logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 8 (Misya hamil lagi)

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
(MASIH POV MISYA)
Sudah 3 bulan berlalu aku lewati dengan suka maupun duka, usia Rafael pun sudah 8 bulan saat ini. Ku tunggu tunggu suamiku Mas Bram ingin ngasih uang untuk ber KB ternyata uang itu harus aku gunain dulu untuk kebutuhan Rafael. Yang terpenting kebutuhan anakkulah yang terpenuhi dahulu.
Aku percaya bahwa aku tak akan ke bobolan. Ya semoga saja itu tak akan terjadi, ku berharap seperti itulah.
Sore harinya saat aku ingin masak, tiba tiba rasa mual datang, saat mencium bawang yang aku goreng ini. Aku segera mematikan kompor lalu berlari ke kamar mandi karna rasa mual ini yang sudah tak tertahankan.
Hhooeeekk hhhooeek hhhhoooeeekk
Semua isi yang ada di perutku keluar semua. Rasa lemas juga pusing sekarang yang menghampiriku.
"Apa jangan jangan aku.... ahhh tidak, palingan ini aku hanya kecapean lalu masuk angin saja" ujarku lirih.
Aku lalu melanjutkan untuk masak. Buat makan malam nanti. Ku terus saja menahannya walau kadang rasanya pusing sekali tapi aku harus kuat.
Setelah selesai di dapur. Aku segera istirahat menyusul Rafael yang sedang tertidur dengan lelapnya. Rasa badan ink terasa dingin sekali juga mengigil. Aku menumpuk numpuk semua selimut biar aku merasa segera hangat.
Deru mesin motor suamiku sudah terparkir di garasi.
"Dekkkk" ujar suamiku.
"Iya Mas" jawabku yang sangat lemah juga tak berdaya ini.
"Kamu kenapa dek" ujar suamiku yang sambil memegang keningku.
"Ngak tau Mas tiba tiba mual mual tadi sekarang malah mengigil begini" jawabku berkata jujur.
"Apa jangan jangan kamu dek" ujarnya yang pasti sama dengan pikiranku.
"Mas... coba deh belikan adek tes kehamilan. Adek harap itu tidak terjadi. Hanya masuk angin biasa saja" ujarku pada suamiku.
"Ya sudah Mas belikan dulu, semoga saja apotiknya belum tutup" ujar suamiku yang sambil bergegas ke luar dari kamar.
Sudah tak dengar lagi suara deru motor suamiku itu. Aku harap kecemasanku ini tak benar benar terjadi.
30 menit kemudian Mas Bram akhirnya sudah pulang juga. Ternyata dapet juga pesenanku.
"Ini dek" ujar Mas Bram sambil menyerahkan alat kehamilan itu padaku.
Aku pun dengan cepat menerimanya lalu langsung ke kamar mandi. Ku tampung urinku dengan wadah yang sudah aku siapkan. Lalu aku perlahan lahan membuka bungkus alat tes kehamilan ini. Perlahan lahan ku celupkan. Rasa deg degan semakin kuat.
Aku harap hanya bergaris satu saja. Sudah bergaris satu dan....
"Huhuhuhuhuhuhu" tangisanku pecah juga. Karna hasilnya bergaris 2 yang menandakan bahwa aku positif hamil.
Aku barjalan keluar kamar mandi dengan wajah yang sembab. Juga rasa sudah putua asa sekali.
"Gimana dek hasilnya" ujar suamiku yang nampak penasaran akan hasilnya.
Aku pun hanya menyerahkan hasil itu. Terlihat suamiku juga nampak kaget dengan hasilnya itu.
"K k k kkkkaaa-mmmuuu hamil lagi dek" ujarnya dengan terbata.
Aku hanya mengangguk saja. Rasanya sudah tak sanggup lagi akan meneruskan hidup ini. Apa kata tetangga nantinya. 😭😭😭😭😭
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
POV ATUN
Sudah 8 bulan aku di paris. Sampai sekarang belum juga ada tanda tanda aku hamil. Padahal aku harap pulang pulang sudah membawakan kabar bahagia.
"Mas kita pulang ke indo saja ya" ujarku pada Mas Rahman. Terlihat Mas Rahman hanya menghembuskan nafas dengan kasar.
"Hhhhhhuuuuufffttt"
"Ya sudah bulan depan kita akan pulang ke indo" ujarnya lagi yang nampak sekali berat hati.
"Mas marah kah" ujarku mencoba bertanya.
"Ngak dek, mungkin belum waktunya saja kita di berikan kepercaan itu" jawab Mas Rahman dengan bijaknya. Aku merasa bersyukur bisa memiliki Mas Rahman.
Aku hanya mengangguk saja sambil bersandar di bahunya. Serasa nyaman sekali. Ada tempat untuk aku bersandar.
"Mas, Mbak Misya apa kabar ya" ujarku yang kangen sama Mbak Misya.
"Pastinya baik baik saja dek, Mas yakin itu" jawab suamiku yang menyakinkanku.
"Semoga saja Mas" harapanku.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Akhirnya tiba lah waktu pulang ke Indonesia tercinta. Sudah tak sabar ketemu sama Mbak Misya juga keponakanku Rafael.
Tak lupa juga aku dan Mas Rahman membeli oleh oleh untuk semua orang terlebih dahulu. Kenangan yang indah selama 9 bulan di kota Paris ini.
"Sudah siap dek" ujar Mas Rahman padaku.
"Iya mas siyap baget" jawabku dengan senang hati.
"Ayok kita berangkat ke bandara" ujar suamiku lagi.
Aku pun hanya mengangguk. Mungkin bakalan akan kangen dengan kota paris yang akan penuh kenangan bersama Mas Raman suamiku.
Dalam sepenjang perjalanan pulang ke indo, hatiku merasa senang. Akan segera bertemu Rafael ponakanku itu. Mungkin sudah besar sekarang.
Tak terasa perjalanan begitu terasa cepat. Akhirnya sudah sampai di kota jakarta.
Benar benar perjalanan yang melelahkan. 30 menit kemudian akhirnya sampai juga di rumah.
Nampak dari luar terlihat sepi sekali. Mungkin Mbak Misya lagi di dalam.
"Assalamualaikum mbak" ujarku sambil berjalan masuk kerumah.
"Wa'alaikumsallam, ehhh kamu dek kok ngak bilang bilang sih mau pulang, kan Mbak bisa beres beres juga masak dulu buat kalian" ujar mbak Misya yang sangat senang bahwa aku sudah pulang.
Tapi terlihat Mbak Misya makin gemuk saja. Mungkin sudah tak banyak beban kali ya. Jadinya gemuk kan kalau busui itu makannya banyak.
"Hehehe sengaja Mbak biar bikin kejutan gitu, oh ya mbak Rafael mana" ujarku sudah tak sabar bertemu dengannya.
"Itu lagi di kamarnya, sedang tidur" jawabnya mbak Misya.
Aku pun segera ke kamar mbk Misya. Terlihat Rafael sedang tidur. Tambah tembem juga ini bocah bikin gemes deh. Ingin ku rasanya membangunkannya tapi kasian biarlah dia tidur dulu.
"Eh ini mbak ada oleh oleh buat mbak" ujarku pada mbak Misya sambil menyerahkan bingkisan oleh oleh dari paris itu.
"Makasih ya dek" ujar mbak Misya.
Aku pun hanya mengangguk saja.
"Aku istirahat dulu ya mbak" ujarku lagi.
"Iya sana, kan pastinya capek" ujar mbak Misya sambil tersenyum ramah padaku.
Aku pun bergegas untuk masuk ke kamarku. Ingin rasanya aku istirahat terlebih dahulu.
Saat sudah sampai di kamar. Ternyata suamiku sudah tertidur dengan pulasnya.
Aku pun ikut merebahkan badanku di sampingnya. Perlahan lahan aku menutup mataku. Dan aku pun menyusul suamiku ke alam mimpi yang indah.
Entah sudah berapa lama aku tertidur saat aku bangun ternyata sudah sore hari. Aku bergegas untuk mandi terlebih dahulu biar badan ini terasa segar. Setelah selesai mandi aku pun turun ke dapur untuk masak makan malam nanti.
Terlihat Mbak Misya sedang meracik racik bumbunya. Lalu akupun mendekat ke arah Mbak Misya.
"Mau masak apa mbak hari ini" ujarku bertanya pada Mbak Misya.
"Gulai ayam, sup, sama goreng tahu ini" jawab mbak Misya.
"Aku bantuin, ya mbak" ujarku sambil mengopek bawang merah.
"Ngak usah dek, kamu istirahat saja" ujarnya yang menolak secara halus.
"Ngak papa kok mbak, bosen istirahat terus" jawabku.
"Ya terserah kamu lah dek" ujar Mbak Misya yang terlihat menyerah hihihi.
"Eh mbak Rafael sama siapa" ujarku lagi. Karna dari tadi tak melihat Rafael.
"Sama bapaknya tu di belakang rumah" jawabnya yang membuat aku senang.
Aku pun hanya manggut mangut. Setelah selesai meracik bumbunya juga memotong motong,aku segera menumis bumbunya di atas kompor.
Huuuummmzzz wanginya membuat aku jadi semakin lapar saja. Tiba tiba mbak Misya malah mual mual.
"Bentar, ya dek" ujarnya yang sambil menuju ke kamar mandi.
Hooooeeekkk hhhooieekk hhoooeeek
Terdengar seperti mbak Misya muntah muntah. Aku pun mematikan kompornya terlebih dahulu. Lalu menyusul mbak Misya ke kamar mandi.
"Mbak ngak papa kok dek" ujar Mbak Misya yang terlihat sangat pucat itu.
"Yang bener mbak" ujarku yang belum merasa yakin.
"Iya kok, mbak hanya kecapean saja. Tolong lanjutin masaknya ya, mbak mau istirahat dulu" pinta Mbak Misya sambil berjalan ke kamarnya.
"Iya mbak hati hati" ujarku.
Aku pun segera melanjutkan untuk masaknya. Setelah semuanya siap. Aku pun memanggil semuanya untuk makan bersama.
Terlihat Ayah, Suamiku, Mas Bram, juga Mbak Misya ikut duduk di meja makan ini. Aku senang sekali bisa makan bersama begini. Serasa rumah ini sudah berwarna lagi. Tak seperti dulu sebelum aku berangkat ke paris.
"Man gimana bulan madu kalian" ujar Ayah pada Mas Rahman.
"Mungkin harus masih bersabar lagi yah" jawab mas Rahman pada ayah.
"Tak apa, terus berusaha" ujar ayah yang menyemangatinya.
"Gimana yah di kantor" ujar Mas Rahman mengalihkan pembicaraan
"Lancar Man" jawab ayah singkat.
Mas Rahman pun hanya mengangguk. Terlihat Mbak Misya juga Mas Bram hanya fokus untuk makan saja. Tiba tiba suasana yang hening ini mencair juga dengan ayah yang bertanya kepada Mas Bram.
"Gimana Bram kerjaanmu" ujar ayah.
"Rame yah, pelanggan hari ini" ujar Mas Bram yang tak sungkan kepada ayah.
"Emang kamu kerja apa mas" ujar suamiku bertanya.
"Di restauran makan , jadi pelayan sih" jawab Mas Bram.
"Ooo ya bagus lah" ujar suamiku.
Lalu kami pun akhirnya makan dengan lahapnya.
Setelah selesai makan. Tinggal aku sama mbak Misya yang di dapur. Tiba tiba mbak misya mual mual lagi.
Hhhoooeekk hhhoooeek hhhoooeekk
Aku pun mengurut leher Mbak Misya secara perlahan. Aku rasa Mbak Misya ngak masuk angin deh. Tapi ya belum pasti juga sih, dugaanku ini.
"Makasih ya dek" ujar Mbak Misya setelah semua makanan yang tadi makan keluar semua.
"Iya mbak" jawabku dengan tersenyum.
Aku harap mbak Misya tak kenapa napa, juga semoga lekas cepet sembuh. Tapi memang aku perhatikan Mbak Misya tidak sakit malah seperti sedang hamil. Terlihat dari tubuhnya yang tambah gemuk itu. Juga tadi mual mual.
Rasanya ingin aku bertanya padanya, tapi ku urungkan niatku. Agar mbak Misya tak tersinggung.
Yah semoga kecurigaanku ini tak benar benar terjadi. Kasian Rafael yang masih usianya sangat kecil sudah punya adik lagi.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Next ?

Komentar Buku (70)

  • avatar
    Stiya rahmadaniWati

    sangat baguss

    3d

    Β Β 0
  • avatar
    RamadaniErna

    sangat bagus dan bikin nagih buat baca

    6d

    Β Β 0
  • avatar
    BetinaRusa

    bagus

    20d

    Β Β 0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru