logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

bab 11

KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN
bab 11
"Oh gitu yaudah besok pagi kita kesana, aku juga udah gak sabar buat datang pas acaranya, pasti Zahra senang kalau diajak ke acara mewah begitu. "
"Tentunya dong."
Akhirnya aku ikut nimbrung menonton televisi bersama Zahra dan Citra.
***
Hari ini adalah hari sibuk bagi warga kampung Ramai, bagaimana tidak, karena hari ini sebuah pabrik besar akan mengadakan acara syukuran mewah, dan warga desa yang menjadi tamu undangannya. Begitu juga aku, Citra, dan Zahra, kami sangat antusias menyambut acara besar hari ini, sedari pagi aku dan Zahra sudah bersiap-siap untuk menghadiri acara tersebut, hanya tinggal menunggu Citra datang menjemput saja, setelahnya kita akan berangkat ke gedung yang memang dibangun pabrik untuk kalau ada acara-acara penting seperti ini.
"Bu, kita mau pergi ke pesta ya, Bu? " tanya anakku saat ia sudah mengenakan baju cantiknya, cantik bagi kami tapi belum tentu cantik bagi orang lain, tapi ya memang hanya baju itu yang paling bagus yang anakku miliki.
"Iya sayang, kamu seneng gak? "
"Seneng dong, Bu, disana pasti ada banyak makanan enaknya, ya kan, Bu? "
"Tentu saja, tapi zahra harus ingat pesan Ibu, jika ditempat orang tidak boleh lasak, tidak boleh meminta-minta jika tidak diberi sama pemiliknya, dan tidak boleh buat gaduh, nanti Ibu bisa dipecat jika Zahra membuat masalah di sana, nanti kalau Ibu dipecat Ibu tidak bisa bayar uang sekolah Zahra, apa Zahra mau? "
"Enggak, Bu, Zahra janji akan nurut dan gak lasak, Zahra juga janji gak akan buat gaduh," ucap Zahra dengan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Anak pintar, sini cium dulu sayangnya Ibu. " zahra mendekat padaku dan menyodorkan wajahnya ke wajahku, lalu aku pun mencium gemas kedua pipinya yang chubby itu.
"Riri, sudah siap?" Citra sudah datang menjemput, sementara itu Bu Tiar juga sudah menunggu di luar.
"Sudah Cit, ayo berangkat nanti telat. "
Aku, Citra, Riri, dan Bu Tiar akhirnya melangkahkan kaki menuju tempat acara syukuran dan pembukaan pabrik gula itu.
Saat kami baru saja melangkah, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan halaman rumahku, aku, Citra, Bu Tiar dan Zahra pun menghentikan langkah kami.
"Siapa Ri? " tanya Citra padaku.
"Gak tau Cit, setauku gak ada janji sama orang hari ini. "
Setelah berhenti, seseorang dari kursi supir pun turun dan menghampiri kami, ia mengenakan kemeja putih yang luarnya dilapisi jas berwarna hitam, serta celana dan sepatu warna hitam.
"Maaf anda mencari siapa? " tanyaku akhirnya pada orang tersebut.
"Saya kesini mau jemput Bu Riri dan Non Zahra," ucap orang itu.
"Maksudnya Bapak supir taksi online? Tapi saya gak pesan taksi, Pak," ujarku yang masih bingung.
"Bukan, Bu, saya kemari memang diperintahkan oleh bos saya untuk menjemput Ibu Riri dan anak Ibu, mari Bu silahkan naik," orang itu membukakan pintu penumpang dan mempersilahkan aku masuk kedalamnya.
"Tunggu dulu, sebenarnya kalian itu siapa sih, dan siapa bos yang kalian maksud, lagian biar saya jalan saja, saya mau pergi bersama teman saya."
"Sebaiknya Ibu turuti saja ucapan saya, nanti saat puncak acara Ibu juga akan tahu siapa bos kami sebenarnya, dan teman Ibu juga boleh kok ikut sekalian bersama Ibu naik mobil ini, ayo Bu, kami tidak punya banyak waktu, karena sudah ditunggu. "
"Gimana Cit? "
"Yaudah coba saja ikuti apa maunya dia, nanti juga kita tahu siapa sebenarnya mereka. "
Akhirnya dengan terpaksa aku menuruti permintaan orang asing di depanku ini. Aku, Zahra Citra juga Bu Tiar akhirnya masuk kedalam mobil yang telah dibukakan pintunya oleh orang tersebut.
***
Tak membutuhkan waktu yang lama, karena memang jarak tempuhnya tidaklah jauh, saat aku datang ternyata sudah banyak warga yang juga ikutan datang ke acara itu, dan saat mobil yang dinaiki sampai di halaman depan gedung, banyak pasang mata yang melihat ke arah kami, dan jujur aku sedikit merasa tidak nyaman dengan pandangan yang mereka berikan untukku nanti.
Setelah orang itu turun, lalu dia berlari kecil ke arah pintu penumpang yang aku duduki, lalu membukanya, perlahan aku turun, disusul dengan Zahra, Citra kemudian Bu Tiar, sekilas aku melihat sekumpulan warga yang sangat kukenal, yakni Bu Ida serta geng ghibahnya, Mas Tio beserta istri dan anaknya, Mbak Meri beserta suami nya, dan Lintang yang juga dengan suaminya, mereka menatapku seolah tidak percaya jika yang ada di dalam mobil mewah tersebut adalah orang yang selalu mereka hina sebagai orang miskin.
"Mari, Bu, ikuti saya, " ucap orang itu dengan sopan.
Lagi-lagi Aku, Citra, Zahra dan Bu Tiar mengikuti kemana orang itu melangkah. Didalam gedung aku melihat dekorasi gedung ini sangatlah mewah, baru kali ini aku melihat dan masuk ke acara semewah ini, biasanya aku hanya bisa melihatnya lewat layar televisi. Tenda cantik, serta hiasan bunga membuat gedung ini terlihat sangat elegan, beraneka ragam minuman dan makanan tertata rapi di meja yang dikhususkan untuk meletakkan itu semua.
"Mari, kalian duduk saja disini, " ucapan orang tadi membuyarkan lamunanku akan kemewahan acara ini.
Ternyata aku , Citra, Zahra juga Bu Tiar diberikan tempat duduk khusus oleh mereka, berbeda dengan warga yang lain, jika mereka hanya menggunakan kursi yang biasanya orang pakai di hajatan, tapi berbeda denganku, aku diberikan tempat duduk seperti sofa dan di depannya ada meja juga sudah terhidang beraneka makanan di atasnya.
"Bu, apa aku boleh mencicipi makanan ini? " tanya Zahra dengan polosnya padaku. Dan tanpa disangka ternyata orang yang tadi juga mendengarnya.
"Silahkan kalau Non Zahra mau memakannya, pilih saja, jangan malu. "
"Wah, serius, Om? " tanya Zahra dengan mata berbinar dan orang itu mengangguk sembari tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan Zahra.
Sesungguhnya aku masih sangat bingung, kenapa orang itu selalu memanggil Zahra dengan sebutan Non?
"Selamat pagi para hadirin sekalian, terima kasih sudah mau datang ke acara peresmian pabrik gula pertama di kota ini, dan juga sekaligus acara syukuran atas dipertemukannya pemilik pabrik dengan sang anak yang telah lama beliau cari," ucapan pembawa acara membuat suara yang tadinya riuh kini menjadi senyap.
"Tentu kalian semua sangat penasaran kan, siapa sih yang kami maksud sebagai anak pemilik pabrik yang baru bertemu setelah terpisah berpuluh tahun lamanya? Sebelum saya menyebutkan siapa orangnya, terlebih dahulu saya akan menceritakan sedikit kisah tentang pemilik pabrik ini dengan anaknya, dan bagaimana bisa mereka terpisah hingga sangat lama.
Jadi pemilik pabrik ini bernama Bapak Hadi Wicaksono dan istrinya bernama Intan Nuraini, mereka berdua adalah sepasang suami istri yang sudah diterpa banyak sekali cobaan dan ujian hidup. Bapak Hadi Wicaksono adalah pewaris tunggal perusahaan besar di kota yang jika ditempuh dari kota ini akan memakan waktu kurang lebih 10 jam, perusahaan itu bergerak dibidang jasa, tadinya perusahaan tersebut adalah milik orang tua dari Bapak Hadi, saat Bapak Hadi jatuh cinta pada seorang wanita sederhana yaitu Ibu Intan, keluarga dari Bapak Hadi menentangnya, karena mereka menginginkan menantu yang juga orang terpandang, mereka takut jika Ibu Intan hanya menginginkan harta dari Bapak Hadi saja.
Tapi ternyata Cinta dan sayang Ibu Intan tulus untuk Pak Hadi, Ibu Intan tidak peduli jika Pak Hadi tidak memiliki harta yang berlimpah. Hingga akhirnya Pak Hadi dan Ibu Intan memutuskan untuk tetap menikah meskipun tanpa restu dari orangtua Bapak Hadi. Saat tahu pernikahan diam-diam mereka, orangtua Pak Hadi marah besar, ia lantas mencoret nama Pak Hadi sebagai anak satu-satunya mereka.
Dari pernikahan Pak Hadi dan Bu Intan, mereka akhirnya dikaruniai seorang putri yang sangat cantik, tapi sayang lagi dan lagi rumahtangga mereka kembali diuji oleh yang maha kuasa. Ayah dari Pak Hadi jatuh sakit, karena saat itu usahanya sudah diambang kehancuran, orang tua Pak Hadi akhirnya meminta maaf karena kesalahan yang telah diperbuat, hingga akhirnya Pak Hadi dan Bu Intan datang untuk kembali membangun perusahaan yang sudah hampir bangkrut itu, dengan lapang dada Ibu Intan memaafkan kedua orangtua Bapak Hadi yang dulu pernah menolak dan menghinanya lantaran beda status. Tapi sayang, Ibu Intan dan Pak Hadi pulang ke rumah orangtua mereka tanpa membawa putri kecil mereka, karena saat itu persaingan bisnis mereka mengancam akan menghabisi satu persatu keluarga Pak Hadi, Pak Hadi dan Ibu Inta takut jika anaknya juga akan jadi korban kejahatan dalam dunia bisnis, itulah sebabnya Pak Hadi dan Bu Intan dengan sangat terpaksa menitipkan Putri semata wayangnya itu pada tetangga rumah mereka untuk dirawat.
Saat Pak Hadi dan Bu Intan ingin membawa kembali putri mereka karena permasalahan sudah selesai, sayangnya keluarga yang merawat putrinya sudah pindah, karena memang itu hanya sekedar rumah kontrakan saja. Hingga akhirnya bertahun-tahun lamanya Pak Hadi dan Bu Intan mengetahui dimana anaknya itu berada, dan jadilah ia membangum pabrik gula di kota ini, karena ternyata putri Pak Hadi dan Bu Intan yang sempat hilang ada di kota ini juga.
Dan sekarang saya akan panggilkan inilah dia owner pabrik, Bapak Hadi Wicaksono dan Ibu Intan Nuraini," tepuk riuh para tamu mengiringi kedatangan sepasang suami istri ke atas panggung yang kisahnya baru saja diungkap oleh pembawa acara tersebut.
"Dan sekarang mari kita panggilkan inilah dia putri semata wayang dari Bapak Hadi dan Ibu Intan, dia adalah Riri novianti Wicaksono, " ucapan pembawa acara sontak membuatku terkejut bukan main, tanganku gemetar, dahiku berkeringat.
Apa ini? Apakah aku mimpi? Aku adalah putri yang hilang itu? Lalu apakah almarhum Ibu Dan almarhum Ayahku adalah orang tua angkatku? Aku masih tidak percaya dengan semua yang terjadi pada hari ini. Kulihat Citra juga sama terkejutnya denganku. Kuedarkan pandanganku ke arah tamu undangan lainnya yang tak kalah terkejut sepertiku, saat aku melihat sekumpulan saudaraku bibir mereka tak bisa menutup, mereka semua nampak pias dan pucat, lalu tak berapa lama aku mendengar suara seperti benda besar yang jatuh, suara itu cukup terdengar di telingaku karena suasana saat ini memang sunyi.
"Bu Ida bangun, Bu, ..." begitu yang kudengar saat suara keras itu sudah membuyarkan keterkejutan para tamu, ternyata Bu Ida pingsan.

Komentar Buku (104)

  • avatar
    Lan Lan

    nice

    10d

      0
  • avatar
    Riandi

    bagus

    08/08

      0
  • avatar
    NaimAinun

    ceritanyabagus

    06/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru