logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 Pria berjubah Hitam

"Nick..., Nick...," Manfreed menggedor-gedor pintu kamar mandi memanggil nama Nick.
Manfreed panik-pun Grachia demikian. Mereka curiga Nick sengaja melukai diri, frustasi atas permasalahan yang menimpanya bertubi-tubi.
"Tn. Nick, apakah Anda mendengar Kami?" tanya Grachia menimpali gedoran pintu Manfreed yang seolah mereka berdua sudah kehabisan ide selain harus mendobrak pintu yang Nick kunci dari dalam.
"Segera lakukan sesuatu, Aku akan mencari bantuan," ucap Grachia seraya mondar-mandir mencari bantuan seseorang yang bisa mendobrak pintu membantu suaminya.
Akhirnya, sebelum Grachia mendapatkan bantuan. Manfreed sudah berhasil membuka paksa pintu kamar mandi itu dengan linggis.
"Nick!" teriak Manfreed dibarengi langkah Grachia dari belakangnya.
Terlihat dari luar. Kamar mandi itu sudah hancur, cermin dan bohlam yang ada di dalam sana hancur, beling berserakan dimana-mana. Sementara, Nick terkulai lemas di lantai kamar mandi. Pantas jika Nick tak menghiraukan panggilan Manfreed dan Grachia. Sepertinya sesuatu benar terjadi kepada Nick, terlihat dari bekas luka di pelipisnya.
"Segera panggil ambulan, Bu!" perintah Manfreed.
Manfreed susah payah memapah tubuh Nick, mengeluarkan dari dalam kamar mandi. Bisa jadi Nick kehabisan darah yang mengucur deras, atau kekurangan oksigen. Wajah Nick memucat dengan kedua mata tertutup. Manfreed menggendong Nick, merasa terlalu lama menunggu ambulan datang. Manfreed memasukkan Nick ke dalam taksi, lalu membawanya ke Rumah Sakit terdekat.
"Bertahanlah, kumohon," ucap Manfreed sembari terus melajukan mobilnya.
Grachia menemani Manfreed malam itu, memangku kepala Nick. Memegang kedua tangan Nick sembari terus merapalkan doa.
Sampai di Rumah Sakit, Nick berhasil mendapatkan perawatan, namun kodisinya masih belum sepenuhnya pulih. Dalam pembaringannya itu, Nick kembali teringat tentang penyebab yang membuat Nick pinsan di kamar mandi kemarin.
Di mana saat Nick, berdiri di depan kaca sembari berusaha kuat melepas sabuk yang kemarin mengikat erat di perutnya, justru sabuk itu membuat tubuh Nick berbuah. Nick binggung dengan sesuatu yang tengah terjadi padanya hingga Nick tak kuasa menahan diri untuk berontak melepas sesuatu yang tiba-tiba membuat tubuhnya berubah. Seperti sedang memakai kostum hitam kebiruan yang masih saja menyembulkan api dan asap berwarna kebiru-biruan.
Mata Nick pun mengeluarkan cahaya semacam laser berwarna biru dengan garis memanjang sekitar satu senti panjangnya dari batas kuping. Sinar dari matanya pun memiliki kekuatan dan energi yang berhasil menghancurkan cermin saat Nick menatapnya penuh amarah. Selain itu, kekuatan dari tangannya pun mampu menarik semua benda yang memiliki energi alam dengan unsur kemagnetan.
Anehnya sabuk itu tak mampu dilepaskan oleh kekuatan Nick sendiri, namun Nick mampu berubah wujud saat Nick menekan tengah lambang yang berada di sabuk itu. Lambang sabuk yang ditengah-tengahnya terdapat bintang itu mampu berputar kencang saat Nick menekannya. Apa yang sebenarnya terjadi pun Nick masih tak mengerti. Kekuatan apa yang berhasil membuat Nick selamat dari jurang yang curam kemarin dan saat ini mampu berubah wujud pun, masih membuat Nick bertanya-tanya.
Lalu siapa pemilik dari benda yang melekat di tubuh Nick saat ini?
Berapa saat kemudian, Nick tersadar dari pembaringan. Nick kaget, hingga membuat Nick binggung. Bertanya pada diri sendiri, apa yang tengah terjadi kepadanya hingga dirinya berada di ruang perawatan dengan berbagai peralatan yang melilit di tubuh.
Nick memegangi kepalanya yang seketika terasa berputar saat Nick mencoba bangkit dari tempat tidurnya. Sementara di dalam ruang perawatan itu hanya ada Nick. Manfreed dan Grachia sepertinya sudah pulang meninggalkan Nick, apa yang akan Nick lakukan setelah ini, mengingat ia sama sekali tak mengantongi sepeser pun uang.
"Jangan terlalu banyak bergerak, Tuan!" ucap seorang perawat yang tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam ruang perawatan sembari menenteng baki peralatan medis.
"Silakan, diminum, lalu istirahatlah kembali," imbuhnya sembari membenarkan tetasan infus yang melilit lengan Nick.
Nick diam, hanya memandangi butiran obat yang baru saja diberikan perawat itu.
Saat Nick melihat kearah luar, tiba-tiba Nick melihat Dokter Frengky Chu berjalan beriringan dengan Freddo. Seketika, Nick membuang pandangan. Takut-takut, mereka berdua mengetahui keberadaan Nick yang kepala serta tangan kirinya diperban.
Nick semakin cemas saat, Dokter Frengky Chu dan Freddo berhenti sembari tetap berbincang tepat di depan ruang perawatannya. Seketika, darah segar mengucur deras dari dalam hidung Nick, selalu seperti itu jika Nick merasa sangat cemas dan terancam.
Perawat yang ada di dalam itu pun seketika ikut cemas dan berlari keluar ruangan, entah berniat mencari bantuan atau sedang mengambil sesuatu untuk Nick, yang jelas Nick belum sempat menghentikan langkah perawat itu sudah berlari kencang tanpa menutup pintu yang saat ini secara jelas dapat dilihat oleh kedua orang yang sangat dihindari Nick.
"Ada, apa?" tanya Dokter Frengky Chu menjeda langkah perawat itu sesaat.
"Pasien mengalami Epistaksis, Dok!" balasnya sembari menghambur masuk, lalu membersihkan darah yang mengalir dari hidung Nick.
Padahal, tidak harus khawatir seperti ini. Kenapa perawat ini seolah, sedang menghadapi orang yang henti jantung saja, sehingga membuat perhatian Dokter Frengky Chu dan Freddo teralih kepadanya.
Celaka! Batik Nick, saat Dokter Frengky Chu dan Freddo tiba-tiba masuk ke dalam ruang perawatan.
"Tuan, Nick!" ucap Dokter Frengky Chu, sementara Freddo diam. Merasa sangat kebetulan bertemu Nick di sini.
Nick membalas senyum sapaan Dokter Frengky, semakin cemas rasanya melihat tatapan terror yang terlempar dari arah Freddo. Darah segar pun semakin deras mengucur, tubuh Nick rasanya bergetar.
"Tenang, Tuan. Jangan khawatir!" ucap Dokter Frengky Chu, serta Perawat yang terus mengompresi hidungnya.
"Duduklah yang tegak, sembari kepala sedikit membungkuk. Bantu tekan hidungmu, dan bernapaslah memalui mulut," ucap Dokter Frengky Chu memberi intruksi supaya tidak terjadi aspirasi atau obstruksi pada jalan napas.
"Beri tampon hidung untuk sementara waktu, jika dalam lima sampai sepuluh menit masih Bleeding, beri Vasokonstriktor topikal. Ini resepnya!" ucap Dokter Frengky Chu sembari menuliskan resep obat Oxymetazoline yang harus digunakan perawat itu.
"Baik, Dok!"
"Relax, Tuan Nick. Jangan terlalu cemas! Sebelum Keluar Rumah Sakit, tolong nanti ke ruangan Saya dulu, ya! Ada yang mau Saya bicarakan dengan Anda terkait ini," ucap Dokter Frengky Chu.
Nick, mengangguk sembari tetap menundukkan kepalanya menahan aliran darah yang masih saja mengucur deras. Jantung Nick, benar-benar terpacu kencang melihat kehadiran Freddo. Kenapa dia ada di sini batin, Nick?
Saat Dokter Frengky Chu berpamitan kepada Nick dan meninggalkan Freddo di ruangan itu, Nick benar- benar semakin merasa terancam dengan hadirnya satu manusia yang tak lelah-lelahnya membuat Nick berusaha menghindarinya.
"Masih hidup, Kau rupanya?" ucap Freddo.
Nick tak bergeming.
"Perlu kuantar Kau keruang jenazah hari ini juga?" tawar Freddo kepada Nick yang masih diam, sebenarnya Nick takut jika sesuatu terjadi kepadanya dan Freddo mengetahui itu.
"Hei, Bajingan!" Freddo mengangkat wajah Nick yang sengaja ditutupi dengan menundukkan kepalanya.
"Fre," ucap Nick.
"Kenapa, Kau tak mati saja! Ha!" bentak Freddo.
Nick menciut, benar-benar takut saat itu Freddo akan melemparkan tubuhnya dari lantai lima Rumah Sakit ini. Freddo mencengkeram leher Nick, sementara Nick yang hidungnya masih berdarah-darah rasanya sulit sekali bernapas.
"Fre," ucap Nick lagi-lagi hanya menyebut nama Freddo, teman kecilnya itu.
"Bedebah!" Freddo murka, rasanya ia benar-benar akan mengantarkan jasad Nick keruang jenazah hari ini juga karena saat di lempar ke dalam jurang yang curam saja, Nick masih hidup.
Freddo, membanting tubuh Nick hingga terpental dari tempat tidurnya. Nick mengarang kesakitan, memegangi perutnya yang membentur keras ke tembok. Sementara Freddo tetap menyerang, ingin segera menghabisi nyawa Nick yang selalu merasa mengganyang dirinya.
Nick bangkit perlahan, sembari tetap memegangi perutnya yang kini benar-benar terasa ngilu.
Melihat Nick bangkit, rasanya Freddo semakin terasa tertantang. Adrenalinenya sama-sama terpacu kencang, terlihat dari tatapan mata tajam Freddo dan hembusan napas Nick berusaha menguatkan diri.
Freddo seketika mendorong tubuh Nick, hingga membentur kaca, kedua tubuh itu terjatuh dari ketinggian lantai lima Rumah Sakit. Sesaat Nick melihat kearah bawah, saat tubuhnya dan tubuh Freddo melayang di udara. Nick melihat di bawah sana hanya ada tumpuan beberapa punggung mobil yang akan segera menghantam keras tubuhnya, Nick segera memegang sabuknya sehingga dalam sepersekian detik, Nick berubah seperti robot dengan kostum hitam kebiruan dengan jubah hitam yang menutup kepalanya.
Melihat tubuh Nick berubah, Freddo semakin menyerangnya. Namun Nick menghindari. Saat Freddo terjatuh Nick masih berusaha menyelamatkan Freddo dengan melemparkan tubuhnya ke arah balkon sebuah gedung pencakar langit, tentu Nick tidak akan menyerang Freddo di saat seperti ini. Nick paham, jika ia melawan tentu Freddo akan terluka parah.
Nick berlari kencang, menghindari Freddo. Seketika, Nick menekan sabuk dengan lambang bintang bersayap, berniat ingin membuat dirinya kembali dalam wujud aslinya. Dalam persembunyiannya itu, Nick kembali berubah dan berjalan kembali kearah rumah Manfreed.
"Tuan, Nick! Kenapa memaksakan diri untuk pulang, kondisimu masih mengkhawatirkan. Masih belum, pulih. Tidak seharusnya Tuan, pulang tanpa izin dari Dokter. Jangan khawatir soal biaya, Tuan! Kami sudah mengurusnya!" cerocos Grachia, begitu mencium kehadiran Nick yang tiba-tiba mengagetkan dirinya yang sebenarnya mempersiapkan makanan untuk dibawa kembali ke Rumah Sakit.
Nick mengelus bahu Grachia, mengisyaratkan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja.
"Di mana, Pak Manfreed, Bu?" tanya Nick.
"Dalam perjalanan menuju Rumah Sakit, Tuan!" balas Grachia.
Sementara, Nick masih berpikir Freddo benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Nick berubah wujud. Freddo tentu akan semakin membenci Nick, sampai kapan pun Freddo akan terus mengejar Nick. Kegigihan Nick untuk bertahan selama ini, benar-benar terasa mengganyang Freddo.
"Lakukan sesuatu, Ayah! Aku tidak mau tersaingi, buat Aku menjadi manusia terkuat di bumi ini untuk menghabisi bajingan itu!" ucap Freddo kepada Ayahnya yang tengah sibuk berkutat di ruang laboratoriumnya.

Komentar Buku (262)

  • avatar
    VinoVino

    komentar

    1d

      0
  • avatar
    EvelinMartha

    sungguh kejam mantan suaminya 😥

    12d

      0
  • avatar
    FerdiFerdi

    bgus sekali

    21d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru