logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Terbongkar

Mobil pun berhenti tepat di depan gerbang rumah itu. Terlihat wanita yang ada di foto kemarin sedang berdiri di depan pintu sambil menggendong bayi, menunggu laki-laki yang tentunya adalah calon mantan suamiku, yang sedang menurunkan belanjaannya.
Aku turun dari mobil bersama Dewi di belakangku dengan kamera standby di tangannya.
"Oohh.... Jadi ini tugas dari kantormu Mas???"
Mas Bagas terkejut, ia terpaku di tempat dengan tas belanjaan yang jatuh semua dari tangannya.
"Tugas macam apa ini, Mas.? Lanjutku lagi.
Dia masih tak bergerak di samping mobilnya.
"Dapat uang dari mana kamu sampai masih bisa membelanjakan gund*kmu ini, hah?? Aku memunguti belanjaan itu, ku periksa satu per satu isi di dalamnya....
"Ck... Hebat kamu. Menggelapkan uang perusahaan demi menyenangkan j**ang seperti dia?" raut wajahnya kini sangat pucat.
Benar, tadi dalam perjalanan kesini, Pak Arif mengirim pesan, bahwa di kantor sedang di adakan penyelidikan tentang keanehan dalam laporan keuangan, dan bodohnya, di temukan beberapa struk belanja bernilai puluhan juta di laci kerja Mas Bagas dua hari yang lalu.
Sedangkan semua kisahku, sudah aku laporkan ke pihak kantor. Termasuk jumlah uang di tabungan yang sudah tidak seberapa itu, dan pemblokiran ATM serta buku tabungan yang sebenarnya sudah aku kembalikan ke bank, karena sudah ku ganti dengan yang baru.
"Jawab Bagas, jangan diam saja seperti patung!!!!!" bentakku padanya.
"Kamu hubungi teman laki-lakimu yang dekat sini, Wi. Suruh datang kesini semua. Buat jaga-jaga." bisikku pada Dewi.
Dia yang sedang memegang kamera, satu tangannya merogoh tas slempang kecil di pinggang, lalu menelfon seseorang.
*Cepat kesini*
*......*
*Iya. Yang banyak. Ya udah cepetan*.
*....*
*Ok.*
Selang lima menit, datanglah segerombolan pemuda semuanya berjalan kaki, ternyata mereka sudah standby di warung sebelah tempat aku ketemu Dewi tadi. Sungguh, ternyata Dewi lebih waspada untuk hal ini.
"S..s. Sinta, ka.. Ka.. Kamu..." Akhirnya, dengan tergagap Mas Bagas bicara juga.
"Aku apa Mas? kamu kira aku tidak tau? atau aku tau dari mana kebus***nmu ini ? dengan suara datar aku menjawabnya.
"Apa kamu kira kamu sepintar itu bermain di belakangku Bagas? dan seenaknya saja kamu menghabiskan uang tabungan kita untuk menyenangkan jal*ngmu ini?" aku berbicara sambil melangkah mendekati wanita itu.
Dewi mengekor di belakangku, sudah persis kameramen handal... Hahaha.
"Sinta..mm ,, Mas...ini semua tidak seperti yang kamu lihat Sin, Mas.. Mas hilaf Sin..." akhirnya dia berani membela diri.
Semua teman Dewi sudah mengelilingi Mas Bagas dengan tatapan garang.
"Hahaha... Hilaf katamu Mas? hilaf kok sampe jadi orok gini." Senyum menyeringai sambil memegang pipi bayi yang ada di gendongan wanita mur*h*n di depanku.
"Jangan sentuh anakku!!!!"
Bentaknya sambil mengibaskan tanganku dari pipi bayinya.
"Ups.... Kamu dengar Mas, dia bilang cuma anakku lho? kamu ingatkan hasil pemeriksaan ku kemarin." Kini aku sudah di hadapannya lagi, aku masih sadar, wanita itu menggendong bayi, jadi aku tidak mungkin bermain kekerasan dengannya. Takut bayi tak berdosa itu ikut kena masalah.
"Aku SUBUR mas... Subur!!!!! Jadi tuduhanmu dan ibumu itu tidak mempunyai dasar!!!" Suaraku mulai meninggi.
Sangat sesak dada ini menahan tangis sebenarnya. Tapi aku harus bisa bertahan, tidak boleh mengeluarkan air mata barang setetespun.
"Yang aku tanyakan, berapa lama kamu kenal dengan wanita ini? baru 9 bulan sudah sama PDKT mu kan??? kamu kira aku tidak tau Mas? masa kamu menikah setelah sebulan kenal dia,trus sekarang anakmu sudah usia dua bulan???"
"Berarti anakmu hebat Mas, dia ada di perut mamanya cuma 6 bulan. Bahkan kalaupun kamu dengan beraninya berzina untuk mencetak anak itu pada saat baru mengenal mamanya, bayi itu cuma 7 bulan di kandungan.... Hahahaha."
Ternyata semua kawan Dewi ikut tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya.
"Apa kamu yakin itu anakmu Mas? apa kamu sudah memeriksakan kesuburanmu sebelumnya?" Tanyaku mengejek.
"Cukup Sinta... Kamu keterlaluan. Aku yakin bayi itu anakku, aku melihat kelahirannya dua bulan lalu, dia prematur Sinta." Dia berteriak Sambil melototkan mata merahnya, menahan amarah.
"Oohh..... Prematur Mas?? berapa berat badan bayi prematurmu dulu Mas???" tanyaku dengan tatapan sinis.
Dia terlihat berfikir.
"Sangat kecil Sin, dia hanya 3,5 kilogram".
Serentak kami semua tertawa..
"Hahahaha. Bod*h kamu Mas, jadi laki-laki itu jangan bisanya cuma nyetaknya aja. Mana ada bayi prematur 6-7 bulan dengan berat badan 3,5 kilogram... Hahaha..." kami tertawa lagi serentak.
"Dengar ya mas, bayi lahir normal 9 bulan saja,rata-rata cuma punya BB 3 kiloan.misal lebih pun itu jarang Mas, memang ada yang sampai 4 kilo bahkan lebih, tapi itu jarang Mas. Dan yang namanya bayi prematur, apa lagi usia kandungan baru 6-7 bulan, paling beratnya ya hanya sekitar 1-2 kiloan lah...."
Kulirik ke arah wanita itu wajahnya sudah pucat pasi, seperti mayat.
"Ta.. Tapi anakku lahir tidak seperti yang lainnya Sin, dia 3,5 kilogram, dan badannya sehat sekali, gemuk."
Eh. Dia kira ini lagi lomba gemuk-gemukan anak apa, malah dengan bangganya memamerkan kegemukan bayi 6-7 bulan dalam kandungan yang memiliki BB 3,5 kg.
"Gini aja Mas, kamu lebih baik tes kesuburan kamu aja deh, biar yakin...." Kataku akhirnya, lalu tersenyum sinis pada wanita jal*ng yang sudah sepucat mayat disana.
"Alahh. Kamu itu hanya iri sama Sari, Sin. Karena dia bisa memiliki anak dariku, sedangkan kamu ma....."
"Mandul maksudmu? apa kamu sudah benar-benar pikun Mas, baru kemarin kamu lihat sendiri hasil pemeriksaanku kan. Atau jangan-jangan kamu yang mandul Mas, karena selama ini selalu menolak di priksa." Tanyaku mengintimidasi nya.
dia terdiam lagi mendengar jawabanku.
"Ya sudah, aku pulang dulu Mas, dan ingat, jangan pernah kamu kembali lagi kerumah ku, karena aku akan segera mengurus perceraian kita."
"Ayo semua, kembali." seruku pada yang lain.
"Tunggu. Aku tidak akan menceraikanmu Sinta." teriaknya lagi.
"Maka aku yang akan menggugatmu, Mas." sambil tetap berlalu menuju mobilku.
Ku lihat dia terpaku di tempat melihat kepergianku, sedangkan sang jal*ang, sedang menghentak-hentakkan kakinya seperti orang jalan di tempat.
*****
Ternyata sampai hari ini pun Mas Bagas tidak kembali kerumah, bagus lah, biar nanti dia mendapat kejutannya di kantor.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk kantor, Papa sudah memanggil seluruh dewan direksi, dan nanti akan di umumkan kepada seluruh karyawan, bahwa kedudukan Direktur Utama akan di gantikan oleh aku, Sinta Syakila Gunawan.
Anak dari direktur utama sebelumnya. Pak Gunawan.
Setelah selesai sarapan, aku bergegas berangkat ke kantor, tentunya sekarang memakai mobil hadiah dari Papa, motor butut milik Mas Bagas sudah ku museumkan.
***
"Selamat pagi Bapak Ibu semuanya" Sapa Papa membuka pertemuan.
Kulihat di kursi pojok sana, Mas Bagas terlihat pucat. mungkin dia syok melihatku dan Papa ada disini, Papa yang baru di ketahuinya adalah direktur utama di perusahaan dia bekerja.
"Berkumpulnya kita disini, karena ada yang mau saya sampaikan, yaitu mengenai pergantian Direktur utama yang sebelumnya di pegang oleh saya sendiri, maka mulai hari ini kedudukan itu, akan saya serahkan kepada anak saya, Sinta Syakila Gunawan."
Riuh tepuk tangan memenuhi ruangan ini.
"Mohon kerja sama kepada semuanya, silahkan kepada Sinta, perkenalkan diri kamu" Kalimat penutup papa.
Aku pun berdiri, lalu mengangguk hormat menyapa semua hadirin.
"Terima kasih atas waktunya, perkenalkan saya Sinta Syakila Gunawan, saya yang akan menggantikan posisi Pak Gunawan sebagai direktur utama disini, dan mohon kerja samanya, terima kasih."
"Selanjutnya, silahkan jika dari yang lain ada yang ingin di sampaikan."
Kulihat Pak Arif dingin mengacungkan tangan.
"Silahkan." jawab papa, berwibawa.
"Terima kasih... Saya hanya akan menyampaikan beberapa hal penting tentang keuangan perusahaan kita, bahwa beberapa minggu ini, terdeteksi ada penyelewengan dana yang sangat besar, dan ...."
Dia menggantung kalimatnya.
Aku melirik tajam ke arah Mas Bagas duduk, dia terlihat sangat gusar.
"Dan kami sudah bekerja sama untuk menyelidiki kasus ini, hingga dengan seluruh bukti-bukti yang ada, kami sudah menemukan tersangkanya... Yaitu . Pak Bagas," dia menjeda kalimatnya.
"Dia sudah menyelewengkan dana proyek dari kantor cabang di jakarta sebesar 1,5 milyar rupiah."
"Dan ini bukti bahwa Pak Bagas juga melakukan perselingkuhan di belakang istrinya."
Terdengar bisik-bisik dari para karyawan.
"Kami selaku penyidik, menyerahkan semua bukti kepada Bapak Gunawan, dan menyerahkan semua keputusan untuk Pak Bagas. Terima kasih."
Dia menyerahkan Map berisikan bukti-bukti itu kepada Papa.
Setelah beberapa menit papa membaca keseluruhan bukti itu, dia bangkit.
"Oke. Karena bukti sudah memberatkan Pak Bagas sebagai tersangka, maka dengan ini saya putuskan untuk memberhentikan Pak Bagas dengan tidak hormat."
"Untuk uang yang sudah anda selewengkan, Saya kasih waktu anda 3 hari untuk mengembalikan utuh, jika dalam waktu itu tidak ada niat baik anda, maka kasus ini akan saya serahkan ke pihak yang berwajib."
Tiba-tiba Mas Bagas berdiri, berjalan menuju aku dan Papa. Dia bersimpuh di kaki papa.
"Maaf Pa, maaf, tapi tolong jangan pecat saya Pa, bagaimana saya akan menghidupi Sinta jika Papa pecat saya."
Papa menarik kaki yang di pegang Mas Bagas.
"Untuk menghidupi sinta atau selingkuhanmu hah?" sepertinya Papa mulai emosi.
"Sa... Saya tidak selingkuh Pa." Sanggahnya.

"Lalu ini apa?" bentaknya sambil melemparkan foto-foto yang ku serahkan sebagai bukti.
"Itu... itu... Saya hilaf Pa."
"Hilaf macam apa yang sampai menghasilkan bayi Bagas?"
Papa sebenarnya sudah tau, kalau belum tentu bayi itu anak Mas Bagas, hanya saja karena dia sudah selingkuh, maka keadaan bayi itu juga bisa membantu memberatkan kesalahannya.
"Sudah, lebih baik kamu angkat kaki dari sini, atau saya panggil satpam."bentak papa akhirnya.
Mas Bagas pun berdiri, dia menatapku dengan tatapan yang, entah lah, sulit di jelaskan. Seperti ada penyesalan dan amarah di dalamnya.
Baru sampai di depan pintu,
"Tunggu...!!!" Papa berteriak.
....

Komentar Buku (238)

  • avatar
    Dhe Rumengan

    ceritanya bagus moga aja endingnya juga ..paling tidak ada pesan moral yg terkandung didalam ceritanya yg bermanfaat bagi pembaca..semangat ya thor..

    09/01/2022

      0
  • avatar
    NainggolanTiara

    bagus

    8d

      0
  • avatar
    OdikShodiq

    okey

    11d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru