logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Tante Mawar

Bip
Sebuah notifikasi berbunyi dari ponsel milik suamiku, Aku yang kebetulan sedang melipat pakaian perlahan mendekat, Bang Awan sedang mandi dan ponselnya tergeletak begitu saja. Sejak pertama kali menikah Aku memang tak pernah memeriksa ponsel milik suamiku, karena ku pikir tak baik, ingin tahu banyak hal tentang kepribadiannya. 
Tanganku terulur ingin mengambil ponsel tersebut tapi kemudian tangan Bang Awan tiba-tiba menyentuh pundakku. 
"Ada apa?" Tanyanya. 
"Tadi ponsel abang bunyi dan Adek niat buat ngeliat siapa yang ngechat."
Bang Awan malah tertawa. "Kamu takut aku selingkuh ya?"
"Emm, ngak sih bang cuma.." Aku menghentikan kata-kata. 
"Cuma apa? Kita memang sudah menikah tapi ngak ada salahnya kan kalau Aku masih berhubungan sama mantan Aku."
"Maksud abang?"
"Bodoh!" 
Bang Awan malah ngatain Aku bodoh, apa dia pikir Aku ini batu yang tidak punya perasaan. 
"Bang, kalau abang masih berhubungan sama mantan abang jadi apa artinya pernikahan kita? Abang sedang ngak bercanda kan sama aku?"
"Ya enggak lah, Aku menikah sama kamu sebenarnya terpaksa sih."
"Kok, abang tega ya jujur begitu sama adek. Kalau memang adek ini cuma pelampiasan mending kemaren kita ngak usah nikah bang, aku ngak butuh lelaki yang mempermainkan perasaan seorang wanita."
"Udahlah ngak usah sedih lagian mantan abang jauh dan ngak mungkin juga abang ketemu sama dia."
"Siapa nama mantan abang?" Tanyaku sakit, Aku memang baru seminggu menikah dengan bang Awan tapi kenapa Aku sudah mulai merasa sakit hati. Kalau di bilang cinta, sepenuhnya aku belum mencintai dia tapi hatiku sakit karena diduain! 
"Nita." 
Cuma itu jawabannya. 
"Dia orang mana bang? Abang ngak bilang kalau abang sudah menikah?"
"Ngak!"
"Abang jahat!"
Seketika airmataku tak bisa kutahan lagi agar tidak keluar. Aku menangis. 
"Abang masih berharap sama dia."
"Terus kenapa abang mau saat di jodohkan sama Aku bang, abang emang ngak punya hati ya."
Bang Awan tak menjawab, dia malah meraih pundakku dan merebahkan kepalaku di dadanya. 
"Maafin Abang tapi abang masih cinta sama Nita dan abang sendiri yang ninggalin dia, alasan karena dia belum siap menikah!"
"Tapikan ngak musti ngorbanin perasaan orang lain kan bang, ngak nyangka ya ternyata Aku salah milih suami."
"Udahlah Terima aja kenapa? Lagian Aku ngak pernah ada niat buat ninggalin kamu, kamu harus belajar ngerti dong sama abang. Abang itu belum bisa move on jadi tugas kamu itu membantu Abang buat melupakan Nita." Jelasnya panjang. 
Aku tak ingin menjawab, kudorong dia agar menjauh dariku tapi sialnya bang Awan terus mendekapku. Alhasil aku menurut juga. 
Setelah mendekapku beberapa detik bang Awan pun melepaskan nya. Dia berjalan menuju lemari pakaian dan segera memakai baju serta celana. 
"Ini, ada duit bulanan buat kamu."
Bang Awan membuka dompetnya dan memberikan uang 300 ribu kepadaku. Ku Terima saja. 
"Ngak usah protes ya, itu gajiku dan jangan boros-boros juga! Cari duit itu ngak gampang." Katanya datar
"Dan itu harus cukup satu bulan." Imbuhnya lagi. 
"Iya bang."
Ku genggam uang itu erat, apa tadi dia bilang? Uang 300 ribu harus cukup satu bulan? Ya Tuhan apa dia sedang bercanda? Uang segitu cukup sampai kemana? Zaman sekarang tu semua udah pada mahal. Pelit banget sih dia. 
Oke sajalah Aku Terima dengan senang hati tapi no komplen ya.
Udara malam saat itu sangat dingin, sesekali Aku mengerisut merapatkan switer yang kukenakan. Ku pandangi Bang Awan yang tampak serius menyetir motor. Dan tentu saja itu motor tetangga kami. 
"Bang, sebenarnya kita mau kemana sih?" Tanyaku kesal. 
Ya, kesal karena ini sudah malam dan Aku mengantuk.
"Udahlah, adek itu diam saja."
'Ah, kenapa sih sulit sekali buat to the point, memangnya Aku ini siapa sih? Aku isterimu bang.' pikirku dalam hati. 
Motor masih melaju pada iramanya dan tak lama kemudian bang Awan membelokkan motornya didepan sebuah rumah kecil bertingkat. 
"Kita turun di sini bang?" Tanyaku lagi. 
"Ngak adek tapi kita lari! Ya iyalah turun, bawel banget jadi orang."
Bang langsung mencabut kunci motornya dan melangkah menuju kerumah itu. Bang Awan pun mengetuk pintu. Tak lama kemudian muncul seorang perempuan yang kira-kira umurnya 30 tahunan, dia putih, seksi dan cantik. 
"Eh, Awan." Ucapnya sedikit terkejut. 
"Iya Tante."
"Ayo masuk." 
"Baik Tante."
"Itu siapa?"
Tunjuk nya padaku. 
"Isteri Awan Tante."
"Hah, kamu sudah menikah? Ya udah silahkan duduk." Tanya dan perintah Tante itu. 
Kami berdua mengangguk saja. Begitu juga dengan Tante itu. 
"Ada apa kok tumben malem-malem datang kerumah Tante?" Tanyanya sambil duduk berhadapan dengan kami. 
Melihatnya Aku merasa risih karena pakaiannya sangat minim dan tentu saja bajunya pun sangat tak layak untuk dilihat. 
"Gini Tante, sebelumnya kenalin dulu Tante ini isteri Awan namanya Asti."
"Oh ya, saya Mawar." Tante itu mengulurkan tangan putihnya dan Aku menerimanya saja. 
"Asti." Balasku.
Tante Mawar tersenyum tipis dan sinar matanya menampakkan ketidaksukaan. Tapi ah cuek sajalah. 
"Sebenarnya maksud kedatangan Awan kesini cuma mau minta maaf sama Tante soal masalah itu."
"Ya."
"Maaf ya Tante."
"Ngak apa-apa kok Awan, mungkin kita memang bukan jodoh." Jawabannya pelan. 
'Yah, apa maksud pembicaraan mereka?' batinku. 

Komentar Buku (105)

  • avatar
    SalsabilaSarah

    keren

    01/07

      0
  • avatar
    Ana Ardiana

    bagus

    30/06

      0
  • avatar
    dethiaaa

    wah keren

    29/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru