logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

T  H E   S C A P H I S M  ( Jilid 1 )

T H E S C A P H I S M ( Jilid 1 )

Princess Roosfly


Bab 1 Pernikahan Membosankan

Duke Brandon Julions bernapas tersegal-segal, tangannya yang dulu kekar kini kurus lemah memegangi dadanya. Matanya melotot berusaha menahan sakit di jantung dan paru-parunya saat ia bernapas. Sedangkan di sampingnya ada dokter yang sedang berbicara dengan seorang pelayan pribadi sekaligus assisten dari putranya Duke Brandon.
"His grace sudah sangat mengkhawatirkan. Saya ragu dia tidak akan merasakan hangatnya matahari terbit besok," ucapnya penuh rasa bersalah.
Lucan mengalihkan pandangannya, menatap miris dan gusar ke Duke Brandon yang sedang bernapas tersegal-segal.
"Racun yang telah diminumnya merambat parah dan membuat paru-paru bagian kanan Duke Brandon pecah," lanjut dokter tersebut.
Lucan kembali menatap dokter tersebut. Ia bingung harus berkata apa. Sedangkan si dokter tatapannya terlihat menuntutnya untuk segera membuat keputusan.
Lucan hanyalah seorang pelayan pribadi dan asisten. Seharusnya dokter tersebut berbicara begitu pada Lord Carloman Clovis Jullions, putra dari Duke Brandon, anaknya satu-satunya. Tapi Lord Carloman-nya bahkan sedang berpesta alkohol sekarang, merayakan keberhasilannya menipu seluruh kalangan ton.
"Baiklah, lakukan yang menurut Anda terbaik. Saya akan memberitahu ini pada Lord Carloman,"
Dokter mengangguk kemudian mengomando pelayan untuk membantunya. Di kamar yang hangat itu, banyak pelayan wanita sibuk keluar-masuk melayani Duke mereka yang nyawanya seperti telur di ujung tanduk.
Carloman Clovis Jullions, putra semata wayang dari Duke Brandon Jullions, sama sekali tidak terlihat tertekan atau berduka, malah ia sedang berpesta alkohol dengan kedua temannya, Gerald Wenner dan Delvin Wyner. Mereka minum-minum merayakan keberhasilan menjerat perusahaan milik Baron Macsen. Meskipun Carl harus menikahi istrinya sebagai gantinya.
Si Baron itu adalah partner Carl dalam berbisnis. Meskipun Carl tidak menganggap pria itu temannya atau sejenisnya.  Ia tentu hanya berpura-pura. Perusahaan milik Baron Macsen dan dan Marquez Humphrey tidak benar-benar kacau, Carl sengaja memporak-porandakan perusahaan mereka, lalu Carl akan datang sebagai partner dan memberikan donasi. Tapi tentu saja, tidak lama setelahnya, Baron Macan dan Marquez Humphrey meninggal dunia. Carl berhasil mengambil alih perusahaan mereka berdua. Tapi untuk menutupi perbuatan liciknya, ia berpura-pura iba pada janda Baroness Macsen, Bianqua, dan juga jandanya Marquess Humphrey, Esmeralda. Carl kemudian menikahi dua wanita-wanita itu dengan alasan iba. Bodohnya, kalangan ton mempercayainya, lebih bodohnya kedua wanita itu juga setuju-setuju saja dengannya.
Carl sudah menikahi dua janda di usianya yang masih 21 tahun. Ini adalah usia yang tidak pas untuk menikah. Kebanyakan bangsawan Eropa tahun 1915 tidak terlalu mendesak putra-putra mereka untuk segera menikah. Hanya para Lady yang diharuskan menikah, atau memanfaatkan pesta season terlebih dahulu di umurnya yang masih belasan untuk mencari pria yang tepat. Ketika seorang Lady sudah menemukan pria yang tepat, keduanya harus segera dinikahkan. Jika calon pengantin pria tidak ada, maksudnya mungkin bekerja atau masih di luar kota dan semacamnya, kedua bangsawan tersebut harus membuat perjanjian dan bertunangan agar hubungan mereka resmi, sehingga tidak ada salah satunya yang akan melarikan diri dari pernikahan.
Itulah sebabnya, banyak para Lady tidak bahagia dengan pernikahan mereka. Pendidikan mereka juga dibatasi. Biasanya para Lady cenderung dilarang mencampuri urusan politik. Hanya segelintir Lady yang turun ke urusan politik atau bisnis. Biasanya Lady akan diajari cara menjadi gadis bangsawan anggun, bagaimana etika saat menyapa keluarga kerajaan, bagaimana berdansa dengan baik, bagaimana sapaan ketika menghadiri jamuan besar, dan sangat diharuskan untuk tahu berita terbaru di kalangan ton. Sedangkan ton sendiri adalah sebutan untuk masyarakat kelas atas di Inggris.
***
Gerimis turun deras dan sering waktu berubah jadi hujan petir ketika Carloman Clovis Jullions menuangkan wine ke dalam gelasnya. Sedangkan Gerald Wenner sedang menghisap rokoknya. Sahabat Carl yang satunya, Delvin Wyner, meminum sebotol wine sambil memangku seorang gadis penyanyi opera yang masih muda. Mereka bertiga berada di ruang bersantai. Masing-masing dari mereka duduk di tiga kursi berlengan empuk melingkar yang di tengah-tengahnya ada meja kayu bundar penuh botol-botol berantakan dan gelas-gelas yang mengguling. Ada satu perapian hangat, dan di tembok-temboknya menggantung lukisan-lukisan cantik.
"Bukan perbuatan yang tepat minum-minum di malam pertama pernikahanmu, Delvin." Gerald menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit ruangan dengan penuh kepuasan.
"Entah kenapa semakin hari, para Lady semakin tidak semenarik dulu lagi." Carl ikut menambahkan sambil menghisap wine dengan gerakan yang sudah ling lung.
Gerald terkekeh pelan sambil menghembuskan asap rokoknya lagi. "Ada apa dengan kalian, huh?"
Gerald berdecih kemudian membuang puntung rokoknya dan menginjaknya dengan sepatunya. "Kau seharusnya menangis di sisi Duke of Gunniberg yang malang,"
Carl memasang smirk-nya dengan angkuh. "Aku tidak berharap banyak padanya. Berada di sisi Tuhan setidaknya tidak akan membuatnya kesakitan seperti sekarang,"
"Itu yang terbaik," Gerald mengangkat gelasnya mengajak Carl bersulang. Pria 21 tahun itu juga mengangkat gelasnya kemudian menyesap lagi wine-nya.
"Errena terlihat biasa saja meski usianya tiga tahun lebih muda dariku. Aku seharusnya tidak mengirimkan mawar ketika pesta season konyol itu berakhir," ujar Delvin sambil mengenyahkan si penyanyi opera itu dan melempar beberapa lembar poundsterling dengan sangat semena-mena. Tapi toh, si penyanyi itu tersenyum sambil memungut uang-uang poundsterling di lantai kemudian pergi.
"Kau lihat, itulah yang diinginkan semua wanita. Terlebih seorang gadis, mereka harus cantik jika mau mendapatkan pria dan punya tunjangan untuk bertahan hidup," ujar Delvin dengan penuh nada mencemooh.
"Sepertinya kau perlu mengubah pandanganmu terhadap wanita. Terlebih wanita bangsawan," ujar Gerald sambil meraih botol wine kemudian menuangkan pada gelas di dekatnya.
"Buktinya, Bianqua Macsen sangat setuju dinikahi oleh sahabat tercinta kita. Seharusnya ia tidak bodoh dengan menikahi si pria brengsek ini, bukankah itu sama saja menyerahkan seluruh harta suaminya?" cecar Delvin dengan penuh nada kebencian.
"Menjijikan," Gerald menyetujui.
"Hal yang sama terjadi pada Esmeralda Humphrey yang malang, dia lumayan cantik," imbuh Delvin.
"Esmeralda Jullions, dan Bianqua Julions," ralat Carl dengan pandangan ling-lung. Tapi ia masih bisa berusaha mendengar percakapan kedua sahabatnya.
"Lagipula aku menikahi mereka tidak resmi secara hukum. Masyarakat ton tidak akan mengakui mereka sebagai istriku," ujar Carl memberi pembelaan untuk dirinya sendiri sambil menaruh botol wine-nya. "Aku hanya berikan margaku sebagai klaim."
"Mengklaim bahwa mereka peliharaanmu?" tanya Delvin, yang lebih terdengar seperti ejekan.
"Setidaknya aku masih perlu mencari gadis tepat untuk kuberikan gelar Duchess. Bukankah itu sudah cukup?" tanya Carl kesal. Ia berpesta alkohol bukan untuk dihina, ia berpesta untuk melupakan pernikahan membosankannya.
"Kadang penghasilan lebih menggiurkan daripada status," ujar Gerald ikut menambahkan.
"Tapi status akan membuat mereka terhormat. Sadarlah, kekuasaan juga perlu," sanggah Carl.
"Kalau kamu merasa pendapatmu sudah banyak dan sudah cukup dengan gelarmu, setidaknya menikahlah," sindir Delvin sambil mengambil rokoknya dan menyalakan korek.
"Tidak di usia 22 tahun, dan aku tidak mau mau mengirim mawar putih ke sembarang Lady," ujar Gerald memberi serangan balik pada Delvin.
"Mom yang menyuruhku mengirim mawar itu. Baroness Josh ingin putrinya menikahiku. Bahasa formalnya, sebut saja pernikahan bisnis," ujar Delvin membela diri.
"Baroness Josh memegang kekuasaan yang banyak, dia juga seorang pengusaha dan memimpin ekspor penjualan katun. Perumpamaanmu tidak cocok jika menyebut wanita hanya sebuah lubang kenikmatan," ujar Gerald membalikkan perkataan Delvin tadi. Setidaknya pandangannya terhadap perempuan masih lebih baik daripada Delvin.
Delvin berdecak. "Jika bukan persoalan bisnis aku bersumpah demi apapun sangat enggan menikahi Lady tidak bergairah itu,"
"Semoga dia menyesali perbuatannya," Carl mengangkat gelasnya, mengajak Gerald bersulang. Gerald meraih gelas kemudian membalas mengangkatnya dan meminum wine-nya.
"Tapi Baroness Josh menjadi seperti itu karena suaminya meninggal. Jika tidak—"
"Kita bicarakan yang lain saja," sergah Gerald cepat dan Delvin langsung berdecak sebal.
"Bagaimana soal urusanmu di Selat Dover?" tanya Gerald mengalihkan topik.
"Kapal-kapal dagang sudah diperbaiki. Semua akan dikirim ke markas tentara yang ada di Tionghoa dan India," jawab Carl.
"Kau tidak berpikir untuk ke India kan?" tanya Delvin. "Suhu di sana tidak cocok untuk ras kulit putih kita."
"Tidak, aku tidak akan kesana."
Ketika mereka bertiga asyik bercengkrama dan mengobrol, seorang pria tua, Lucan si pelayan pribadinya Carl, izin masuk ke ruangan.
"Suruh dia masuk," ujar Carl sambil menaruh wine-nya.
"Baik, my lord." Seorang pelayan wanita beranjak pergi dan menyuruh Lucan masuk.
Beberapa saat kemudian, Lucan sudah berdiri sopan di samping Carl yang duduk santai di kursi berlengan yang empuk.
"Permisi, my lord. Duke Brandon Jullions..." Ucapan Lucan terdengar menggantung, dan terlihat takut untuk mengatakannya.
"Meninggal?" tebak Carl dengan raut muka yang terlihat datar dan biasa saja.
"Y-ya, my lord," jawab Lucan gagap. "Saya sudah mengurus pemakamannya. Duke Brandon akan dimakamkan hari ini,"
Sesaat suasana menjadi hening. Semua menanti reaksi putra semata wayang Duke Brandon Jullions. Mungkin Carl akan syok, kaget, atau semacamnya. Tapi Carl malah diam dan terlihat merenung sambil memandangi gelas-gelas wine yang berceceran di meja.
Sesaat kemudian Carl terbangun dari lamunannya. Ia bangkit berdiri sambil menatap Gerald. "Kau benar, ini bukan waktu yang tepat untuk pesta minum alkohol."
"Kami turut berduka cita," ujar Gerald.
Carl mengangguk kemudian beranjak pergi keluar ruangan diikuti Lucan di belakangnya.
***
Setelah pemakaman Duke Brandon, aktivitas Carl berjalan seperti biasanya. Hanya ada perbedaan sedikit, seperti ucapan berduka cita dari banyak orang, yang sudah ia jawab berkali-kali dengan bosan.
Di hari berikutnya, Carl memutuskan tidak bekerja. Ia akan menghabiskan waktu bersama Bianqua. Ini adalah hari ketiga pernikahannya dengan wanita itu. Kay Macsen, putra Bianqua yang masih kecil kecil, dia masih tinggal di Mansion Macsen sendirian bersama pengasih pribadinya. Carl tidak mau repot-repot melakukan sesuatu, seperti menjemput misalnya. Lagipula, sama dengan Flint Humphrey, anak dari Esmeralda, ia juga tak mau memberikan marganya pada Kay. Biarlah anak-anak itu menyandang marga ayah mereka masing-masing.
Bianqua sebelumnya adalah seorang putri dari bangsawan rendahan. Ayahnya meninggal, dan ibunya dulu sudah tua sekali, sekarang mereka berdua sudah meninggal. Kebetulan sekali ia dinikahi oleh Andreas Macsen dan menjadi bagian dari ton.
Hal yang sama juga terjadi pada Esmeralda. Esme memiliki latar belakang yang sama, seorang bangsawan rendahan beruntung yang dinikahi Humphrey.
Begitulah, membuat rencana licik, menjatuhkan Perusahaan Humphrey dan Macnes, kemudian mendekati pemilik usahanya. Dan bodohnya mereka menitipkan seluruh perusahaan dan istri anaknya padanya, suatu hal yang menarik bagi seorang Carloman Clovis Jullions.
Lebih bodoh lagi, sepertinya Esmeralda dan Bioaqua yang malang sampai sekarang tidak tahu rencana licik yang pernah Carl lakukan dulu. Mereka bahkan tidak mencurigai kematian suami mereka yang aneh. Bukankah aneh, jika seorang pria makan malam bersama patner kerjanya kemudian salah satunya tersedak minuman dan meninggal ditempat?
Nyatanya Carl tidak peduli dengan apapun. Ia hanya peduli dengan ambisinya.
Carl bangkit dari tempat tidur. Kemudian ia keluar kamar dan berjalan menuju keluar kamarnya setelah mengganti baju tidurnya dengan pakaian berkuda.
Ia butuh udara segar. Mungkin berkuda bersama Esmeralda adalah ide bagus.
Dengan derap langkah tegap ia menghampiri kamar Esmeralda. Tepat setelah Carl sampai di depan pintu kamar, Esmeralda keluar memakai gaun biru muda dengan renda putih di pergelangan tangannya. Rambut pirangnya ia biarkan tergerai cantik. Riasan wajahnya juga tampak natural dan tidak menor. Membuat wanita itu tampak sangat segar pagi ini.
"Gaun yang indah," puji Carl asal-asalan.
Esmeralda tersipu, ia tersenyum dengan pipi yang merah merona. "Terimakasih, your grace."
"Aku berencana mengajakmu berkuda."
"Anda bilang akan menghabiskan hari ini dengan Bianqua?"
"Lupakan saja," jawab Carl malas. Dan Esmeralda langsung girang dalam hati. Pastilah suaminya tidak tertarik dengan istri barunya, sebuah kabar bagus untuknya pagi ini.
Esmeralda dengan girang menatap suaminya. "Aku tidak sabar!"
Carl tersenyum sambil berjalan beriringan dengan Esmeralda. Mereka berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Tadi Carl sudah memutuskan untuk sarapan dulu sebelum pergi keluar.
"Sarapan sudah siap, Ursula?" tanya Esmeralda pada ketua juru masak yang bertugas di dapur. Ursula sedang menyiapkan sajian pai apel sebagai makanan penutup, dan steak babi panggang, juga teh manis dan satu cangkir kopi pahit yang sudah jelas disediakan untuk Carl. Aroma masakan yang sedap menyeruak harus sampai ke sudut-sudut ruang makan. Membuat perut Esmeralda tidak sabar menyantap sarapan pagi ini.
"Sudah, Madam," jawab Ursula sopan kemudian kembali ke dapur.
Memang mereka semua, bahkan kalangan ton memanggil kedua istri Carl dengan sebutan Madam. Karena yeah, seperti yang terlihat Carl tidak menikahi Esmeralda dan Bianqua secara resmi menurut hukum.
Esmeralda duduk di depan suaminya. "Tumben sekali, biasanya sarapan pagi hanya ada roti gandum dan madu kesukaanmu."
Carl terkekeh. "Itu bukan kesukaanku sebenarnya. Maafkan aku, mulai besok aku akan menyerahkan urusan dapur padamu. Bisakah kau...?"
"Tentu saja!" jawab Esmeralda antusias. "Suatu hal yang kutunggu-tunggu selama tinggal disini, your grace. Diskusi dengan koki di dapur untuk masakan nanti malam, menyuruh mereka berbelanja, dan mengomentari masakannya. Suatu hal yang biasanya para Lady lakukan!"
Carl hanya menjawabnya dengan senyuman untuk formalitas. Siapa peduli wanita itu mendapat tugas untuk mengomentari masakan atau tidak.
"Permisi, your grace." Lucan berdiri tegak dan sopan di samping kursi Carl. Dan Lord tampan 21 tahun itu hanya menjawab dengan dehaman sambil memotong steak daging babinya.
"His Majesty The King of Calzada de Calatrava dari Spanyol ada di ruang tamu Anda bersama putra mahkotanya,"
Carl sampai tersedak begitu mendengar penuturan dari Lucan.
Seketika Esmeralda dan Carl menoleh melotot kaget menatap Lucan. Terlihat wajah Lucan juga sama kagetnya.
"K-kau bilang apa tadi?"
"Ya, your grace. His Majesty The King of Calzada de Calatrava, King Feredick VII. Dan putra mahkotanya, Prince Axton, ada di ruang tamu Anda."

Komentar Buku (14)

  • avatar
    Elda Angelina Sa'bi

    okee

    07/02/2023

      0
  • avatar
    AmeliaHilda

    krenn

    08/11/2022

      0
  • avatar
    Nana Az

    ujj

    22/10/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru