logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 8 Resep Rahasia Kenzo

Kenzo duduk di bangku pojok yang berjauhan dengan Hera, ia duduk satu bangku dengan siswa lainnya. Kebetulan temannya kali ini adalah Junet ketua kelas di kelas Hera.
Sudah satu jam lebih Pak Erwin menjelaskan, ini dan itu seputar materi pelajarannya hari ini. Tak lama kemudian sorakan kebahagian pun terdengar menggema di sudut ruangan sekolah.
Teng teng teng teng!
Benar saja, Pak Erwin langsung mengakhiri pembahasannya kali ini, baru beberapa menit setelah ia keluar, para siswa-siswinya sudah berhamburan ke luar kelas. Menuju ke tempat favorit mereka, yaitu: kantin! Tak terkecuali Hera dan Andin, karena ini sudah menjadi rutinitas yang memang tak boleh mereka lewatkan.
Saat keduanya berjalan di koridor sekolah. Tiba-tiba, Kenzo dan Junet menghampiri keduanya.
"Hera?" sapa Kenzo sambil tersenyum. Junet pun, seperti juga ikut ambil bagian, ikut-ikutan seperti tingkah Kenzo.
"Andin, kantin sama Abang Junet yuk?" ajaknya sambil cengar-cengir tidak jelas.
"Minggir, kita gak mau di ganggu!" ucap Hera kepada keduanya.
"Lho kok, lo ngomong gitu Ra!" protes Andin.
"Kita mau kok, ke kantin bareng, tapi sama Kenzo. Bukan sama Junet!" ucap Andin sedikit ngegas, sambil menatap Junet tajam.
"Lho, kok lo gitu sih Ndin? gini-gini juga mantan Black Pink Lo!" ucap Junet Bangga.
"Yang bener Net?" tanya Andin seolah penasaran.
"Iya!" balas Junet.
"Ya ampun Net, ternyata lu lupa minum obat Net, ini suhu badan lo anget bener udah kaya panas Api Neraka!" ucap Andin sambil, memeriksa panas tubuh Junet.
"Anjir ... lo kalo becanda demegnya gak asyik," ucapnya dengan tatapan melotot.
"Bodo," balas Andin.
Keduanya terus bertengkar ini dan itu, Hera dan Kenzo yang sedari tadi memperhatikan keduanya benar-benar sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.
"Gue sendiri aja deh!" ucap Hera langsung berjalan meninggalkan ketiga orang tersebut, yang dua diantara mereka sibuk berdebat yang tidak jelas .
"Yah pergi deh cuk dianya," ucap Kenzo.
"Heraa! Tungguin gue!" pekik Andin, sambil berlari ke arah Hera.
"Kasian deh lo!" ucap Andin sebelum berlalu.
Hera dan Andin berlalu meninggalkan kedua lelaki itu. Yang satu mencuri perhatian dengan pesonanya, yang satu lagi, dengan tingkah konyolnya, yang masing-masing membuat Andin dan Hera geram.

****
Cepat sekali hari berlalu di sekolah, di mana hari ini ada yang terasa berbeda, ia terus saja diganggu Kenzo berkali-kali. Ntahlah, Hera tak mengerti? Kenapa laki-laki seperti Kenzo menyukai perempuan bertubuh besar seperti dirinya.
Hera masih tidak percaya, untuk itulah dia sama sekali tidak mengubris maksud dan tujuan Kenzo mendekatinya. Ia terus memandangi KTP milik Kenzo, yang sebelumnya telah ia ambil paksa hari itu. Namun, Kenzo juga yang memintaagar Hera menjaganya sebelum ia pergi. Hera makin tambah bingung melihat tingkah lelaki satu ini.
Tok tok tok! Hera yang tengah melamun pun dikejutkan dengan suara orang mengetuk pintu dari luar kamar kosnya.
"Sebentar," teriak Hera dari dalam kamar.
Hera melangkah ke luar mendekati pintu utama kosannya. Ia berpikir, pasti Bang Aditialah yang datang menemuinya hari ini. Namun, ternyata hari ini Hera salah menebak orang yang datang.
Betapa kagetnya Hera, saat membuka pintu, Kenzo sudah berdiri tegap di ambang pintu kosnya. Saat Kenzo ingin masuk, Hera langsung mencegatnya.
"Eh ... ngapain lu masuk! Gak boleh!" tegas Hera.
"Yah kok gitu, kan rumah calon istri sendiri, masa gak boleh?" ucap Kenzo, yang sukses membuat Hera tertegun.
"Gak!" balas Hera.
"Iya!" ucap Ken.
"Gak!" Lagi. Ucap Hera kerasa kepala.
"Iya, Ra!" balasnya yakin.
"Keeenn ...! Lo tu yah ...." Belum selesai hera berbicara, ken sudah memotongnya.
"Ra ...!" balasanya lembut, sambil mengacak gemas rambut Hera.
"Pergi ga!" titah Hera.
"Iya, iya, iya. Bentar dulu, ini aku ke sini karena mo ngasih kamu ini, aku tadi beliin kamu makanan, kamu makan yah! Jangan lupa diabisin!" titah Kenzo.
Hera hanya diam tak membalas ucapannya. Tangannya juga tidak menyambut bungkusan makanan itu, tapi Kenlah yang langsung memaksa tangan Hera menerimanya.
"Yaudah gue pulang dulu yah Arcy," ucapnya lagi, sambil mengacak rambut Hera gemas.
Hera mengangkat kedua alisnya, dia benar-benar keheran dengan tingkah Ken. Ia menatap punggung Ken, sampai lelaki itu tak lagi terlihat di pandangan dua bola matanya.
Hera menutup rapat pintu kosnya. Ia lantas ke dapur, membuka bungkusan makanan yang tadi diberikan Kenzo untuknya.
Semua makanan yang diberikannya berisi makanan sehat yang jarang Hera konsumsi,
aroma dan rasa makanannya berbeda sekali dari yang biasa Hera beli, ini bukan favoritnya Hera sekali. Akan tetapi, ada satu minuman yang Hera tak tahu namanya. Tepatnya seperti jus tapi juga tidak dan Ken menulis sesuatu di botol minuman tersebut.
"Ini minuman khusus yang gue bikin buat lo, jangan gak diminum yah, pokoknya harus diminum sebelum 1 jam mau makan!"
Hera membaca tulisan di botol minum itu sambil geleng-geleng kepala.
Tak butuh waktu lama, Hera langsung meminum air pemberian Ken. Hera pikir rasanya akan pahit atau seperti apa. Ternyata, rasanya enak dan Hera menyukainya. Kemudian setelah 1 jam ia menyantap makanan yang Kenzo berikan untuknya berhubung perutnya, pun sudah mulai keroncongan. Ya, biasanya kalo udah laper banget makan apa pun bakalan terasa enak.
Setelah hari itu, Hera hampir setiap hari Hera meminum, minuman yang dibuat Ken khusus untuknya, juga ia tanpa sadar jadi menggemari makanan sehat yang tidak terlalu berminyak, karena setiap habis sekolah Ken pasti datang kekosannya memberi bungkusan makanan kemudian pulang. Hera selalu menolak tapi Ken selalu memaksa, jika Hera tidak menerimanya ia tidak akan mau pulang.
Sudah satu bulan berjalan, ntahalah kenapa hari ini rasanya ada yang berbeda pada diri Hera. Dia tidak bisa melihat keseluruhan tubuhnya, sebab tidak ada kaca di kosnya karena kacanya sudah ia pecahkan sendiri, usai kejadian di kelas tari.
Hera berjalan masuk ke kamarnya. Ia memberanikan diri mengambil sesuatu yang terselip di samping lemarinya. Awalnya ia ragu, takut akan sedih kalau melihat, apa yang ingin di lakukannya dan bagaimana hasilnya.
Hera memberanikan diri meski dengan hati yang berdebar-debar, ia lalu menaikan kedua kakinya, pada benda pipih yang menepel di lantai.
Betapa terkejutnya Hera, saat melihat angka yang tertulis di benda pipih itu.
130kg Hera membelakan matanya tak percaya.
Pantas ia merasa ringan dengan tubuhnya sekarang, ternyata iya turun 20 kg. Akan tetapi, ia sama sekali tak menjalani program diet? Atau mengatur pola makannya dengan ketat. Lantas kenapa? Berat badannya bisa turun secara drastis.
Hera tak mau, membuatnya pusing memikirkan semua itu yang nantinya malah membuat ia stres dan berat bedannya naik lagi. Ia benar-benar senang sekali hari ini, ia tak mau mengacaukan hari baik ini dengan memikirkan semua itu. Ia benar-benar tak percaya kalau tubuh lebarnya sudah sedikit mengecil meski masih terlihat besar.
Hera berlari-lari sambil menari-nari keluar masuk kamar kosnya betapa bahagianya ia, ia tak tahu bagaimana Tuhan melakukan ini padanya, yang jelas ia sangat bersyukur hari ini.
"Ternyata punya badan bagus tuh gak cuma kita dihargai, tapi kita juga dibikin nyaman sama tubuh yang lebih kecil! Lost segini aja badan udah kerasa ringan!" ucapnya sendirian.
"Apa gue diet aja, biar berat badan gue makin cepet turun?"
"Kalo gue kurus, pasti orang-orang gak akan ngehina gue lagi."
"Ya' ampun kenapa gak kepikiran dari kemaren?" ucapnya, sambil menepuk jidatnya dengan sebelah tangan.
Hera begitu bahagia hari ini, sampai ia tidak bisa menyadari, ada sosok yang berdiri tegap, yang sudah sejak sedari tadi menatapnya.
Kenzo. Ya, Kenzo tersenyum melihat Hera di balik tembok, sambil memperhatikan batapa bahagianya gadis itu hari ini.
"Cepet kurus yah Ra, gue gak mau lo dibully terus." Ntah kenapa? Tiba-tiba bulir bening di sudut mata lelaki tampan itu jatuh seketika tanpa aba, bibirnya bergetar, ingin sekali rasanya memeluk gadis yang berdiri di sebarang sana. Menceritakan betapa Hera sangat berarti untuk dirinya, menjelaskan kenapa sikapnya seperti ini kepada Hera, dan menjawab semua pertanyaan yang tidak bisa di jamah oleh pikiran, akal, dan hati Hera.
"Andai sejak dulu, aku sudah mengenalmu, mungkin sekarang, kamu pasti tidak akan pernah merasakan tangisan sewaktu di ruangan kelas tari, sewaktu teman-temanmu merendahkanmu, juga para lelaki yang berada di kafe yang dengan santainya juga merendahkanmu." Woah, kenapa Kenzo bisa tahu semuanya?
****
[FOV 1]
Kenzo Wadiasmoro Putra Sutomo🌈
Hari itu adalah hari yang benar-benar membuat aku marah kepada Siska pacarku, kita sudah berpacaran lebih dari 3 tahun.
Ia memintaku menjemputnya usai kelas tari, karena ingin cepat-cepat bisa menghabiskan waktu denganku.
Siska itu manja, dan sangat keras kepala. Akan tetapi ia sangat lembut, tidak pernah membentak atau pun menghina orang lain meski itu fisiknya sekalipun. Sifat buruknya adalah, apa pun yang ia inginkan harus terpenuhi. Mungkin, selama ini mataku telah di butakan oleh cinta, sampai-sampai aku tidak menyadari kebenaran sebenarnya. Syukurnya, hari itu Tuhan membuka mataku sedikit lebih lebar sampai bisa menyadarinya.
Aku berjalan memasuki koridor ruang kelas tari, di mana siska belajar tari balet kesukaannya. Tak jauh dariku hanya terhalang jarak beberapa meter, dua orang gadis berjalan membelakangiku, yang satu bertubuh besar dan satunya bertubuh kurus.
Aku awalnya cuek saat melihat kedua orang itu, tetapi saat beberapa menit berlalu usai ia berbincang dengan Guru berkacamata merah, aku dikejutkan dengan sebuah adegan, di mana Siska yang kukenal baik, dengan lantangnya menghina dan merendahkan seseorang di depan umum?
di mana ia benar-benar telah menyakiti hati dan merobohkan harapan sesorang di hari itu.
Aku meneteskan air mata saat melihat semuanya terpampang jelas di mataku. Usai kejadian itu, aku memutuskan ingin meminta maaf atas nama Siska kepada gadis bertubuh besar itu. Namun, mereka lekas sekali berlalu meninggalkan semua orang dan hinaan yang masih hangat untuknya di ruangan itu.
Usai gadis itu keluar, aku menarik tangan Siska keluar, aku benar-benar marah kepadanya, bisa-bisanya ia melakukan hal serendah itu terhadap orang lain. Namun, ia menjelaskan kenapa ia melakukan itu dan aku jelas sulit percaya tentang apa yang dia ucapkan.
Aku memutuskan hubunganku dengan Siska, dengan kesepakatan sebelah pihak. Sejak hari itu, aku terus mencari sosok gadis bertubuh besar itu, sampai pada suatu ketika takdir mempertemukan kami, dan menautkan dua hati yang semula saling berjauhan. Unik sekali bukan? Tentu! Sebab, kta tidak pernah tahu. Kapan Tuhan mempertumakan kita dengan cinta sejati kita, tapi satu hal yang pasti, akan selalu ada orang-orang baik yang dihadirkanNya untuk kita, entah itu untuk menguatkan semangat atau sekadar mengokohkan hati yang sering putus asa. Dan aku adalah sesosok orang itu, yang diciptakan untuk Hera.

Komentar Buku (150)

  • avatar
    Dumpchive

    keren + bagus banget cerita nyaa , alurnya juga ga mudah di tebak , salut dehh

    04/01/2022

      1
  • avatar
    AzrilHaikal

    seru kak

    07/08

      0
  • avatar
    Siti Nurhafiza

    seruuuuuuuuu

    07/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru