logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

LIMA TAHUN KEMUDIAN

LIMA TAHUN KEMUDIAN
Lokasi : SpecT Center Corporation
“Saya harap, anda-anda semua berbaik hati untuk membantu putra saya ini agar bisa berkembang dan menjadi pengganti saya di perusahaan ini. Bimbingan dari para senior pasti sangat memiliki peran penting. Bukan begitu putraku?”
Pria paruh baya tiu Danubrata Smith menepuk punggung lelaki yang dia sebut sebagi putranya yang baru saja dia umumkan menjadi pengganti dirinya sebagai pimpinan SpecT Center Corporation.
“Anda jangan khawatir tuan Smith, saya yakin putra anda sama hebatnya seperti sang Ayah. Buah tidak jauh jatuh dari pohonnya. Bukan begitu tuan-tuan?” tanya salah seorang pria di antara mereka kepada rekan-rekannya.
“Ya tentu tuan Smith, saya sangat setuju dengan pernyataan yang satu itu.”
“Pasti. Ketampanannya saja sudah menurun tentu hebatnya akan sama.” Para petinggi perusahaan itu saling beradu pendapat sembari bergurau kecil hingga membuat pria muda yang duduk di sebelah sang Ayah merasa tersipu malu.
Danu tertawa kecil, sambil menganggukkan kepalanya. Lelaki berusia setengah abad itu sebenarnya sudah sangat lelah dengan aktivitasnya di perusahaan yang dia rintis dari awal bersama rekan-rekannya. Dia ingin istirahat di rumah menemani sang istri menghabiskan masa tuanya dan membiarkan putra semata wayangnya itu Xabiru Ray Smith menggantikan posisinya.
Setelah cukup perkenalan dengan orang-orang hebat di sekitarnya, Danu membawa sang putra menghampiri seorang wanita yang tampak serius dengan berkas-berkas yang menumpuk dihadapannya.
“Naraya.”
Wanita itu mengangkat dagunya lalu tersenyum manis menampakkan gigi putih yang tersusun rapi. Dia berdiri sambil menundukkan kepalanya sedikit, seketika Biru terpana melihat wanita itu. beberapa detik dihabiskannya dengan mengamati lekuk tubuh dan wajah wanita yang dipanggil Naraya itu.
‘Ah shit! Dia sangat seksi.’ Bahkan hanya melihat deretan gigi putihnya, Biru merasakan ada sesuatu yang memberontak di balik celananya.
Plok!
“Akh! Papi.” Biru memekik pelan sambil mengusap bagian belakang kepalanya yang menjadi sasaran empuk tangan Danu.
“Tidak sopan memandangi wanita seperti itu.” Geraman Danu tertahan di telinga Biru, lalu kemudian dia beralih kepada wanita yang menatap mereka dengan penuh kebingungan.
“Hanya sedikit.” Gumamnya yang terdengar sangat jelas di telinga Nara, sementara dia hanya menatap pria itu dengan dingin.
“Ah Naraya, perkenalkan ini putra saya Xabiru. Dan Biru ini sekertaris Papi yang akan membimbing kamu sampai kamu mendapatkan sekertaris yang cocok.” Danu memperkenalkan keduanya, dengan gaya coolnya Biru menyodorkan tangannya.
“Xabiru Ray Smith.”
“Naraya Ayudia.” Nara tersenyum manis dan menyambut uluran tangan Biru dengan lembut.
Diam-diam Biru menggigit bibirnya, tangan lembut itu benar-benar menerbangkan dia ke langit ke tujuh. Sungguh lembutnya melebihi sutera.
“Baiklah. Tampaknya kalian harus membiasakan diri satu sama lain. Papi akan tinggal sebentar.”
“Baik Tuan Smith.” Jawab Nara dengan sopan.
“Oh iya Nara, saya butuh bantuan kamu untuk mengarahkan putra saya. Dia baru saja kembali dari Belanda menyelesaikan studinya, jadi masih banyak hal yang belum dia ketahui mengenai SCC. Dan maafkan jika saya merepotkan kamu,” ucapnya lagi setelah dia mengingat sesuatu.
“Ah, tidak masalah tuan Smith. Itu sudah menjadi tugas saya.”
Ketika Danu bersiap untuk meninggalkan ruangan Nara dia berbalik sebentar karena terlupa sesuatu. Lalu berdehem dihadapan sang putra.
“Ekhm. Nara, jika dia berbuat ulah beritahu saya segera.”
“Baik tuan Smith. Saya paham.”
“Termasuk itu,” tunjuknya pada tangan Biru yang masih menggenggam erat tangan Nara tanpa berniat melepaskannya, “you are very rude son!” Danu tergelak ketika mendapati wajah Biru memerah karena malu. Ayahnya sendiri mengatai dia tidak sopan.
“Papi....”
Sementara Nara hanya menyunggingkan bibirnya ke atas, seolah mengejek pria tampan berbalut suit hitam itu.
“Hahaha. Oke oke Papi tidak akan ganggu.” Danu kembali tergelak, lalu dia melanjutkan langkahnya untuk keluar dari ruangan Nara.
“Hei nona, apa ada yang salah. Kenapa tampaknya kau menertawakanku.” Xabiru bersedekap dihadapan Nara memperhatikan wanita itu dengan seksama seolah menerka apa yang ada dalam pikirannya.
“Oh. Maaf jika anda merasa seperti itu.” Nara kembali menyunggingkan bibirnya dan kali ini terlihat sangat tipis, lalu dia kembali ke kursinya untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk.
Biru melongo melihat apa yang dilakukan wanita itu padanya, dia terkesan merendahkannya. Hei dia yang akan menjadi pewaris tunggal perusahaan ini. seharusnya wanita itu bertekuk lutut dibawah kakinya, karena tidak sepatutnya Nara bertingkah seperti itu kepadanya.
Sama seperti gadis-gadis lainnya yang pasti langsung menatap kagum pada sosoknya yang terlihat sangat sempurna. Mata biru turquoise miliknya benar-benar bisa menghipnotis siapa saja yang melihatnya, tapi tidak Nara. Bahkan dia terkesan acuh meski pada pandangan pertama.
‘Kau tampaknya sedang bermain-main denganku nona. Jangan salahkan saya jika nanti kau akan bertekuk lutut dibawah kakiku.’ Biru memberikan seringaian yang menyeramkan.
Merasa jika putra dari bossnya itu masih berada di ruangannya, Nara mendongak menatap pria itu yang kini sudah duduk di sofa ruangannya tepatnya sedang menghadap dia.
Dia tau sekali jika Biru memperhatikannya dengan seksama, entah apa yang dipikirkan pria itu.
“Apa anda membutuhkan sesuatu tuan Ray Smith?” Nara menatapnya dengan datar, tatapan pria itu benar-benar terlihat tidak sopan. Apalagi ketika dia menyunggingkan bibirnya itu ingin sekali rasanya Nara melemparkan berkas-berkas ini kehadapannya.
“Ah, saya suka kamu memanggil saya Ray Smith. Dan kamu adalah yang pertama.” Biru berjalan mendekati Nara dengan gaya khas dirinya, yaitu memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
Dia mengerlingkan matanya pada Nara, lalu duduk dibagian siku meja. Tidak sekalipun pandangannya terlihat lengah dari gadis itu. Satu kata yang bisa dia gambarkan sekarang, Biru terpesona pada pandangan pertama.
“Bagaimana jika acara peresmian nanti malam, kamu temani saya berdansa.” Jari telunjuk Biru mengangkat dagu Nara agar menatapnya, dan tatapan pria itu tetap tertuju pada bibir tipis merah wanita itu.
Plak! Nara menghempaskan tangan Biru dari wajahnya, dia benar-benar tidak suka pria ini bersikap tidak sopan padanya. Apalagi saat ini dia sedang bekerja dan sangat menumpuk. Jika tidak menyelesaikannya sekarang maka dia akan pulang malam.
“Maaf tuan Ray Smith, saya harap anda bisa menempatkan diri anda. Jangan bersikap lancang.” Biru menatapnya dengan tajam, bahkan mengibaskan tangannya yang terasa perih akibat tamparan Nara.
“Hei seharusnya saya yang berbicara seperti itu! Kamu lancang memukul tangan saya. Ka-”
“Silahkan keluar dari ruangan saya, sebelum saya mengadukan anda pada tuan Danu. Silahkan.” Nara menunjukkan pintu keluar ruangannya kepada anak tidak sopan itu. benar-benar kurang ajar, apa dia tidak tahu siapa Nara? Sekertaris pemilik perusahaan ini yang cukup di segani semua orang. Dia adalah tangan kanan Danubrata Smith.
Jika pada Danu sendiri saja dia tidak takut, apalagi pada bocah ingusan seperti ini. jangan panggil Naraya jika dia tidak bisa membungkam mulut menyebalkannya itu.
***

Komentar Buku (313)

  • avatar
    Imagirl

    good novel, dah gak bisa berword" lagi saya. 👍🤩

    04/04/2022

      0
  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    PutriAnisa

    alur nya bagus tidak membosan kan

    19/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru