logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 10 what's wrong?

"Heh bro sekali maen lagi nggak?" tanya Iqbal.
"Udah dulu gue mau jemput cewek gue dulu di sekolah," jawab Riko.
"Jadi babucin lu ko," ujar Iqbal menatap sinis.
"Heh, nganter jemput cewek tuh bukan berarti kita babu cinta, tapi bentuk tanggung jawab cowok buat mastiin ceweknya baik-baik aja sampe rumah," jawab Riko berlalu.
Pandangan banyak orang jika Riko telah berubah karena wanita di tepis mentah-mentah olehnya. Baginya Feby bukan hanya sekedar kekasih, namun sebagai teman, sahabat, dan keluarga bahkan lebih. Maka dari itu ia tak mau jika Feby di pandang sebagai wanita yang egois pada pacarnya.
Riko berjalan menuju ke kamar ganti untuk segera berganti baju. Langkahnya terhenti saat melihat tiga orang wanita tengah bercanda di hadapannya. Salah satu wanita itu tertawa-tawa melihat kedua temannya di belakang hingga tak menyadari kehadiran Riko di depannya. Alhasil tabrakannya pada tubuh Riko yang tinggi itu tak terhindarkan.
"Ouchhh, ah sorry sorry gue nggak liat," ucap wanita itu.
"It's ok," jawab Riko.
Riko kembali berjalan ke arah toilet di kiri lapangan futsal itu. Wanita itu tak melepaskan tatapannya pada Riko yang telah berlalu di hadapannya.
"Ra, yeee malah bengong ni anak, ntar kesambet lu," ujar Priska menepuk bahu Lira.
"Eh iya, yuk jalan," ucap Lira melepaskan pandangannya.
Lira adalah siswi cantik dari kelas sebelas IPS di sekolah Riko. Meski Lira tak begitu mengenal Riko, namun dari tatapannya bisa di pastikan bahwa Lira menaruh kesukaan pada Riko. Lira sejatinya sudah memiliki pacar yaitu Stefan, siswa kelas dua belas yang sebentar lagi akan melaksanakan perpisahan sekolah.
"Ra, Riko oke juga kalo di liat-liat," ujar Via membuka obrolan.
"Hah, biasa aja ah kerenan juga Stefan," jawab Lira.
"Alah paling udah bosen bentar lagi lu di tinggalin," timpal Priska.
"Ih jahat banget sih lu, gitu banget doanya," Lira memanyunkan bibirnya.
"Bayangin aja lu sekarang di cuekin abis sama si Stefan tapi tetep aja bucin heran," ujar Priska.
"Mm tapi gue pernah sih dulu suka sama Riko, tapi pas tau dia jadian sama Feby gue jadi illffeel aja, seleranya nggak banget sih," jawab Lira.
"Tapi mayan buat pelarian Ra, jaga-jaga si Stefan kalo ngebuang lo ntar," ujar Via.
"Kampret lu pada," ucap Lira.
Pandangan Lira tertuju ke arah Stefab di ujung lapangan. Ia pun menghampiri dan memberikannya sebotol air mineral yang ia bawa.
"Thanks honey," ucap Stefan.
"Ra, kita duluan ya mau ke food court di sebelah," ucap Priska.
"Oh oke, bye girls," jawab Lira.
"Kamu cantik banget hari ini," ujar Stefan memandang Lira.
"Hmm, mulai deh, kan udah janji mau jalan abis kamu futsal, jadi kita mau ke mana sekarang?" tanya Lira.
"Aduh aku lupa honey, mama minta anter ke rumah tante sore ini, duh gimana ya," ucap Stefan bingung.
"Ya udah next time aja," jawab Lira kecewa.
"Jangan ngambek ya, aku janji next time bakalan nemenin kamu seharian, oke," Stefan mengelus kepala Lira.
"Janji ya," ujar Lira.
"Iya janji sayang, kamu pulang naik taksi ngga apa-apa kan?" tanya Stefan.
"Iya udah," jawab Lira.
Lira dan Stefan pun berpisah di lapangan futsal tersebut. Karena merasa kecewa, Lira pun enggan segera pulang sore itu. Ia berjalan menuju ke minimarket di sebrang tempat futsal dengan gerimis yang mulai mengguyur jalan kala itu.
Tubuh Lira terasa lembab oleh gerimis yang lumayan membuatnya sedikit kedinginan. Pasalnya Lira yang hanya mengenakan rok di atas lutut dan kaos lengan pendek itu, merasakan tiap tetesan gerimis menusuk kulitnya. Dengan sedikit berlari ia sampai di minimarket tersebut. Lira yang awalnya akan membeli minuman dingin berubah pikiran saat melihat barisan minuman hangat di meja sebelah pintu.
"Duh tumben banget ujan sih, mana nggak bawa jaket," gerutu Lira sembari membuat coklat panas.
Ketika Lira akan membayar di ke meja kasir, di lihatnya seorang lelaki yang tak asing baginya.
"Riko," sapa Lira.
"Eh hei, belum pulang? tadi liat si Stefan udah keluar loh," ujar Riko.
"Iya dia buru-buru pulang, jadi kita pisah di gor tadi," jawab Lira.
"Totalnya jadi enam puluh dua ribu mas," ujar kasir minimarket.
Riko pun memberikan uang pecahan seratus ribu pada kasir itu. Lira pun memotong antrian Riko yang sedang menunggu kembalian dengan menyodorkan debit cardnya.
"Maaf mbak, mesin kita lagi off, jadi bisanya pakai cash aja," ujar kasir.
"Yah gue nggak bawa cash lagi," jawab Lira.
"Udah mbak sekalian aja sama saya," Riko menawarkan.
"Eh, nggak papa ko?" tanya Lira.
"Santai," jawab Riko.
"Thanks ya," ujar Lira tersenyum
Riko membeli sebungkus rokok untuknya dan beberapa camilan untuk Feby berharap akan membuat rasa lelahnya berkurang setelah latihan di sekolah. Sesaat setelah Riko selesai membayar, mereka pun keluar dari minimarket dan terdiam di depan pintu.
"Yaahhh gede banget ujannya," keluh Lira.
Lira yang memegangi minuman coklatnya dengan ke dua tangan di depan dadanya, merasakan angin yang begitu dingin menusuk tubuhnya. Riko yang peka akan situasi itu pun segera mengeluarkan jaket di dalam tasnya.
"Nih pake dulu, masuk angin lu ntar," ujar Riko memberikan jaketnya.
"Mm nggak apa-apa nih? lu nggak pake?" tanya Lira menerima jaketnya.
"Gue masih keringetan juga abis futsal tadi," jawab Riko.
Perasaan Lira bercampur aduk ketika ia beradu pandang dengan Riko. Tubuhnya yang tinggi dan atletis membuat setiap wanita yang bertatapan denganya akan jatuh cinta seketika.
"Duduk dulu Ra, pasti lama nih ujan," ucap Riko menuju kursi yang terletak di ujung.
"Riko menyalakan sebatang rokok untuk mengusir dingin yang menyelimutinya.
"Bagi sebat ko," ujar Lira.
"Ngeroko juga lu," Riko menyodorkan rokok dan korek apinya.
Lira menghisap dalam di tiap hisapannya. Riko menatap wajah Lira begitu elok tanpa cela. Tubuh putih langsing dapat menghipnotis mata lelaki saat melihatnya. Meski begitu ia tetap menyadarkan dirinya untuk tak terlalu memperhatikan Lira.
Beberapa menit kemudian mereka terdiam dan hanya memandangi hujan bersamaan. Terlihat sesekali Riko gelisah melihat ponselnya.
"Lagi buru-buru ya ko?" tanya Lira membuka obrolan.
"Gue harusnya udah jemput Feby di aula sekolah, cuman ini di wa ceklis," ujar Riko.
"Lowbath kali, atau nggak ada sinyal karena ujan gede gini," Lira mencoba menenangkan Riko.
"Iya sih, coba gue telpon Ana dulu," ujar Riko.
[Halo Na, masih latihan?]
[Udah beres sih dari tadi, kenapa ko?]
[Feby masih di sana? gue wa ceklis soalnya, bilangin jangan pulang dulu ntar ujan reda gue jemput]
[Halo Na, lu denger gue kan?]
[Mm, Feby keknya udah pulang duluan deh ko tadi pesen ojol]
[Hah? ya udah deh thanks Na]
Riko pun mematikan panggilannya.
Feby POV
"Duh ujan yah, gimana pulangnya," ucap Feby melihat ke luar jendela aula.
"Di tunggu aj bentar lagi juga reda," jawab Zaidan.
Ana yang sedikit berlari dari ujung aula menghampiri Feby.
"Feb, ini Riko nelpon gue, mau lu angkat?" Ana memberikan ponselnya.
"Oh, kamu aja yang angkat, bilang aku udah pulang pake ojol ya," ujar Feby.
"Hah? i..ya udah bentar," jawab Ana.
Selesai berbicara dengan Riko, Ana pun melihat raut wajah Feby yang sepertinya lega. Ana segera pergi menjauh dari Feby dan Zaidan.
"Kenapa bohong? lagi marahan ya kalian?" tanya Zaidan.
"Eng..nggak kok, kan ujannya gede takut Riko malah basah kuyup kalo maksain jemput aku di sini," jawab Feby.
Di tempat yang berbeda, Riko merasa ada yang aneh dengan Feby. Tak biasanya dia susah untuk di hubungi. Jika Feby pulang duluan pun harusnya ia mengabari Riko.
"Positive thinking aja ko, mungkin karena ujan gede jadi Feby pulang duluan pake ojol," ujar Lira menenangkan kegelisahan Riko.
Riko hanya mengangguk dan berkali-kali tetap mengecek ponselnya. Perasaan Riko yang dari awal merasa tidak enak pun akhirnya hanya bisa menunggu hujan berhenti bersama Lira yang kebetulan menemani.

Komentar Buku (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru