logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 13 Merasa Terancam

"Fani.... " bentak Ibu Ina tepat di belakang Fani karna kaget reflek selang air yang di pegang Fani, dia arahkan ke muka mertuanya, sudah di pastikan Ibu Ina basah kuyup.
-------*****------
"Ooppss, maaf Bu. Fani gak sengaja, " kilah Fani berusaha menahan tawa.
"Kamu sengaja ya? " marah Ibu Ina.
"Iihh Ibu enak aja nuduh Fani sengaja nyiram air ke muka, orang gak sengaja kok!! " seru Fani enteng, dan setelahnya dia mematikan kran air.
"Ada apa Ibu manggil Fani? " sambung Fani bertanya ke Ibu mertua.
"Kok kamu gak masak buat sarapan sih, di atas meja hanya ada roti selai sama susu saja, " ucap Ibu Ina sewot.
"Lah roti juga sarapan kali Bu, Fani juga kan sehari-hari sarapannya cuma roti selai doang tanpa susu lagi, itu mending Fani bikinin susu hangat juga." jawab Fani datar tanpa ada rasa takut sama sekali.
"Kamu ini ya ... " geram Ibu Ina tertahan.
"Kamu apa sih Bu?! Fani ini kan istrinya Mas Bima, Mas Bima anak Ibu. itu artinya aku disini menantu bukan pembantu, apa Ibu sengaja ya nikahin aku sama Mas Bima biar dapat pembantu gratisan, " tembak Fani, sontak muka Ibu Ina langsung kaget kenapa Fani sekarang sudah berani melawan.
"Kenapa Ibu Diam ?" tanya Fani ketika tiba-tiba mertuanya hanya diam saja.
Terdengar dari dalam rumah langkah kaki Bima dan Mila mendekati mereka. Terlihat jelas muka Mila sangat masam, dia pasti sewot karna kali ini sarapan hanya roti selai saja, Fani tahu semalam Mila nempelin note kalau dia ingin di bikinkan spageti buat sarapan, tapi tidak Fani buatkan.
"Kalau mau spageti bikin sendiri lah, enak saja nyuruh-nyuruh emang saya pembantu mu," batin Fani sambil membuang kertas note yang tertempel di pintu kulkas. Jadi Fani tidak heran kalau sekarang muka Mila terlihat sewot, tapi Fani tidak peduli, sekarang Fani tidak takut lagi, sudah saatnya mereka mendapat pembalasan dari apa yang sudah mereka buat.
"Bu, Mila berangkat kuliah dulu ya, " pamit Mila sambil mencium punggung tangan Ibu Ina.
"Bima juga Bu, berangkat kekantor dulu ya. " kini giliran Bima yang menyalami Ibunya.
"Mas Bima... " panggil Fani ketika suaminya hendak pergi, bukan untuk protes karna dia tidak di pamiti itu sudah hal biasa bagi Fani, melainkan Fani ingin meminta ijin ke Bima.
"Ada apa? " tanya Bima datar.
"Aku ijin untuk kerumah lagi hari ini, masih ada yang harus aku kerjakan disana. " Fani memberitahu Bima, untuk meminta ijin, sebenarnya tanpa ijin pun Fani pasti akan pergi, tapi Fani masih menghormati Bima sebagai suaminya.
"Terserah.. " jawabnya singkat, setelah itu dia dan Mila masuk kedalam mobil dan mereka meninggalkan halaman rumah.
Kini tinggal Fani dan Ibu Ina saja, Fani langsung masuk kerumah untuk bersiap-siap, tapi tiba-tiba Ibu Ina mencekal lengan Fani dari belakang dan sedikit menyeretnya.
"Aaww.. Ibu sakit lah. " Fani mengadu.
"Maksud kamu apa, ijin ke Bima untuk pulang kerumah. Gak cukup semalam kamu udah kesana dan sekarang mau kesana lagi, terus yang beresin rumah siapa kalau kamu pergi Fani?! " bentak Ibu Ina masih dengan mencekal lengan Fani.
"Ini rumah siapa? rumah Ibu kan!! jadi Ibu lah yang beresin, kalau gak mau sewa pembantu makanya, saya sedang banyak kerjaan dirumah saya sendiri, " jawab Fani sambil mengibaskan lengannya agar terlepas dari cekalan Ibu Ina.
"Enak saja kamu nyuruh Ibu, sudah berani kamu ya, mau jadi menantu durhaka kamu melawan mertua. kerjaan apa yang kamu maksud, kamu itu cuma pengangguran jadi gak usah banyak tingkah. " bentak Ibu Ina dengan geram.
"Apa Ibu bilang!! saya pengangguran, disini yang pengangguran siapa Ibu atau saya? Ibu ingin tahu saya sedang mengerjakaan apa dirumah orang tua saya, saya sedang mencari pelaku penabrakan kedua orang tua saya, sudah waktunya dia mendapatkan hukuman yang semestinya dia dapat, " jelas Fani dengan suara keras, setelah mendengar ucapan Fani sontak muka Ibu Ina terlihat pucat pasi ketakutan dengan jelas, dia pun langsung diam membisu.
"Kalau Ibu bukan pelaku yang menabrak orang tua saya, mending Ibu diam, saya mau ngapain saja itu bukan urusan Ibu, saya disini hanya menantu Ibu di atas kertas faktanya saya tidak pernah di anggap menantu dirumah ini, bahkan jangankan nafkah batin, nafkah lahir pun saya tidak pernah di beri. " bisik Fani pelan di dekat Ibu Ina, kedua kalinya Fani berhasil membuat mertuanya benar-benar merasakan ketakutan.
Setelah mengucapkan semua itu, Fani dengan santai melenggang kedalam kamar untuk mengambil tas, tanpa mempedulikan Ibu mertuanya yang masih mematung diam di ruang tamu rumah itu.
🎇🎇🎇🎇

Komentar Buku (746)

  • avatar
    Nur Afiya Syafikah

    good

    10/10

      0
  • avatar
    Soleman Dangga Limu

    Alur Ceritanya Luar biasa

    07/08/2023

      0
  • avatar
    Ayya

    okk

    03/07/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru