logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

PART 06

Author POV
Adinda senang bukan main karena setelah keberadaan Iyus di rumah eyang kakungnya otomatis jatah waktu mengantarkan makanan untuk kakeknya itu disore hari jadi berkurang.
Hanya setiap pagi sebelum berangkat kerja Adinda sempatkan untuk ke rumah eyang Harnoto. Tentu saja itu sangat-sangat meringankannya. Terlebih jadwal pekerjaan di kantornya yang semakin padat dan menyita banyak waktunya. Yang dulunya jam setengah lima sore udah sampai dirumah sekarang setiap hari harus pulang di antara pukul delapan malam. Jadi sesampainya dirumah tinggal tubuh letihnya yang selalu membuatnya tak banyak waktu bercengkrama dengan Bundanya karena lebih membenamkn diri ditempat tidur.
Seharusnya Adinda berterima kasih pada Iyus, karena gadis itu yang mengajukan diri untuk memasakkan eyang kakung setiap sore. Itu dia lakukan karena sudah pulang dari kerja dan cukup waktu untuk memasakkan makan malam untuk eyang kakung.
Tapi Adinda tak pernah sadar akan hal itu. Rupanya rasa tak sukanya pada sosok Iyus membuatnya lupa kebaikan yang telah gadis itu lakukan untuknya.
Meski Ibundanya Adinda sempat melarang karena itu sudah tugasnya sebagai anak, namun alasan Iyus untuk memasakkan makan malam eyang Harnoto juga sekalian dia masak untuknya sendiri membuat beliau mengijinkannya.
Iyus, gadis dusun yang dijuluki Adinda dengan panggilan katrok itu sebenarnya tinggal dirumah eyang kung Adinda bukan tanpa alasan.
Dia di sini karena mendapat panggilan kerja di perusahaan pemintal benang yang ternyata anak cabangnya terletak di daerah tempat tinggal eyang Harnoto.
Dan dia menerima tawaran untuk ditempatkan di marketing sesuai keahliannya, namun dengan syarat harus mau ditempatkan dimana saja, tanpa terkecuali. Bahkan diluar daerah ataupun luar pulau harus bersedia. Dan Iyus telah menyanggupi itu.
Dan sebenarnya jabatan itu cukup lumayan dibanding Adinda yang hanya seorang supervisor disebuah perusahaan garment yang jam kerjanya sangat tak beraturan.
Kadang jam 4 sore dia sudah bisa lepas dari kesibukan pekerjaannya. Tapi lebih seringnya pulang malam. Apalagi jika permintaan membludak dan di kejar dedline, bisa hingga jam delapan malam plus hari sabtu tetap masuk kerja. Selain hari minggu yang tentu saja tak bisa di ganggu gugat.
Tapi Adinda tetaplah Adinda yang semakin hari justru semakin di rundung rasa tak sukanya pada sosok Iyus. Ketidak sukaanya yang samasekali tanpa alasan dan membuatnya begitu benci bila berpapasan dengan gadis itu.
Heran juga..
Kenapa kebencian itu begitu membabi buta Adinda??
Sedangkan dia belum begitu kenal dekat dengan gadis itu. Bahkan samasekali belum mengenalnya. Terlalu mengada-ada jika kemudian hatinya menaruh perasaan tak suka padanya. Semisal ada alasan kebencian itu wajar saja bila tumbuh. Tapi lucunya Adinda benci tanpa sebab yang pasti.
Masa hanya karena dia anak desa,??
Masa karena Iyus cuma perempuan culun dan enggak gaul???
Masa cuma karena cara dandannya yang jauh dari kata trendi???
Masa, masa, masa..,?
Walaupun sejujurnya Adinda sangat terbantu dengan adanya Iyus dirumah eyangnya. Sewaktu kesiangan bangun dan harus balapan sama waktu, karena pulang malam dan kecapekan, sudah ada Iyus yang telah siapin menu masakan untuk eyangnya, tanpa dia musti nganterin sarapan, dia bisa langsung cabut ke kerjaan. Tapi yahh.. itulah Adinda.. Biar telah berkali-kali dibilangin Bundanya untuk mengajak main Iyus ke rumah, dia pura-pura lupa. Dan terus lupa...
" Kamu itu memang ndak niat buat ngajak Iyus kesini kan Dinda? Bunda ndak bisa kamu bohongi.. Tempo hari bunda perhatiin kamu terus lohh.."
Adinda bengong dengan tampang bloon. Meski dalam hati dia nyengir.
" Siapa yang enggak mau bundaa.., Dinda kan terus-terusan pulang malam.. mana sempet Dinda ajak kesini..??"
" Bunda kepo ihh.." Sahut Adinda menutupi rasa malunya sama Ibundanya. Wanita setengah baya itu senyum.
" Anak bunda sangat bunda kenal luar dan dalamnya. Ndak pernah loh bunda lihat alis kamu berkerut serius saat menatap orang. Tapi kenapa kemaren bisa begitu?? Anak bunda ini kenapa..?? Udah krisis kepercayaan diri atau gimana..?" Menggoda wanita setengah baya itu sembari memperhatikan sikap putri satu-satunya itu yang menunduk dalam.
" Adinda.."
" Bunda udah.., Dinda enggak mau bunda bahas soal itu melulu.."
" Makanya, ajak Iyus kesini, biar bunda yakin kalau putri bunda ini tak ada rasa gimana-gimana ke Iyus.. gimanapun dia sepupu kamu Dinda.. cucu eyang jugaa..
" Ntar kalo ada dia pasti eyang lebih sayang. Apalagi Iyus rajin bikinin eyang masakan buat makan sehari-hari. Belum lagi suka bersihin rumah, siram bunga-bunga jugaa.. huuhhh.. Dinda kesel. Apa itu cara dia buat dapetin hati eyang??"
" Hust!"
Wanita itu tergesa menutup mulut Adinda dengan jari telunjukknya.
" Ndak boleh ah, putri bunda seperti itu.. nanti jatuhnya jadi iri.." Adinda cemberut.
" Tapi kan emang begitu bundaa.. karena si culun itu selalu bikin eyang seneng sama masakannya. Sama kopi yang tiap pagi sore dia buat untuk eyang.. jangan-jangan ada racikan yang..,,"
" Adinda..,?!"
Agak tegas cara wanita itu menyebut namanya. Yang merasa dipanggil hanya cengengesan.
" Bunda ndak mau lagi ada bahas-bahas yang ngawur tentang Iyus. Dia anak baik. Kamu kan yang seharusnya berusaha agar eyang kakung ndak beralih perhatian dari kamu Dinda.. dengan cara apa?? Coba Dinda ikuti Iyus yang pinter masak terus pinter bikin kopi.. bukan malah ngomongin ngelantur.. Bunda ndak suka diajak gibah... Satu lagi, kalau sampai eyang kung ngadu yang ndak-ndak tentang sikap putri bunda ke Iyus, bunda yang langsung turun tangan.!"
Sembari mengakhiri kalimatnya yang panjang lebar, wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang telah menginjak 50 tahun lebih itu berlalu pergi dari hadapan gadis itu.
" Sepertinya bunda marahh.." Begitu bergumamnya lirih. Lalu Adindapun beranjak pergi juga menuju ke kamarnya. Meraih hp yang sedari tadi tergeletak nganggur diatas meja.
******
" Asikan main game daripada mikirin si culun itu.. kalo emang tampang dusun, udah dusun aja.. enggak perlu malu kann..? Emang asalnya juga dari sana.. lagian bunda kenapa jadi belain dia banget siihh?? Mau jodohin dia sama kak Wiko ??
Waahh bakalan perang duryodana kalo udah begitu ceritanya. Bakal banjir darah sama airmata. Aku yang bakalan paling pertama menentangnya.! 😤😤
Enggak terpikir samasekali hal itu. Mimpipun ogah, apalagi sungguhan..
No no no
Sampai dunia pindah ke planet mars pun aku enggak akan ridho.!
Lebih memilih kakakku tetap jadi bujang, biar dijuluki bujang lapuk enggak apa-apa daripada harus berjodoh sama gadis itu. Lihat penampilannya aja udah mau tertawa geli.. tapi aku tahan-tahan, karena takut dosa..hehe..😜
Masih jelas sekali terbayang dipelupuk mata, kemeja kotak-kotaknya yang bikin sakit mata. Masih jelas sekali teringat, sikapnya yang lebih malu-maluin daripada tersipu malu. Pokoknya enggak ada imut-imutnya samasekali. Titik !
Walau sedikit terlintas ketika tersenyum dan bibirnya nampak basah..itu aja siihh 😌

Komentar Buku (431)

  • avatar
    TaneA.a

    bagus terus berkarya ya kak

    24/05/2022

      0
  • avatar
    JuliasariKenaya

    bgss bngttt

    04/08

      0
  • avatar
    MuhammadMuhammad isayama

    cerita nya sangat menarik

    21/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru