logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 19 Perhatian

Setelah merasa Lira lebih tenang dan berhenti menangis, Riko pun mengambilkan minum untuknya.
"Ra minum dulu," Riko meminumkan air putih pada Lira.
Riko membuka nasi goreng yang ia beli sebelum datang ke apartemen Lira.

"Gue nggak tau apa yang di lakuin Stefan ke lo, tapi gue janji bakalan bikin perhitungan sama tu anak," ucap Riko.
"Nggak perlu ko, kita udah putus," jawab Lira.
"Bagus deh, jadi lo nggak perlu repot-repot mikirin orang toxic kek dia lagi, nih aaa dulu," Riko menyuapi Lira.
"Abis ini lu minum obat terus istirahat ya," ujar Riko.
"Gue nggak mau sendirian ko, plis," jawab Lira memegang lengan Riko seolah enggan di tinggalkan.
"Iya gue temenin lu kok, tenang aja ya," ucap Riko mengelus tangan Lira.
Sepanjang malam Riko menemani Lira hingga ia tertidur di bahu Riko. Riko pun menggendong Lira ke kamarnya. Melihat kekacauan yang telah terjadi di ruang tamu Lira, Riko membereskannya dengan perlahan agar tak membangunkan Lira.
"Ra, gue tau idup lo nggak mudah, tapi percaya sama gue kalo lo itu kuat," gumam Riko yang memandang Lira tertidur di kamarnya.
Waktu menunjukkan pukul dua dini hari dan Riko masih berada di apartemen Lira. Riko pun memutuskan untuk tidur di sofa. Berharap jika Lira terbangun ia bisa melakukan apa pun yang bisa membantu Lira. Pintu kamar Lira yang terbuka membuat Riko bisa mengawasinya dari arah ruang tamu.
"Pah, Riko nginep di rumah temen ya, jadi nggak pulang malem ini," pesan Riko yang di kirimkannya pada papa.
|
|
|
|
Hingga pagi tiba menghantarkan matahari ke persinggahannya, Riko masih tertidur pulas di sofa. Lira pun dapat menatap Riko dari tempat tidurnya. Dengan sedikit tertatih ia mencoba keluar dari kamar. Lira sedikit terkejut dengan kondisi ruang tamunya yang sudah rapi. Ia pun membawa selimutnya dan menyelimuti tubuh Riko.
*Dddrrtt ddrrtt ddrrttt
Lira menoleh ke meja dan mendapati ponsel Riko bergetar karena panggilan masuk berulang kali.
"Feby," Lira mematikan ponsel Riko.
Sementara itu Feby yang berulang kali menelponnya merasa ada yang tidak beres dengan Riko. Tidak biasanya ia sulit untuk di hubungi.
"Ih kok jadi nggak aktif sih," gumam Feby.
"Mungkin Riko masih tidur kecapekan semalem kan pulang malem, lagian kan ini lagi liburan, pasti dia masih istirahat," ucap ibu di dapur.
"Ya udah deh nanti Feby ke rumahnya aja, sekalian bawain cake bikinan Feby ya bu," ucap Feby penuh antusias.
Feby pun membuat strawberry cake meniru resep dari youtube. Ia sangat antusias membuatkan Riko cake itu sebagai tanda terima kasih sekaligus merayakan suksesnya penampilan Feby kemarin dalam acara pensi.
"Bu, Feby jalan dulu ya ke rumah Riko," teriak Feby.
"Iya ati-ati, salam buat Riko dan papanya ya," jawab ibu yang masih sibuk di dapur.
Feby berangkat menggunakan taksi online yang sudah ia pesan sebelumnya. Tak lupa ia membawa cake di dalam box cantik berwarna pink itu. Berharap Riko akan menyukainya. Sepanjang jalan Feby selalu mengecek ponselnya untuk memastikan Riko membalas pesannya. Namun sampai Feby tiba di depan rumah Riko tetap tak ada balasan darinya.
"Ah sudahlah aku berikan surprisse aja langsung," batin Feby.
Feby memencet bel rumah Riko beberapa kali hingga papa yang membukakan pintu.
"Pagi pa," Feby menyalami papa.
"Eh Feby ayok masuk, tumben nih pagi-pagi ke sini," ucap papa.
"Iya pa Riko di telpon nggak di angkat-angkat jadi Feby langsung aja ke sini, oh iya Rikonya masih tidur ya pa?" tanya Feby.
"Eh Riko semalem wa papa katanya dia nginep di rumah temennya," jawab papa.
"Temennya siapa pa, soalnya semalem nggak bilang kalo mau nginep jadi kirain Feby dia langsung pulang ke rumah," ujar Feby.
"Wah papa nggak tahu tuh, tapi tungguin aja bentar lagi juga pulang," jawab papa.
"Oh gitu ya, ya udah kita makan aja nih kuenya pa, tadinya mau kasih surprisse Riko, tapi kan orangnya nggak ada jadi kita makan aja," usul Feby.
"Wah boleh nih,"
Sementara itu di apartemen Lira.
"Mmhhhh, hhuuaahhhh," Riko melai mengucek matanya.
"Morning," sapa Lira yang tengah sibuk menyiapkan sarapan.
"Eh lu udah bisa jalan Ra?" tanya Riko yang langsung menghampiri Lira.
"Udah nggak usah lebay, nih udah beres sarapannya, gue bikinin lu roti panggang dan susu, itung-itun tanda trimakasih gue karna semalem lu beberes ruang tamu gue hahaha," ucap Lira tertawa.
"Wah coba gue beresin seluruh apartemen lu, keknya gue bakalan di gaji bulanan nih," Riko mencomot roti di tangan Lira.
Lira dan Riko menghabiskan sarapan mereka pagi itu dengan obrolan ringan tentang kehidupan mereka. Riko yang mulai nyaman pada Lira kini tak canggung lagi untuk menanyakan masa lalu bahkan tentang orang tua Lira. Lira pun tak keberatan dengan pertanyaan-pertanyaan itu, terbukti sesekali ia menertawakan kehidupannya sendiri. Di tengah obrolan mereka Riko tersadar jika ponselnya tak ada di tangannya.
"Nyari apa?" tanya Lira.
"Hp gue kok nggak ada ya," Riko merogoh saku celananya.
"Oh itu gue charge di kamar gue, gue liat tadi lowbath," jawab Lira berbohong.
"Oh bentar ya," Riko mengambil ponsel dan menyalakannya.
Lira melirik ke arah ponsel Riko sekilas.
"Waduh gue di wa bokap nih, Feby di rumah dari tadi, gue balik dulu ya Ra, kalo ada apa-apa lu kabarin gue ya," ujar Riko.
"Oke siap, tiati ya lu," jawab Lira.
Riko hanya tersenyum sebelum keluar apartemen Lira. Riko bergegas pulang ke rumahnya. Ada sedikit rasa cemas akan Feby yang tiba-tiba datang ke rumahnya.
|
|
|
|
"Wah enak banget ini kue nya, kamu berbakat nih jadi cheff," puji papa.
"Ah cuman kue pa, tapi Feby cita-citanya sempet pengen punya toko kue sendiri sih pa, tapi pasti kan modalnya nggak sedikit tuh," ujar Feby.
"Papa mau nih join buat modalnya, di jamin ini bakalan banyak orang suka," ujar papa yang masih tak berhenti memakan kue.
"Wah boljug pa, nanti Feby bikin proposalnya yah hahah," jawab Feby.
"Assalamualaikum, pah, eh bi kok nggak ngabarin kalo mau ke sini," ujar Riko.
"Gimana mau ngabarin hp kamu aja nggak bisa di hubungin," jawab Feby.
"Iya mati lowbath, sorry ya," Riko mengelus kepala Feby.
"Kamu nginep di rumah siapa, bukannya semalem langsung pulang?" tanya Feby.
"Di rumah Anton, dia ngajakin nobar bola bi," jawab Riko yang langsung mencicipi kue Feby.
"Ini cobain bikinan Feby ko, enak pol," ujar papa.
"Mmmmhhhh mantep banget ini, kenapa sisain dikit banget sih pah, ini kan pasti buat Riko," protes Riko.
"Suruh siapa nggak pulang-pulang," celetuk Feby.
Riko yang gemas seketika mencubit pipi Feby.

Komentar Buku (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru