logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 Mencoba Waktu luang Tanpanya

"Tenang besok kita masih bisa bertemu. Tolong jangan rindu ya. Saya takut merasakan hal yang sama."
Baru kemarin dia mengingatkanku untuk tidak merindukannya hari ini aku sudah tidak bisa menahan rindu yang selalu menari dalam diriku. Rindu yang sudah mengendap ke lubuk jiwaku, dan mengganggu dalam setiap malamku. Namun, percuma juga aku merindukanya karena ia tidak akan merasakan hal yang sama.
Sebenarnya aku tidak pernah tahu apa aku benar-benar bahagia atau tidak, tapi yang pasti aku harus kuat demi kebahagiaan Andi. Langkah demi langkah selalu kuinjakan di area sekolah.
Bersama dengan teman adalah hal yang terindah saat masa SMA. Kuhirup napas panjang lalu kuhempaskan dengan kasar karena aku tidak siap menghadapi perpisahan yang akan datang di tengah kebahagiaanku nantinya.
Aku melamun di kelas dan kebetulan semua siswa belum ada yang masuk, kecuali Cecep.
"Woi, Na apa sih yang lo pikirin?" tanya Cecep yang langsung duduk di sebelahku.
"Salah nggak, sih kalau aku suka Andi?" tanyaku yang membuat Cecep menghembuskan napas kasarnya. Mungkin saja dia sudah bosan. Karena setiap waktu aku selalu bertanya hal yang sama.
"Ya nggaklah. Cinta nggak pernah salah" ujar Cecep. Sebenarnya hanya dia yang tahu tentang perasaanku ini maka itu aku selalu meminta pendapatnya.
"Apa aku harus melupakannya?" tanyaku dengan ragu.
"Sudahlah, Na. Jangan terlalu memaksakan diri untuk melupakan jika pada akhirnya kamulah yang terlupakan," ujar Cecep yang membuatku terdiam.
Kucerna dengan baik yang baru saja dia katakan, dan itu benar bagiku. Tapi, apakah mungkin aku bisa melupakan kebahagiaan kecilku di sekolah? Apakah aku sanggup dilupakan oleh dia yang nyaris sempurna?
"Kamu benar, Cep."
"Gue nggak bermaksud menyalahkan lo, Na. Tapi, gue hanya nggak mau lo tersiksa oleh harapan lo sendiri. Kalau suatu saat Andi sadar itu bagus. Tapi, kalau dia hanya pura-pura tolol, tidak peka, dan mempermainkan perasaan lo. Itu yang gue takutkan," jelas Cecep.
"Well, aku akan mencoba melupakannya," ujarku dengan gampangnya padahal sebenarnya melupakan Andi adalah hal yang paling sulit dalam hidupku.
"Good luck." Tanpa sadar satu persatu siswa sudah memasuki kelas, itu bertanda jam pelajaran pertama sudah mau dimulai.
Gue salut sama lo, Na atas semua kesabaran lo menghadapi perasaan lo sendiri. Gue kagum sama lo atas semua pengorbanan perasaan lo sendiri. Andaikan fisik lo seperti yang lain pasti banyak cowok yang suka sama lo termasuk Andi. Kelak Andi akan sadar bahwa hanya lo lah yang mencintainya dengan sabar. Batin Cecep.
"Perhatian semuanya karena hari ini ada rapat maka hari ini kita bebas," ujar Iqbal ketua kelas kami yang menghentikan Cecep untuk memandangku.
Hooreeeee. Suara bergemuru yang meledak disemua kelas. Ingin rasanya pergi ke rooftop tapi, aku takut di sana ada Andi. Aku tidak boleh bertemu dengannya agar aku mampu melupakannya.
Aku memutuskan untuk tetap diam bersama Cecep dan Putri di dalam kelas. Kami bertiga selalu bersama saat jam kosong. Namun, semuanya hanya fokus dengan HP masing-masing. Aku menatap ke arah jendela dan membayangkan aku kini bersama Andi.
Di luar sana banyak kaum hawa yang selalu menebarkan pesona kepada Andi. Entah hanya sekedar menyapa dengan senyumannya atau bahkan mereka sangat terbuka untuk memperlihatkan perasaannya. Namun, yang aku tahu Andi tidak pernah tertarik dengan mereka. Itu semua mungkin karena Andi masih setia dengan masalalunya saat ia jatuh cinta dengan Ida perempuan yang mampu meluluhkan hatinya.
Bukan hanya Andi yang terpikat dengannya. Namun, hampir semua kaum adam tertarik dengan wanita cantik jelita dan baik itu. Dulu Andi pernah bercerita saat ia mengungkapkan perasaannya kepada Ida saat masih kelas VIII SMP.
Katanya Andi mengungkapkan perasaannya di depan umum dan ia sangat yakin bahwa Ida merasakan hal yang sama. Namun, saat itu keadaannya berbeda karena saat itu Ida mempunyai kekasih.
Namanya kak Pras kakak kelas yang sangat tampan dan menjadi idola para perempuan pada masa itu dan Ida lebih memilih kak Pras dari pada Andi.
Tentang Andi aku pernah berfikir mungkin apa yang dirasakan Andi saat itu hanyalah cinta monyet. Namun, pikiranku salah karena Andi pernah bilang saat pertama kali masuk SMA ia masih jatuh cinta dengan Ida atau mungkin hingga saat ini hatinya hanya untuk Ida seorang.
Aku mungkin lebih tahu tentang Andi dari pada mereka semua, tapi mereka lebih dekat dengan Andi dari pada aku. Wajar saja untuk menyapanya di depan temannya aku tidak berani meski terkadang aku selalu menghabiskan waktuku bersamanya.
Ini semua mungkin sudah ditulis oleh sang kuasa. Waktu berlalu begitu cepat sekolah sudah sepi saja hanya ada beberapa anak yang tinggal di asmara sekolah.
Aku berjalan menuruni anak tangga. Berjalan melamun dengan kepala yang menunduk. Apa aku menyesal karena seharian ini aku masih belum melihat rupa menawan yang selalu mendekati sempurna, itu? Jika iya aku mungkin sudah gagal.
"Kemana saja seharian nggak kelihatan?" Suara lelaki yang indah itu menghentikan langkahku. Aku  mengangkat wajahku mendongak untuk menatap wajahnya meskipun sebenarnya aku sudah tahu dia adalah Andi pria yang selama ini aku cintai.
"Di kelas kok," jawabku, lalu dia melangkah meninggalkanku begitu saja tanpa satu kata pun.
Mengapa dia pergi begitu saja? sudahlah mungkin ini adalah salah satu cara untuk melupakannya, batinku yang masih berdiri menatap langkahnya yang perlahan menghilang dari jangkauan mataku.

Komentar Buku (378)

  • avatar
    ManRahman

    Adbid djsbf sjsb

    5h

      0
  • avatar
    linom

    yatim

    7h

      0
  • avatar
    zulfadhliemuhammad

    jalan cerita yang samgat baik , tersusun mudah difahami dan sangat menyeronokkan

    7h

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru