logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 (Dino)

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Tiba tiba piring yang berisikan nasi ini di rebut oleh Ibu.
"Ojo meng mongan mangan wae, ndang kae seh ono okeh gawean." (Jangan cuma makan saja, cepet itu masih ada banyak kerjaan)
Dddddddddeeeeeeeeeeeegggggg
Perkataan Ibu sungguh menusuk ke relung hatiku. Padahal kami hanya baru sesendok menyuap nasi itu.
"Nggeh Bu" (Ya, Bu) jawab suamiku sambil berlalu pergi.
"Koe, Dit. Kae ndang di pel wes regit jogane" (Kamu Dit. Itu lantainya dipel sudah kotor banget) pinta Ibu sambil berlalu pergi meninggalkanku.
Aku hanya bisa mengelus dadaku. Padahal suamiku belum sempet makan. Maafkan aku suamiku, kamu harus menahan lapar demi diriku.
Tiba tiba tak terasa air mata ini menetes. Aku segera menghapusnya. Dan segera beranjak dari tempat tidurku untuk segera mengepel lantai.
15 menit akhirnya selesai juga aku mengepel lantainya. Terlihat suamiku sedang memotong rumput di halaman depan. Mumpung Ibu juga Mbak Dina tadi sedang ada urusan. Ku putuskan untuk ke warung membeli Mie rebus. Biar untuk di makan suamiku.
Karna di warungnya Mbak Salamah lagi di tutup akhirnya aku ke warungnya Pak Mamat.
"Pak, tumbas Mie kuah kaleh" (Pak, beli mie rebus dua) ujarku.
"Nggeh Dek, kaleh nopo maleh" (Ya Dek, sama apa lagi) tanya Pak Mamat padaku.
"Pun niku mawon pak, juk pinten" (Sudah itu saja pak, jadi berapa) ujarku.
"Nemewu Dek" (Enam ribu Dek) jawab Pak Mamat. Duh uangku kurang seribu .
"Pak kok kirang sewu duwite" (Pak, ini kurang seribu uangnya) ujarku berterus terang.
"Yo wes teko sadek gowo sek ra popo" (Ya sudah, di bawa saja dulu. Ndak papa.) jawab Pak Mamat.
"Suwun nggeh Pak" (Terima kasih Pak) ucapku. Terlihat Pak Mamat pun hanya mengagguk aku segera berjalan pulang.
Saat sudah sampai di rumah. Tak terlihat lagi suamiku ada di halaman depan. Mungkin sudah masuk, saat aku mnegecek di kamar ternyata benar saja suamiku ada di sana sambil mengendong anak kami Maul itu.
Aku segera bergegas ke dapur untuk segera membuatkan mie rebus ini untuk suamiku.Tak butuh waktu lama akhirnya siap juga. Gegas aku segera menuju ke kamarku.
"Niki Mas, ndang di maem riyen" (Ini Mas, buruan di makan dulu) ujarku dengan tersenyum lebar kepada suamiku ini.
"Maem berdua nggeh Dek" (Makan berdua ya Dek) ucap suamiku ternyata suamiku tidak mementingkan isi perutnya sendiri. Tetapi masih tetap memikirkan diriku. Aku hanya mengangguk.
Hanya mie rebus satu bungkus, untuk kami makan berdua. Yang penting bisa menganjal rasa lapar kami.
Nasi yang tadi kemana ? nasi yang tadi ku temukan di tempat sampah saat aku membuang bungkusan mie rebus itu tempat sampah dapur. Ya aku sempat kaget. Tapi jika aku mengambilnya itu sudah tidak layak untuk di makan.
Biarlah seperti ini yang penting sudah bisa menganjal rasa lapar kami. Dan mie rebus yang belum aku masak buat sarapan besok pagi.
"Alhamdulillah" ucapku lirih.
"Dingapuro Dek, ora iso numbaske beras" (Maaf Dek, nggak bisa beliin beras) ujar suamiku dengan menunduk.
"Mboten popo Mas, ngenjeng lak saget" (Ndak papa Mas, besok pasti bisa) jawabku tersenyum.
"Suwun Dek. Mas tak golek lemburan nggeh. Paling bali sesok subuh" (Makasih Dek. Mas mau cari lemburan ya. Mungkin pulang besok subuh) ujarnya yang dengan mencium keningku.
"Nggih Mas, sek ati ati. Adek percoyo mby sampeang" (Iya Mas, yang hati hati. Adek percaya sama dirimu) jawabku sambil mencium punggung tangannya dengan takzim.
Lalu suamiku pun pergi meninggalkanku dengan Maul. Semoga saja suamiku mendapatkan rezeki yang tak terduga, harapanku.
Serasa badan ini capek sekali. Dan aku pun memutuskan untuk merebahkan tubuhku ini. Baru juga ingin aku rebahkan badan ini Ayah sudah memanggilku.
"Dit ... Dittta ... " panggil Ayah kepadaku.
"Nggeh Yah, pripun" (Ya Yah, bagaimana) jawabku sambil berjalan menuju ke Ayah.
"Biyangmu nok ngendi wes mbengi rong bali bali" (Ibumu kemana ? sudah malam belum pulang pulang) tanya Ayah kepadaku.
"Mboten ngertos Yah, mau kalih Mbak Dina" (Tidak tau Yah, tadi sama Mbak Dina) jawabku berkata jujur.
"Kae anake Dina nangis mbengok mbengok ra dopeni" (Itu anaknya Dina, nangis teriak teriak nggak di jagain) ujar Ayah nampak kesal karna memang berisik.
Ya, Ayahku tak suka dengan suara yang berisik. Dia pasti bakal emosi jika ada suara berisik. Dan emosinya itu di luapkan sama yang ada di rumah. Bukan sama orangnya langsung. Jadinya kali ini aku kena semprot lagi.
"Nggeh Yah, tak tilikkane" (Ya Yah, Aku lihat dulu) jawabku sambil berjalan ke rumahnya Mbak Dina yang di samping rumah ini.
Tak jauh memang hanya beberapa langkah saja sudah sampai. Saat aku membuka pintu rumahnya Mbak Dina nampak gelap sekali juga sepi.
Kemana suaminya Dina ? suaminya Mbak Dina atau kakak kandungku sedang keluar kota beberapa hari untuk bekerja. Jadi Mbak Dina hanya tinggal berdua dengan anaknya itu.
Tapi ini kenapa nggak di ajak saat Mbak Dina pergi ya ?. Malah di tinggal begini kasian sekali.
"Dino ... " panggilku.
"Nggeh Mak Dit" (Ya Ibu Dit) jawabnya. Ya, Dino selalu manggil aku dengan sebutan Mak Dita.
Aku segera menyalakan lampu depan teras juga segera menuju ke kamar. Sepertinya Dino ada di kamarnya.
Saat aku membuka kamarnya sangat tercium bau tak sedap dan bau itu berasal dari kamar Dino.
Betapa kagetnya aku ternyata Dino ...
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Next ?
Jangan lupa like juga komennya yuk semua 😉 yang baik hati kasih ulasannya ya 🙏 terima kasih 💕

Komentar Buku (93)

  • avatar
    RasyaRasya

    bagus

    08/07

      0
  • avatar
    RiAnd

    sangat bagus ak suka itu aku akan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐5

    27/06

      0
  • avatar
    Jenn Naa

    bagus

    15/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru