalagi mandi dan berganti pakaian. Baru sampai diruang tamu,ayahnya sudah marah. Dering telpon terus berbunyi,dengan perasaan kosong Adel keluarkan ponselnya. Reno memanggil.
Adel mengangkat ponselnya dan menempelkan ditelinganya.
"Hallo Del,gimana...kamu dimarahin orang tuamu gak?" tanya Reno setelah tersambung telponnya.
Adel diam,bingung harus jawab apa. Air matanya berderai memenuhi pipinya yang ranum.
"Del,kok diem aja. Ada apa,kamu dipukul ayahmu lagi?" Reno mulai cemas.
Hanya terdengar Isak tangis Adel yang memilukan. Reno benar-benar kebingungan,tapi dia hanya menunggu tangis Adel reda.
"Kak,aku pergi dari rumah.." akhirnya Adel bicara.
"Pergi? pergi kemana?" tanya Reno kaget.
"Aku...aku..gak..tau.." tangis Adel.
"Oke, sekarang posisi kamu dimana?" tanya Reno.
Adel menyebutkan posisi dia sekarang sedang ada di taman kota,dekat alun-alun.
Begitu sudah jelas dimana Adel,Reno langsung mengambil kunci mobilnya.
"Kamu tetap disitu,aku kesitu...tunggu aku!" lalu Reno menutup telponnya.
Dia segera menemui ibunya yang sedang asyik bekerja didepan laptop.
"Mami,Reno pamit keluar sebentar ya," kata Reno sambil membetulkan jaketnya.
"Kamu mau kemana malam-malam begini?" tanya ibunya.
"Ada teman yang butuh bantuan Reno,mi. Gak lama kok!" jawab Reno.
"Ya udah, hati-hati! jangan pulang larut malam" pesan ibunya. Mami sudah hafal watak anak tunggalnya,dia tidak akan tinggal diam kalau ada temannya yang kesusahan. Orang tua Reno memang selalu mengajarkan anaknya untuk peduli kepada siapapun yang membutuhkan bantuan.
Setelah mencium tangan dan pipi ibunya,Reno bergegas ke garasi. Papinya sedang menyaksikan pak Dirman,supir pribadi yang tengah mencuci mobil.
"Pi,Reno keluar bentar ya. Ada temen yang lagi butuh bantuan" pamit Reno.
"Ya, hati-hati. Kalau ada apa-apa,kabarin papi!" jawab papinya.
Reno masuk kedalam mobil Honda Yaris hitam miliknya. Dengan hati-hati dia keluarkan mobil dari garasi.
"Jangan ngebut,anak muda!" pesan ayahnya sebelum Reno menutup pintu garasi.
Hampir pukul sembilan ketika Reno sampai di taman yang disebutkan Adel. Matanya mengitari setiap sudut taman mencari Adel. Gadis itu sedang duduk sambil menangis disebuah bangku yang agak jauh dari lampu taman. Reno menghampirinya.
"Adel," sapa Reno.
Adel bergeser membalikan kepalanya kearah suara yang memanggilnya.
"Kak, akhirnya kamu datang. Makasih ya!" suara Adel sudah parau karena menangis terus.
"Ada apa,kenapa kamu pergi dari rumah?" tanya Reno setelah duduk disebelah Adel.
Dengan terbata-bata Adel menceritakan kejadian tadi sepulang dari rumah Aldi. Reno sangat merasa prihatin dengan cerita Adel. Hatinya tak tega melihat Adel masih memakai baju basket yang sejak siang menempel ditubuh gadis itu.
"Kamu gak bawa baju ganti. Dari tadi bajumu masih yang itu.... berarti kamu belum sempat ngapa-ngapain dirumah" kata Reno.
Adel hanya menggelengkan kepalanya. Duh,gadis yang sangat disukainya harus menderita seperti ini. Reno sungguh sedih melihat keadaan Adel.
Bersambung

Komentar Buku (320)

  • avatar
    Amir Pandai

    mantap

    28d

      0
  • avatar
    Agung Mardhotilah

    bismillah

    19/07

      0
  • avatar
    nurulsyahirah

    ✨✨✨✨✨✨

    02/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru