logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

PART 07

Author POV
Seperti hari-hari biasanya sebelum cabut ketempat kerja Adinda mengantar sarapan pagi terlebih dahulu untuk eyang kakung.
Pagi itu dia sedikit kesiangan. Hingga seperti banteng yang asal seradak seruduk saja ulahnya. Jam bangun tidurnya yang sudah melewati waktu yang seharusnya membuat Adinda agak keteteran. Takut jika nanti waktunya tak terkejar untuk dia sampai di tempay kerja. Tergesa-gesa dia siap-siapkan semua keperluan kerjanya. Belum lagi tanggung jawab dan kewajibannya mwngantarkan sarapan pagi untuk eyang kakungnya.
" Pusiingg.." Celetuknya sambil garuk-garuk kepala.
Dengan buru-buru Adinda menyambar rantang yang sudah disiapkan bunda dimeja tamu dan langsung tancap gas melarikan scoopynya menuju ke rumah eyang kung yang saat lagi terpepet gini jadi berasa jauhnya.
Sampai dia lupa dengan hal biasa yang selama ini dilakukannya setiap dia hendak pergi. Mencium tangan bundanya serta cium pipi.
Gadis itu sudah sangat terburu-buru sampai tak sempat melakukan aktifitas hariannya itu.
Cuma ngomong kenceng didepan pintu untuk pamit berangkat kerja sekalian. Setelahnya tergesa dia hidupkan mesin motornya dan melesat pergi.
Lumayan kencang dia lajukan motornya membelah jalan raya. Sembari sesekali melirik arloji yang ada di pergelangan tangan. Sudah jam 07.26 menit.
Motor semakin dia kebut lajunya agar bisa selekasnya sampai di rumah eyang kakungnya.
Untungnya saat pagi hari suasana jalan belum begitu ramai lalu lalang kendaraan, jadi Adinda bisa melarikan scoopynya dengan leluasa.
Tak berapa lama diapun telah tiba di depan sebuah rumah kuno yang tak lain rumah ayah dari Ibundanya.
Begitu motor dia parkir tergesa langkah kakinya menuju kepintu utama rumah. Sedikit berlari-lari untuk mengejar waktu yang semakin mepet menuju ke angka 08.00 wib.
Dan seperti biasanya diapun langsung membuka krendel pintu karena biasanya jam segitu eyang masih ada dirumah untuk ngopi sambil nonton tv sebelum memulai aktifitas di kebun.
Tapi..
Klekk!!
" Yah pintu pake dikunci lagi."
Bersungutnya Adinda cukup kesal.
Geram karena melirik jarum jam yang semakin jauh meninggalkan angka 06.00. Itu berarti tinggal berapa puluh menit lagi untuk dia bisa sampai ke tempat kerja tanpa telat dan harus tepat sebelum jam 08.00 wib.
Tok tok tok!
Adinda ketuk pintu sedikit keras dengan perasaan dongkol sampai lupa mengucap salam seperti biasa.
" Eyaaannng..!"
Sedikit berteriak Adinda panggil nama kakeknya. Wajahnya mulai memerah, tanda dia mau nangis. Kalau sampai telat masuk, bisa bahaya karena harus berhadapan langsung sama manajernya yang galaknya melebihi mak lampir. Dan itu yang paling Adinda hindari.
" Kenapa pintu pake di kunci segala sih.." Bergumamnya menahan kekesalan di hati.
" Aarrgghh sialan ! Ini pasti kerjaan si cewek dusun itu. Culuunn... bener-bener deh ya! Enggak tahu apa aku udah kesiangan gini..!"
Omelan gadis itu sambil terus mengedor pintu utama rumah eyngmya.
Lamaa menunggu,,
Hingga kesabarannya sudah habis di ubun-ubun.
" Lihat aja nanti begitu pintu dibuka bakal aku semprot habis-habisan kamu.!"
Mengancamnya dengan wajah memerah menahan amarah.
Dan benar saja, tak berapa lama muncul seorang gadis yang nampak setengah berlari dan tergesa menghampirinya. Tertangkap dari samping jendela yang hordennya telah dibuka.
Sepertinya dia baru selesai mandi. Terlihat dari rambut dikepalanya yang masih terlilit handuk dan kimono warna pink yang masih menempel ditubuhnya.
Adinda sudah ancang-ancang pasang badan untuk melabraknya. Kemarahannya benar-benar tinggal menunggu detik begitu sosok itu berada di hadapannya.
Tergesa pintu dibuka dari dalam bersamaan wajah yang menyembul di muka pintu.
Wajah yang segar dan rambut yang terlilit handuk memperlihatkan lehernya yang mulus dan jenjang.
Ada helaian-helaian rambut kecilnya yang jatuh membuatnya nampak lebih seksi. Aroma wangi tubuhnya..
Gila!
Pikiran Adinda sedikit dibuat traveling oleh pemandangan dihadapannya yang sebelumnya tak pernah dia temukan.
Karena setiap ke rumah selalu kakeknya yang menyambutnya dengan keadaan pintu rumah yang telah terbuka.
" Kenapa pintu rumahnya kamu kunci itik dusuunnn.. Mana Eyang kung ?!"
Ketus Adinda bertanya dengan muka memerah setelah deheman Iyus menyadarkannya dari keterpanaan sesaatnya. Sedikit gelagapan juga saat Adinda mendengar deheman gadis yang berdiri di hadapannya itu. Tapi buru-buru dia perlihatnya raut marahnya yang bikin Iyus kesal setengah mati.
Yang ditanya agak gugup. Sembari menutupi dadanya dengan mengaitkan ujung-ujung kain kimononya dengan sebelah jari jemari lentik tangannya sementara yang satunya memegang daun pintu.
" Maaf aku baru selesai mandi kak Dinda.. Eyang Harno pergi ke kebun agak pagian tadii jadi pintunya aku kunci, takut kalo ada yang..,"
" Disini aman enggak ada maling !."
Potong Adinda sadis. Ditatapnya raut dihadapannya dengan kesabaran yang telah lenyap dan marah yang memuncak.
" Apa kamu mau bilang malingnya aku Iyus ?! Baru beberapa hari disini kamu udah sok berkuasa, main kunci pintu seenaknya. Gak tahu orang lagi buru-buru. Huuhh kamu bikin aku telat masuk kerja, tau ga ?!"
Masih terus ngedumel Adinda. Sampai gadis itu sudah main bentak-bentak segala.
Sebenarnya Iyus bermaksud membawakan rantang di tangan Adinda tapi gadis itu terlalu sudah terlalu kesal.
Menepis tangan mungilnya dan agak menabrak samping tubuh Iyus, sebagai isyarat menolak uluran tangan Iyus. Itu dia sengaja, karena sekenanya saja dia masuk ke dalam rumah tanpa mau tau sudah membuat Iyus terhuyung dan hampir jatuh.
Meletakkan rantang di atas meja tamu, setelahnya Adinda menoleh ke arah Iyus. Sejenak sempat dia lirik Iyus yang sikapnya menjadi serba salah. Tapi Adinda acuh saja. Berlalu pergipun tanpa permisi samasekali.
Padahal jelas-jelas Iyus masih berada dihadapannya.
" Cewek angkuh. Songong..!"
Gumam Iyus menahan kesal.
Langsung saja dia melesat pergi ke dalam rumah dan masuk ke kamarnya tanpa mengiringi kepergian Adinda. Tak sudi rasanya melihat muka songong angel berhati jahat itu!
Sepasang mata Iyus merebak perlahan.
Perlakuan Adinda tadi membuatnya sedikit merasa tersinggung dan melahirkan perasaan sakit.
' Sepertinya aku salah memutuskan untuk setuju tinggal disini.., tapi meminta untuk pindah tempat juga enggak mungkin..'
Bergumamnya menahan perih didada. Tak dia sangka-sangka saudara sepupunya itu tega melakukan hal itu terhadapnya.
Airmata Iyus semakin deras mengalir jatuh ke pipi. Ingat sikap Adinda tadi begitu membuatnya marah dan tak bisa terima. Namun dia tak berani macam-macam. Hanya menahan kesalnya dihati.
" Salah apa akuu.. Kenapa kamu sebenci itu ke aku Adinda..Bukankah kita masih saudara? Meski bukan mengalir darah yang sama tapi.."
Aarrgghhh
Semakin Iyus dibelit rasa benci mengingat muka menyebalkan cewek jutek itu.!
Rasanya ingin dia cincang-cincang dan dia jadikan santapannya sehari-hari.!
" Aku ogah baik-baik sama kamu Adinda.." Menangisnya tersedu.

Komentar Buku (431)

  • avatar
    TaneA.a

    bagus terus berkarya ya kak

    24/05/2022

      0
  • avatar
    JuliasariKenaya

    bgss bngttt

    04/08

      0
  • avatar
    MuhammadMuhammad isayama

    cerita nya sangat menarik

    21/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru