logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 14 Mau lagi bi

"Bi, jangan ngambek lagi ya, aku bener-bener stres kalo kamu kaya gitu," ucap Riko.
Feby hanya mengusap kepala Riko yang tertidur di pangkuannya. Malam itu hujan tak kunjung reda, dan orang tua Feby tak kunjung memberikan kabar akan kepulangan mereka.
"Mantan kamu siapa aja sih?" tanya Feby tiba-tiba.
"Wedeh, mau kamu stalkerin yah? percuma pasti dah pada hapusin foto bareng akunya," jawab Riko.
"Tinggal jawab aja siapa," ujar Feby.
"Mm, aku sih anggep mantan cuman dua sih, satu si Kaylie satu lagi Devi," jawab Riko.
"Ceritain dong dulu kalo pacaran ngapain aja,"
"Bi, aku nggak akan ngapa-ngapain kamu janji, tapi pertanyaan itu bisa di skip aja nggak? kamu nggak akan tertarik mendengarnya," ujar Riko.
"Ya elah tinggal jawab aja, toh itu kan masa lalu,"
Riko yang ragu mulai memilih kata yang tepat untuk menjelaskan pada Feby. Ia tak mau membuat kekasihnya itu memandangnya rendah.
"Jujur ya, aku pacaran ya udah pasti ciuman, pelukan, tapi aku nggak akan ngelewatin batas kok sama kamu bi, aku yakin kamu yang terakhir buat aku," ujar Riko dengan senyumnya.
"Yakin gitu doang? nggak bercocok tanam?" tanya Feby mendesak.
"Eng...nggak," jawab Riko gugup.
Seketika mereka pun terdiam. Hanya suara hujan yang terdengar mulai mereda intensitasnya. Riko yang paham akan situasi yang tak menguntungkannya akhirnya membuka obrolan kembali.
"Kalo kamu ngapain aja pacaran?" tanya Riko.
"Aku nggak tau di sebut pacaran ato bukan, tapi aku pernah kok menjalin hubungan sama Brian, temen kecil sih, cuman ya gitu cinta monyet, sekarang dia udah pindah ke kalimantan," jawab Feby.
"Ngapain ajanya belum di jelasin," Riko menatap Feby.
"Mm, pegangan tangan, cium pipi udah," jawab Feby.
"Lah jadi tadi itu first kiss kamu dong?" tanya Riko.
Feby hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Riko. Riko pun merasa senang sekaligus sedih. Senang karena ia adalah orang pertama yang dapat mencium Feby, sedih karena ia melakukan hal itu padanya di saat yang tak tepat.
"Maaf ya bi, aku nggak maksud tadi, cuman aku lagi gemes banget jadi kelepasan," ujar Riko yang bangun dari tidurnya.
"Cepat atau lambat juga kan akan terjadi," jawab Feby tersenyum.
"Kalo sekali lagi boleh nggak?" tanya Riko.
"Ngadi-ngadi lu yak burik," jawab Feby.
ddrrtt drrttt drrrttt
"Eh bentar ayah nelpon beb,"
[Halo yah, udah sampe mana kok nggak ngabarin sih]
[Aduh maaf kelupaan nak, ini ayah sama ibu di ajak om Alex ke villa yang di ciwidey, jadi kita nginep semalem di sini, besok baru pulang ya]
[Yahhhh, Feby juga pengen loh nginep di villa]
[Iya nanti kapan-kapan aja ya, sekarang ayah sama ibu mau pacaran dulu, kamu jangan lupa makan, kunci pintunya]
[Iya]
"Abang nginep sini apa pulang nih?" Riko menggoda Feby dengan menaik turunkan alisnya.
"Heh mesum, jangan coba-coba mencolek eneng ya, mending sekarang pulang udah reda tuh ujannya," ujar Feby.
"Yah, nggak asik nih, masa jatahnya cuman sekali, mau lagi bi," Riko memanyunkan bibirnya seolah akan mencium Feby.
"Gua tampol nih yak," ujar Feby memasang tangannya bersiap menampar Riko.
"Iya iya, besok lagi yah, ya udah abang pulang dulu ya, nanti malem kita sleep call oukay," ujar Riko.
Riko pun bersiap-siap untuk pulang. Waktu yang sudah larut malam membuatnya sedikit bergidik ngeri. Selain takut pada aksi kejahatan di jalan, ia pun takut pada sosok-sosok tak kasat mata. Meski terlihat gagah, namun nyalinya ciut jika bertemu hantu.
Feby yanv sedikit merasa lega akhirnya bisa tersenyum mengantar Riko pulang. Tak lupa ia menitipkan salam pada papa Riko.
"Tiati beb," ujar Feby di depan pintu.
"Siap bi," Riko memberikan kiss bye bak anak balita yang akan berpisah dengan temannya.
Jalanan licin di tambah lampu remang penerang jalan di lalui Riko malam itu. Ia masih tak habis pikir dengan hubungannya yang menurutnya aneh ini. Kemarin ia pulang dengan air mata bercucuran, namun hari ini ia pulang dengan penuh kebahagiaan.
"Skidipap pap pap yuhu,"
Riko berjalan masuk ke rumah dengan berjoget-joget ala penyanyi pop Michael Jackson. Terlihat papa yang tengah sibuk di depan latop di ruang tengah.
"Seneng banget romannya, abis menang lotre ko," ujar papa.
"Allahuakbar papa ke anaknya berprasangka buruk aja," jawab Riko.
"Terus kenapa seneng banget gitu, nggak cerita-cerita nih sama papa," ucap papa penasaran.
"Abis dapet jatah pacar hihihi," jawab Riko polos.
"Astagfirullah kamu ini berdosa banget," papa memandang Riko yang makin berjoget-joget depan pintu kamarnya.
Malam pun makin larut, dan Riko tengah asyik mengobrol bersama Feby melalui video call. Terlihat jelas raut krbahagiaan Riko dan Feby saat itu.
[Bi, kangen]
[Baru juga ketemu dua jam yang lalu]
[Aaaa maci angen nget bi]
[Ihh kok kedengeran jijik banget hahaha]
[Oh iya lusa kamu tampil di pensi ya bi]
[Iya, deg-degan banget beb]
[Aku mau dateng ya, mau abadikan pacar aku yang keren banget puisinya]
[Silahkan kalo bisa masuk, itu kan khusus wisudawan aja sama walinya]
[Liat aja ntar abang Riko akan duduk paling depan ehehe, kalo nggak ya minimal baris ke dua lah]
Obrolan mereka berlangsung hingga jam dua dini hari. Tanpa mematikkan ponsel masing-masing, Riko tertidur di samping ponselnya.
Sedangkan Feby masih merasakan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Pasalnya ia belum mengetahui yang sebenarnya terjadi. Siapa wanita yang menghubungi dan mengatakan hal mengejutkan seperti itu. Apa tujuan wanita itu hingga ingin sekali menghancurkan hubungannya.
H-1 sebelum hari pentas seni perpisahan sekolah di laksanakan. Banyak siswa mulai sibuk dengan persiapan dan gladi resiknya. Tak terkecuali Feby yang mengisi acaranya.
Siang itu di sekolah
"Bi, ini barang bawaan kamu banyak banget sih," Riko membawa beberapa tas besar berisi kostum dan peralatan pentas Feby.
"Ayok cepet beb, udah pada kumpul di aula, aku udah telat," Feby berlari kecil menuju aula.
Benar saja di sana telah berkumpul anggota OSIS dan siswa lain yang mengisi acara pensi esok hari. Terlihat panggung megah yang sudah berdiri dengan eloknya. Segala dekoarasi telas siap di tempatnya. Banyak anggota pensi yang berlalu lalang untuk menyiapkan gladi hari ini. Riko yang membawakan segala persiapan Feby pun beberapa kali kewalahan.
"Eh ko, kok lu ada di sini? ikut pensi juga?" tanya Lira yang berpapasan dengannya.
"Eh enggak Ra, ini bawaan Feby, lu ikut pensi juga?" tanya Luka.
"Gue ngisi dance aja sih," jawab Lira.
"Beeebbbb, sebelah sini," teriak Feby dari ujung aula.
"Iya, eh gue duluan ya Ra," ujar Riko berlalu.
Lira yang menekuni ekskul dance di sekolah sejak kelas satu itu memang tak di ragukan lagi kemampuannya. Terlihat jelas dari tubuhnya yang sangat bagus untuk ukuran anak remaja seusianya. Tak heran jika Riko memandangnya dari ujung kepala hingga kaki.

Komentar Buku (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru