logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 46: Extra Part

Delapan Tahun Kemudian.
Di sebuah teras rumah terdapat anak kembar yang berusia sekitar 8 tahun sedang berebut sesuatu.
"Kak, lepasin! Lepasin! Biar Dyty saja." ucap Dyty kepada kakaknya, Dyta.
Mereka berdua sedang merebutkan koper mamanya yang sudah ada di teras rumah.
"Gak mau Ty!" ujar Dyta.
"Husssttt, husssttt. Kalian jangan bertengkar. Aku aduin ke tante Ai loh." ucap anak laki-laki berusia 10 tahunan.
Dyta dan Dyty berhenti merebutkan koper mamanya. Akan tetapi, seperdetik kemudian saling berebut lagi. Anak laki-laki tadi yang memeringati mereka berdua mendengus lalu berkata dengan keras, "Tante, tante, tante Ai. Dyta dan Dyty rebutan koper. Mereka bertengkar."
Airin yang merasa disebut keluar dengan suaminya. Ia melihat anak-anaknya sudah berhenti merebutkan kopernya.
"Dyta dan Dyty, kenapa bertengkar dengan berebut koper mama?" tanya Airin pelan.
"Dyta mau bawain koper mama biar mama gak capek." jawab Dyta.
"Tapi, Dyty juga mau bawain. Dyty kan sayang sama mama." jawab Dyty.
Airin tersenyum mendengar jawaban dari anak-anaknya dan berkata, "Anak-anak mama yang baik banget. Mama gak bakal capek kok kalau bawa koper. Dyta bisa bawa koper Dyta sendiri, begitupun Dyty. Terus mama juga bawa koper sendiri. Oke?"
Dyta dan Dyty hanya diam lalu mengangguk paham.
"Sekarang kalian berbaikan. Mama gak pernah mengajarkan kalian bertengkar. Harus saling menyayangi. Bilang maaf dan berpelukan." pinta Airin kepada Dyta dan Dyty.
Mereka berdua pun menuruti perkataan mamanya. Mereka memang anak yang sangat patuh.
"Kak Dyta. Dyty minta maaf." ucap Dyty sambil memeluk kakaknya.
"Iya adik Dyty. Kakak juga minta maaf." balas Dyta kepada Dyty.
"Gitu dong gak berantem. Kayak baru pertama kali ke Amerika." celetuk anak laki-laki yang bersama mereka.
"Kak Ariz jangan sok tahu. Kata papa kita pernah ke Amerika saat berada di kandungan." ucap Dyta tegas.
"Iya betul. Tanya saja sama papa." sambung Dyty.
"Iya sayang. Waktu mama mengandung kalian, kita pernah pergi ke Amerika. Kita berkunjung ke sana untuk menengok kak Samuel yang sudah lahir." jelas pak Radit.
"Oh gitu. Nanti di sana kalian jangan lupain aku ya! Kalau mau pulang beliin kak Ariz oleh-oleh." ucap anak laki-laki itu yang ternyata bernama Ariz.
"Kita di sana hanya seminggu, Ar. Pasti nanti beliin oleh-oleh buat kamu." ujar Airin.
"Terima kasih tante." balas Ariz.
"Aku juga boleh dong, Ai. Dibeliin oleh-oleh." ucap Rizka yang tiba-tiba datang dari rumahnya yang ada di sebelah rumah keluarga pak Radit.
Memang, saat Airin hamil ia dan pak Radit pindah ke rumah yang tepat berada di sebelah Rizka. Ini karena pak Radit tidak mau istrinya kesepian dan bolak-balik dari apartemen ke rumah Rizka untuk sekedar main. Alhasil daripada apartemen dan rumah Airin tidak dihuni, jadinya dijual. Mereka pun akhirnya tinggal di rumah yang besar dan nyaman.
"Boleh banget, Riz." ujar Airin.
"Ihhh, baik deh. Terima kasih kalian." ucap Rizka kegirangan dan bertepuk tangan.
"Sama-sama, tante Rizka. Jangan berlebihan tante! Kata mama yang berlebihan itu gak baik." peringat Dyta.
Airin dan pak Radit tertawa. Begitu pun semua orang yang ada di teras rumah mendengar peringatan Dyta .
"Iya, iya Dyta, anak yang pinter. Dyty juga pinter." ucap Rizka.
***
Airin, pak Radit dan kedua anaknya yang kembar tiba di tempat tinggal keluarga bu Anis sekitar malam hari. Mereka begitu sangat kelelahan sehingga disuruh untuk cepat tidur.
"Rad, Ai. Bawa Dyta dan Dyty ke kamar tamu. Mereka sudah mengantuk gitu." suruh bu Anis.
"Iya mba. Terima kasih." ucap Airin.
"Kalau kalian merasa lapar tinggal ke dapur atau gak bangunin kita saja. Kita akan yang akan menyiapkan makan malamnya." ujar bu Anis.
"Iya benar. Kalian jangan sungkan-sungkan." sambung Marshel.
"Samuel sudah tidur?" tanya pak Radit.
"Iya, sudah. Di kamarnya." jawab bu Anis.
"Mba dan uncle Marshel, kita bawa Dyta dan Dyty ke kamar dulu ya? Ayo mas!" ucap Airin.
"Iya, Ai. Silakan." jawab bu Anis.
****
Keluarga pak Radit dan bu Anis pergi ke berbagai destinasi di kota New York. Dimulai dari Museum Seni Metropolitan dan berakhir di Central Park. Dikarena musim dingin, mereka memakai pakaian yang tebal.
Airin membetulkan mantel anak kembarnya dan suaminya saat akan berfoto di Central Park yang dipenuhi banyak salju.
"Are you ready?" tanya Marshel kepada keluarga pak Radit dan diiyakan oleh Dyta dan Dyty.
"Yes, uncle." ucap Dyta dan Dyty bersamaan dengan gembira.
"Oke. 1, 2, and ckrek." ujar Marshel. Ia memfoto keluarga pak Radit dengan kamera palaroid. Saat hasilnya keluar Marshel menyerakannya kepada Airin.
"Ini hasil foto kalian." ucap Marshel.
"Terima kasih, uncle Marshel." balas Airin.
Airin kemudian mengambil pulpen di sling bag-nya dan menulis nama-nama keluarga mereka.
Radityo Nugroho, Airadyta Nugroho, Airadyty Nugroho dan Putri Airin Nugroho.
***
Cuitan dari penulis pemula:
Terima kasih kepada para pembaca yang sudah menjadikan cerita Airin sebagai bahan bacaan kalian. Terima kasih sudah membenarkan typo-typo yang berterbangan di cerita ini dan terima kasih atas tip yang diberikan. Kalian baik dan hebat.
Terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu, sehingga cerita Airin dapat dinikmati oleh pembaca.
Mohon maaf akan ketidakmenarikan cerita ini. Penulis akan terus belajar supaya bisa menjadi penulis yang baik.
Dadah. Sampai ketemu di lain kesempatan.

Komentar Buku (483)

  • avatar
    GultomRirin

    cerita nya bagus👍

    5d

      0
  • avatar
    PutriJulia

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    JunAnita

    bagus sangat menyentuh hati sekali waw luar biasa sangat bagus anda berpengalaman

    14/08

      0
  • Lihat Semua

Selesai

Rekomendasi untuk Anda