logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab : 3 Professor Lim

Akhirnya winter term dimulai. Nara setengah malas bangkit dari tempat tidur . Dia masih belum bisa move on dari Seoul dan liburan. Hari ini ada satu mata kuliah wajib , Public Administration. Nara melihat ramalan cuaca hari ini di Accu Weather , hari ini cerah meski salju di luar masih bertumpuk tebal.Rencananya hari ini dia akan menengok bayi Indonesia yang pertama lahir di tahun ini . Nanti akan ada dua bayi lagi yang akan lahir di musim semi dan panas. Hamil itu memang menular , konon kata istri - istri para mahasiswa Indonesia yang ikut mendampingi suami mereka tugas belajar.
Suasana di kelas sudah ramai ketika Nara masuk. Masih ada 10 menit lagi sebelum perkuliahan di mulai. Nara segera mengambil tempat duduk di belakang dua orang Indonesia seangkatannya . Gena dan Faiq. Sebenarnya ada beberapa lagi orang Indonesia di ruangan itu namun kedua orang itu yang jaraknya paling dekat dengannya . Tahun ini jumlah mahasiswa Indonesia ada 18 orang. Lebih sedikit di banding tahun lalu ketika Nara masih duduk di tahun pertama.Tahun ini beberapa beasiswa memang melarang awardee nya untuk memilih Jepang dan negara Asia lainnya lebih mengarahkan ke UK dan US. Hal itu berimbas kepada jumlah mahasiswa Indonesia di kampus ini. Nara mencolek bahu Gena dengan ujung pensil. Bisa di sleding Mba Nisa sampai ke Antartika kalau berani menyentuh suaminya sedikit saja . Gena menoleh ke belakang begitupun Faiq .
" Eh Na, kamu udah balik? Kok baru keliatan beredar?" tanya Gena .
" Iya , mager kemarin Kang . Eh gimana kabar Mba Anis dan aka -Chan ( bayi merah ). Maaf Nara belum sempat tengok " belum sempat Gena membalas pertanyaan Nara, Faiq memberi peringatan .
" Professor Lim sudah datang . Tunda dulu ngobrolnya " tukasnya . Nara segera mengambil notebook dan pena dari dalam tasnya .Terdengar langkah kaki menuju ruang kelas.Pria muda berkacamata dengan sweater biru muda bersneaker warna putih tulang. Nara memandang Professor nya sejenak , otaknya berusaha mencerna . Jeng jeng , itu Yuto Lim. Dia , Professor Lim? Hatinya serasa bergemuruh berbagai rasa bercampur aduk di dadanya dan perutnya mendadak tidak enak . Nara berusaha menyembunyikan diri di balik punggung Gena . Wajahnya memucat . Lelaki itu Professor Lim? Pengganti Professor Yamada ?
Dinara T.Sekarayu
Kang Gen, itu beneran Prof Lim?
Prayuda Gena
Nande ? [ Kenapa ?] Masih muda ya? Atau ganteng ? Masih available keknya.
"Ish Kang Gena ini " bibir Nara berdecak sambil menyimpan kembali ponselnya . Dia gelisah dalam duduknya . Dan tetap menjadikan Gena tameng persembunyiannya. Hanya sekali pandangan mata Nara dan Profesor Lim bertemu , dan membuat Nara semakin tak tenang dalam duduknya . Ingin segera kelas hari ini berakhir secepatnya dan dia segera bersembunyi di balik tumpukan salju. Atau andai bisa dia ingin kembali ke dalam rahim Ibunda saja. Huhuhu.
Dua jam yang membuat bokong Nara panas akhirnya berlalu. Begitu Profesor Lim menyudahi kelasnya, Nara langsung menghembuskan nafas lega . Fiufh.....
" Kenapa Ra ?"Gena mengerutkan dahi ketika melihat Nara bernafas lega .
" Gpp Kang , cuma laper. Oia , hari ini langsung pulang ke apato ga? Mau ke Sejuru nengok dede bayi " Gena melirik jam tangannya sebentar.
" Agak sorean deh jam dua-an , mau ke Kikan dulu ada check up pasca partus " jawab Gena . Kikan itu nama Rumah sakit besar yang berada di Urasa. Nara mengacungkan jempolnya. Gena nampak buru - buru katanya memang istrinya sudah menunggu di rumah sakit. Beberapa mahasiswa menyapa Nara. Dia pun segera berlalu menuju cafetaria kampus , mengisi perutnya yang sudah berteriak meminta jatah.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Nara langsung membuka payungnya begitu menjejakan kaki di trotoar ketika Bus kampus tepat berhenti dan menurunkannya di Tenomachi. Halte bus terdekat dari Sejuru apato. Untung bukan Sopir bus galak yang sedang bertugas.FYI, tiga driver Bus IUJ ada yang galak , ada yang pelupa dan termuda yang normal. Bapak galak itu tidak suka anak - anak berisik di bus, pernah juga Nara saking takutnya tidak berani berkata stop dia terbawa bus hingga ke stasiun padahal niat hati ke Cupid supa. Salah satu tempat berbelanja kebutuhan pokok para penduduk Urasa begitu juga para mahasiswa.
Ternyata tadi pagi dia tidak teliti membaca ramalan cuaca , jam 1 turun hujan salju yang tidak terlalu lebat. Namun cukup untuk membuat salju bertumpuk. Dia mengedarkan pandangan ke arah Tamon Bridge yang tertutup salju dan menyeberang , menyusuri jalan melewati kedai ramen Yokoso yang terkenal di seantero Urasa ( sayang kedai itu tidak halal ) berjalan beberapa meter dan terlihat bangunan Sejuru dari belakang. Di Sejuru terdapat tiga keluarga Indonesia sisanya dari Afrika selatan, Kongo, dua keluarga Uzbekistan dan satu keluarga Kirgiztan. Nara memandang garasi apato yang penuh dengan deretan sepeda terparkir begitu saja ketika musim dingin tiba. Sepeda di larang berkeliaran di jalan raya ketika musim dingin, karena berbahaya jalanan yang licin. Tetap saja ada resident yang melanggarnya tentu saja itu mahasiswa IUJ. Tumpukan salju juga terlihat di beberapa sudut halaman komplek apato. Nara berjalan sambil menghindari pancuran air di tengah jalan yang menyala otomatis di setiap hari bersalju untuk menghalau salju bertumpuk di tengah jalan. Di Urasa di sepanjang jalan di musim dingin air akan memancar otomatis untuk membersihkan salju bertumpuk di trotoar maupun jalan raya.
Gadis berkerudung salem itu membersihkan payungnya dari salju kemudian melipatnya dan mencantolkannya di tempat payung di depan pintu apato bernomor A102. Di pencetnya bel pintu dan dia menunggu 15 detik sebelum pintu di buka .
" Assalamualaikum" ucapnya begitu pintu terbuka .
" Walaikumsalam . Masuk sini Ra , deras ya saljunya?"tanya Gena sambil membuka pintu geser yang menghubungkan dapur dan ruang tamu. Nara melepas bootnya dan meletakkannya dengan rapi. Begitu masuk ke ruang tamu nampak Anis, istri Gena tengah menyusui bayi kecil yang sudah terlelap dalam pangkuannya .
" Eh Nara , sini... sini masuk" ucap Anis yang terlihat mengulurkan bayi ke tangan suaminya.
" Tolong taruh baby box ya Mas!" pintanya . Gena menerima bayinya dengan hati - hati dan kemudian membuka pintu geser pembatas kamar dan ruang tamu dengan hati- hati. Nara melihat interaksi keduanya dengan perasaan yang campur aduk. Begitu hangat sepasang suami istri itu. Sorot mata Gena kepada Anis seperti mengatakan kamu adalah semua duniaku. Ya seperti itu. Menghangat hati Nara melihatnya. Anis menggeser duduknya sambil mengancingkan baju menyusuinya.
" Gimana Ra? Mana oleh - oleh pesenan Mbak?" tanpa basa basi Anis langsung menagih titipannya. Bukan sesuatu yang wow, hanya masker - masker yang ngehits dari Korea sana.
" Ini di bagi sama Mbak - Mbak yang lain ya Mba, terus yang ini buat aka - chan " Nara mengangsurkan dua buah bungkusan .
" Eh siapa namanya Mbak? Ih pengen gendong tapi lagi bobo "
" Haruka - chan namanya .Ish Mbak mupeng banget ke Korea Ra . Ya sudah lah gapapa rezekinya dapet Haruka dulu " ucap wanita yang usianya hanya terpaut 2 tahun dari Nara itu. Karena sekarang ke Korea bagi pemegang Visa Japan bisa bebas keluar masuk Korea. Tapi katanya kebijakan akan berubah mulai tengah tahun ini. Oleh karena itu Anis nampak kecewa belum bisa ke Korea. Gena terlihat dari dapur. Apato ini kamarnya memiliki dua pintu. Satu pintu geser menuju ruang tamu dan satu pintu biasa menuju dapur. Gena membawa nampan berisi teko dan sepiring martabak manis mini.
" Wuih rezeki anak sholehah, dapet martabak.Padahal ga usah repot - repot loh Mba jadi enak nih " kata Nara sambil mencomot satu potong martabak yang sudah lebih dari setahun tidak dia cicipi.
Anis ini orangnya totalitas banget. Segala macam cetakan di bawa. Cetakan kue cubit, martabak , kue pukis bahkan sengaja bawa cetakan kue pastel. Sebelum melahirkan masih sempat jualan bakso , mie ayam dan siomay untuk anak - anak Indonesia di kampus.
" Mas Gena kok Ra yang bikin , Mbak cuma kasih intruksi saja " jawab Anis sambil menuangkan teh yang masih mengepul. Nara mencomot satu martabak yang bertoping Nutella.
"Kang...Kang...Profesor Lim tuh umurnya berapa ?" Gena yang mendengarkan pertanyaan Nara mengerutkan dahinya mendengar pertanyaa Nara yang tiba - tiba.
" 28 atau 29 sekitaran itu lah . Masih muda banget kok . Baru lulus juga kalau ga salah Kenapa emang nya?" Dan meluncurlah cerita Nara tentang Profesor Lim yang tak pelak membuat Anis dan Gena tertawa terbahak-bahak.
" Professor Lim yang Anis bilang ganteng itu tho Mas?" tanya Mbak Anis yang di respon dengan anggukan oleh suaminya .
" Profesor Lim kalau ngasih tugas banyak Ra tiap minggu, apalagi tugas papernya ngeri"
" Yah Kang mana Nara tahu kalau dia Profesor , engga ada tampang dan gak bilang pula" keluh Nara.
" Tapi potensial kok Ra di jadiin calon suami " seloroh Anis.
" Ganteng si, kayaknya juga tajir cuma ga seiman" jawab Nara.
" Yah jodoh Ra , datang nya bisa dari arah mana saja . Siapa tahu jodoh kamu emang dari sini" ucap Anis. Nara hanya diam menikmati martabaknya. Gena ini satu kerjaan dengan Nara. Seniornya ketika di kampus diploma. Ayah Nara pernah jadi atasan Mas Gena. Sayang Nara belum pernah satu kantor dengan Gena. Nara suka mengobrol dengan Anis karena nyaris seusia , dari hal - hal sederhana hingga sesuatu yang butuh ilmu untuk berdiskusi. Teman di rantau itu penting banget, seperti ini saling menguatkan dan saling mengingatkan. Saling memberi dan meminta pertolongan. Meski berjarak ribuan kilometer dari bumi pertiwi, teman satu tanah air seperti keluarga. Nara jadi terharu. Dia melempar pandang ke luar jendela, hari sudah gelap. Musim dingin memang membuat siang cepat berlalu. Jam dinding menunjukan angka 4 lebih 10 menit.Nara menepuk dahinya.
" Duh Mba ,Kang bentar lagi bus nya lewat. Pamit dulu ya " Nara segera membenahi bawaannya. Di pakaianya jaket tebal penahan dingin miliknya.
" Hati - hati Ra , jangan lari - lari jalanan licin banget. Kekejar kok masih 10 menit lagi pun" Nisa memberi peringatan. Nara hanya mengacungkan ibu jarinya , setelah mengucap salam dan meraih payungnya dia segera berlari menuju halte Tenomachi. Dan hasilnya , meski nafasnya nyaris habis dan dirinya nyaris terpeleset akibat salju yang masih licin ketika tiba di halte bus IUJ hanya meninggalkan pemandangan body belakangnya yang semakin mengecil dari pandangan Nara. Dia menatap ujung belakang bus yang sudah menjauh dengan pandangan kesal. Padahal masih 2 menit dari waktu yang seharusnya. Terlalu ontime. Dia menetralisirkan nafas nya dan berjongkok. Kadang dia kesal dengan kebiasaan orang Jepang yang terlalu ontime.
" Sekarang bagaimana ?" gumamnya sambil mencoret - coret trotoar yang berbalut salju dengan ranting. Ponselnya sudah mati , tidak dapat memanggil taxi dan pol taxi terdekat ada di stasiun.Sementara di Jepang tidak bisa menstop taxi yang lewat sembarangan. Balik ke tempat Gena pun dia tidak enak, ibu menyusui yang baru saja melahirkan butuh banyak istirahat.Dia terus melukis abstrak dengan media salju di depannya.Nara merapatkan jaket bulu angsa yang dia pakai. Kegiatannya terhenti ketika sebuah sepatu muncul di depannya. Kepalanya mendongak, mencari tahu pemilik ujung sepatu di depannya. Dahinya mengernyit, dalam temaram sinar lampu jalan seorang pria berkacamata memandanginya bingung.
" Dinara , what are you doing in here ?" kekeselan Nara bertambah , usai tertinggal bus di tambah melihat wajah seseorang yang membuatnya keki tadi pagi. Dia berdiri kemudian melempar ranting ke arah tumpukan salju di sisi jalan.
"I missed the bus .....uhmmm Prof " jawabnya kemudian , sedikit judes. Persetan dengan sopan santun mengingat lelaki depannya telah membuatnya kesal.
" Ikut saya " Prof Lim meraih pergelangan tangan Nara dan membimbingnya menyebrangi zebra cross menuju sebuah mobil berwarna biru dan ketika Nara melihat body belakangnya matanya melotot tajam. Sport car yang harganya saja tidak bisa dia bayangkan jika mengingat statusnya sebagai PNS golongan 3A. Prof Lim membukakan pintu penumpang untuk Nara. Sedikit membungkuk memakaikan Nara seatbelt. Astaga ini mah adegan standart di drama Korea. Dimana Nara bisa merasa kan aroma parfum yang di pakai Prof Lim. Begitu pintu penumpang di tutup , tiga detik setelahnya Prof Lim sudah duduk di balik kemudi. Nara salah tingkah di tempatnya. Belum pernah naik mobil mahal dan mewah. Berapa kira - kira penghasilan dosen di IUJ sampai bisa membeli mobil seperti ini , tanya Nara hanya dalam hati.
Keduanya terdiam sibuk dengan fikirannya masing - masing. Lima ratus meter kemudian , Nara sadar bahwa arah nya bukan ke arah kampus. Namun berhenti di parkiran family restoran di seberang stasiun Urasa.
" Prof , this is not the campu's parking area " cicit Nara .
" Who said we are going to campu's?"
" Tapi saya ingin pulang ke dorm ,Prof" nada suara Nara sedikit meninggi. Profesor Lim memandang Nara dengan lembut.
" Saya lapar Dinara, bisakah kamu menemani saya makan malam sebentar saja " jawab Profesor muda itu. Nara sebenarnya bingung bagaimana harus bersikap kepada orang di depannya ini. Sebagai teman atau sebagai mahasiswanya. Pintu di sebelahnya terbuka, Prof Lim menunggu reaksinya. Akhirnya Nara bangkit dari duduknya dan mengekor Prof Lim di belakangnya , masuk ke dalam family restoran yang terkenal di Urasa itu. Prof Lim memilih tatami room, yang Jepang sekali. Nara melirik jam tangannya , sudah Maghrib sejak 30 menit yang lalu. Dia menaruh tas, melepas coat nya dan segera berlalu ke toilet tanpa menoleh terlebih dahulu kepada Profesor matkul Public administration nya itu. Peduli amat dapat E.Masih kesel pokoknya. Usai berwudhu dia kembali ke tatami room , nampak pria berkacamata itu tengah membolak balikan buku menu.
" Prof saya cuma bisa pesan udon dan tempura di sini, yang aman untuk Muslim " ucap gadis itu masih dengan sedikit judes.Prof Lim hanya menoleh sebentar dan melanjutkan membaca menu .
" I want pray , don't distrub " gadis itu memberi kode telunjuk di depan mulut dan Nara langsung menempatkan diri dengan posisi menghadap kiblat. Sementara Prof Lim yang takjub dengan pemandangan di depannya terus mengikuti gerakan sholat Nara. Matanya tidak sempat berkedip. Dan tanpa sadar gadis itu telah menyelesaikan 3 rakaatnya kemudian duduk di depan Prof Lim.
" Halooo Prof " Nara mengibaskan tangannya di depan Prof Lim. Yang membuat pria itu tersadar. Pelayan masuk kedalam tatami room dan mengambil menu yang telah di tulis oleh Prof Lim. Keheningan menyelimuti keduanya. Nara menyibukkan diri dengan buku menu yang berulangkali dia balik.
" Dinar, saya minta maaf kalau mengagetkanmu.Tapi sungguh bukan maksud saya. Andai saya langsung bilang Profesor apa kamu percaya?" Nara meletakkan buku menu dan menatap ke arah Prof Lim. Dia berfikir sejenak, benar juga. Begitu melihat wajah Prof Lim yang terlintas adalah rekan seangkatannya.
" Saya juga minta maaf Prof , mungkin saya sedikit tidak sopan tapi saya hanya masih kaget" balasnya lirih.
" Ini yang saya khawatirkan, kamu menjadi kaku kepada saya dan tidak nyaman seperti menjaga batas " yaiyalah Prof, gimanapun kan mahasiswa dan dosen. Meskipun di luar negeri dosen - mahasiswa itu seperti teman tapi Nara tetaplah orang Indonesia. Dimana guru itu di gugu dan di tiru. Di hormati , tidak boleh saru kata Ibu.
Pesanan mereka datang. Pelayan menata menu di atas meja. Nara menyobek kemasan sumpit dan mematahkannya menjadi dua.
" Itadakimasu . Bismillah " ucapnya .
" Itadakimasu " ucap Prof Lim juga ,kemudian keduanya makan dalam diam. Udon di Kodayama enak, dan boleh di konsumsi untuk Muslim.Sayang hanya ada di musim dingin menu tersebut. Tempuranya juga enak, yang pasti ada harga ada rupa . Ingatkan Nara untuk membayar makanannya nanti.
Usai makan ,Nara mengulurkan beberapa lembur ribuan yen yang tentu saja di tolak oleh Profesor yang dari sono nya sudah kaya raya itu . Rezeki anak sholehah.
Pria muda itu melajukan mobilnya ke arah IUJ melewati jalan pintas.Tak sampai 10 menit. Dan sudah berada di area parking SD3. Nara sebagai wanita Indonesia, tentu tahu bagaimana harus berbasa basi mengucapkan terimakasih.
" Prof , terimakasih untuk makan malam dan tumpangannya " cicitnya sebelum turun dari mobil.
" Terimakasih juga sudah menemani saya makan malam Dinar" balas Prof Lim.
" Saya antar sampai kamar?" tentu saja Nara menggeleng dengan kuat. Kalau terlihat oleh mahasiswa lain bisa heboh. Eh ngomong - ngomong penduduk LN mah tidak suka menggosip. Cenderung cuek dan tingkat kekepoan tidak setinggi orang - orang di Indonesia.
" Cukup sampai di sini Prof. Dan bye - bye. Sayonara " Nara segera membuka pintu mobil dan bergegas menutupnya sambil melambaikan tangan menunggu Prof Lim melajukan mobilnya ke arah komplek dosen yang berada di bagian depan kampus. Nara segera bergegas masuk ke dalam dorm. Sementara Prof Lim begitu mobilnya berbalik arah, pandangan matanya tak lepas dari spion sampai objek yang dia lihat menghilang dari tempatnya berada.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Komentar Buku (302)

  • avatar
    HabibiHamdan

    mantap seru bgt

    1d

    Β Β 0
  • avatar
    satrionorapi

    bagus sekalii certa nyaa

    12d

    Β Β 0
  • avatar
    A20Samsung

    baguss

    12d

    Β Β 0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru