logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Narasi 04

Raden Bayu Lesmana
Besok hari sabtu ada kerjaan gak, Ya?
Kalya terbatuk saat membaca pop up di layar handphone-nya, faktanya ia sedikit terkejut mendapati pesan whatsapp dari Raden.
"Ada apaan sih, Ya?" Teman makan siangnya, Intan, menyodorkan gelas minumannya pada Kalya. Kalya jarang-jarang menampilkan wajah sok kagetnya tanpa aba-aba seperti ini.
"Ehhh, ini cowok yang kemaren mau dijodohin sama gue chat duluan, Tan."
"Lah emang kenapa? Dia chat apaan emang?" Intan mengambil handphone Kalya dan membaca kolom chatnya. "Ya bales aja kali."
Kalya berdecak.
Dahi Intan mengerut heran, "please deh, lo bukan anak abege yang bingung harus bales apa loh, bales aja seadanya."
"Hehehe, males cerita sih tapi yaudah lah ya lo udah hafal tabiat gue."
"Gak usah bertele-tele, Kalyaaaaaaaa."
"Selama dua minggu setelah ketemuan kita gak pernah chat sama sekali, yakali gue bales biasa aja gitu."
Rahang bawah Intan melorot tanpa sadar, kemudian ia menyingkirkan gelas minuman dan piring kosong di depannya -yang sudah habis daritadi. "So tell me now, what happened with you. Wait, wait, I mean why you never send message to him?? Jangan bilang gengsi!?!?!?"
Kalya memutar bola matanya, "Gak gitu. Gue emang mau chat apaan, Tan? Gue gak pandai bisa basa basi kaya lo."
"Gue anak marketing, Yaaa, tapi itu gak bisa jadiin alasan juga kali. Basa basi busuk kek. Kerjaan, lagi ngapain, atau apa kek," jawab Intan gemas. Kemarin-kemarin pasca bertemu saja sudah mengaku suka, lah ini malah sok malu-malu buat chat duluan.
Kalya menggaruk lehernya yang memang tidak gatal, ia memang tidak berani mengirim pesan duluan. Kalya tidak tahu cara memulai, beberapa kali Raden membuat status di whatsapp jika ia tengah disibukkan tentang pekerjaannya dan Kalya berpikir jika ia tak ingin menganggunya.
"Udah deh. Intinya gue gak bisa basi-basi. Jadi, enaknya gue jawab apa? Keburu jam makan siang lo abis, Tan. Buruan."
Intan mendesah sebal, gak pintar ngomong tapi pemaksa ulung. "Sini, biar gue aja yang bales."
Kalya mengangkat tinggi salah satu tangannya yang sedang memegang handphone. "Beresiko kalo makhluk kaya lo yang bales. Yang ada lo gombal sampah kayak ke ucer's."
Intan melipat tangan di depan dada, "lo juga ngapain sih, Ya, dia itu cowok yang baru ketemu sekali sama lo. Gak usah sok defensif gitu deh," jawabnya dengan tawa kecil yang diikuti gelengan kepala.
"Gak gitu, gubluk! Gue masih mau jaga image sebagai cewe manis dan baik."
"Uluh-uluh akhirnya temen gue tobat jadi single." Intan mengulurkan kedua tanganya ke arah Kalya seolah tengah mencubitnya, "saran gue jangan banyak jaim, suka ya suka aja. Kejar pantang mundur, toh kalian berdua emang niat sama-sama nikah."
"Iya sih," jawab Kalya sembar menaruh kedua sikunya di atas meja guna menyanggah kepalanya, "Tapi gue keliatan hopeless romantic banget gak sih? Kaya gak ada jalan lain selain perjodohan."
Intan mengibaskan tangan kanannya, "gak usah banyak mikir, jalanin dulu. Gue sama Osby aja awalan gak ada niat buat nikah tapi sekarang kita nikah."
"Oke, gue bales apaan?"
"Please deh gak pake ah, bales aja lo free. Masalah kerjaan bisa di handle anak buah lo. Jadi, bos gak usah sok kerajinan."
Kalya Haru Nasution
Gak ada, Mas, mau jalan?
Kalya berdiri dari duduknya, "gue mau belanja baju. Ikut gak?"
Intan yang tengah meminum -minuman Kalya yang masih sisa separuh sampai muncrat saking kagetnya, kemudian ia terbatuk. "Salam dulu kalo ngomong, Yaampun!"
Kalya menyibak rambutnya yang terjuntai ke depan. Kalya mengambil smartphone-nya dan memasukkanya ke dalam tas, "gue mau sekalian ke salon, mau ganti warna rambut deh. Lo mau ikut gak? Gue bayarin."
Intan menyeringai lebar, "gue bahkan rela gaji gue dipotong demi hari ini."
.baekharuu.
Suara denging hair dryer dan suara haha hihi manjanya si Intan sibuk video call dengan suaminya yang tengah berada di luar kota untuk keperluan bisnis. Intan selesai masker rambutnya, rambutnya sekarang sedang di-blow bagian bawahnya.
"Yang, aku udah keliatan oke belum?"
Osby menyahut dengan nada jenaka dan kedua sudut bibir yang terangkat. "Everything your style, you're still pretty, Intan."
Intan tersipu. "Kalo aku potong sebahu gimana, Yang?"
"The same answer."
Intan berdecak, "Kamu gitu, Yang, kalo di tanya tentang style aku jawabnya sama terus." Dan hanya disaut dengan suara tawa berat dari handphone Intan.
"Gak bisa ya lo sehari gak bucin?" Kalya berdecak sebal jika sudah mendegar suara lovey dovey keduanya.
"Itu suara si Kalya kan, Yang?" tanya Osby dan Intan mengangguk, mengarahkan handphone-nya ke Kalya. Kalya mengambil alih handphone-nya.
"Hai, Kalya."
Kalya tersenyum kecil, "By, gak usah bucin di depan gue deh."
Osby tertawa hingga bibirnya membentuk hati. "Hahaha. Gue denger dari Intan lo dijodohin lagi, Ya? Gimana cocok gak?"
"Not surprised. Emang Intan gak bisa sehari gak cerita ya ke elo ya." Osby tertawa lagi, murah tawa banget dia semenjak nikah bareng Intan, berasa gak ada air mata hidupnya.
"Gue baru ketemu sekali kok, By. Proses dulu lah."
"Iya, iya. Siapa namanya? Kerja apa?"
Kalya tampak berpikir sebentar, "namanya Raden Bayu, dia arsitek gitu."
"Wait, Raden Bayu Lesmana?"
"Lah, lo kenal," tanya Diana sangsi.
Osby berdecak, "dunia sempit banget, njir. Dia itu cowo yang kemaren desain kedai kopi gue yang deket underpass, Ya. Inget gak?"
"Ha?"
"Itu loh, Ya, cowok yang sempet speech pas grand opening. Cowok yang wajahnya feminim tapi tegas banget pas ngomong," sambung Intan.
"Ah!" bibir Kalya membulat dan mata yang berbinar bak mengingat sesuatu hal yang penting "Cowok yang pake kemeja item motif garis putih!?" Intan mengangguk dan Osby di seberang mengiyakan. "Pantes gue gak asing sama senyumannya."
Intan tertawa, "Yang, si Kalya masih bedain cowo ternyata."
"Serah lo deh, Ya, gue matiin dulu ya. Ngantuk banget gue pengen tidur, kerja semalem bareng Intan," putus Osby dengan tawa ringan lalu sambungan telefon terputus.
Kalya memberikan handphone-nya pada Intan dengan wajah sebal, "lo tau tapi gak ngomong ke gue, Tan."
"Kali ini emang gue lupa. Serius beneran lupa, kalo my baby hunny gak bilang gue gak bakalan inget."
Kalya mencibir mendengar ucapan Intan, selalu alasan sama dari jaman kuliah dulu. Mudah lupa lah, banyak tugas jadi hal sepele atau hal genting mudah dilupakan. Ck. Dikira mantan kali, mudah dilupakan.
"Mbak," panggil Kalya pada pegawai salon yang tengah mem-bleaching rambutnya, "warnain rambutnya warna pink, gak jadi warna coklat ya."
"Serius, Bu?"
"Iya."
"Lo waras kan, Ya?"
Kalya menengok ke arah Intan lalu berbisik, "I'm little interesting to him. I want to know, who he is."
"Lah apa hubungannya sama pink sih!?"
.baekharuu.
Raden merenggangkan otot lehernya setelah setengah jam ia habiskan menelfon kliennya yang tengah berada diluar kota. "Anjir, ini klien, Jek, banyak banget maunya."
Dzaki menghembuskan vape dari bibirnya, kemudian bau khas jeruk menguar di sekitar hidung Raden. "Hahaha, lo telfonan sama klien berasa sama gebetan, Den. Lama."
Raden mengambil puntung rokok yang tinggal separuh saat ia tinggal telefon tadi. "Si Okta ngasih klien ke gue yang edan cerewetnya tapi ke elo cewek yang mulus-mulus."
Tawa Dzaki lepas, "bacot lah. Klien gue yang aki-aki juga ada kali. Pesen aja kopi deh lo via gofood. Biar adem tu pala."
"Bisa di kebiri si Okta kalo gue ngopi lagi, Jek."
"Den, please gak usah jadi cowok lembek. Geli."
"Bangsat lah."
Dzaki mengambil handphone-nya dan membuka aplikas go-jek. "Lo mau pesen kek biasa kan di Kopi Kulo?"
Raden menggumam lalu memijat pelan area lehernya. Sibuk memandang komputer cukup membuat lehernya pegal. Kliennya kali ini meminta membuat desain rumah dengan tanah yang luas namun memiliki kesan desain minimalis untuk pasangan suami istri. Kliennya meminta rumah satu lantai lengkap dengan taman dan garasi di halaman. Ruang tamu, dua kamar tidur, kamar mandi, ruang keluarga, dapur, dan garasi.
Raden menghisap nikotinnya dalam. Rencananya ia akan membuat rumah dengan atap datar agar kelak si klien bisa merubahnya menjadi dua lantai.
"By the way, gue udah cari si Kalya Haru. Gampang banget, bro, nyarinya. Dia terkenal di beberapa kalangan. Salut gue sama nyokap lo," ujar Dzaki membuyarkan rencana yang tengah ia pikirkan.
Dzaki menyodorkan foto dari handphonenya. "Kalya Haru Nasution. Pemilik Event & Wedding Organizer. Dia cumlaude dan nerusin kuliah S2, pernah join event project di Malaysia, kabarnya dia emang jarang punya hubungan sama cowo belakangan ini."
"Oh, wanita karir?" tanya Raden dengan raut wajah menebak.
"Bisa jadi sih." Dzaki mengangguk, "saran gue udah lah ini cewe embat aja. Cantik, berprestasi, mandiri, sayang aja ini cewek rambutnya gak panjang."
"Lo terlalu paham gue, Jek," tukasnya dengan senyum setengah ikhlasnya. "Gue belum dapet feel sama ini cewe sebenernya. Untung sih dia cantik dan yang terpenting gak sok cantik."
"Bodo amat sih gue, asal jangan dimainin itu hati."
Raden menghisap batang rokok yang sudah pendek, ia menghembuskannya sembari mematikannya di asbak.
"Jek, I told you, don't know me too much."

Komentar Buku (3)

  • avatar
    KeysaAmalia

    sangat baguss

    16/02/2022

      0
  • avatar
    Ferry Septiardy

    mantul

    25/01/2022

      0
  • avatar
    Setiawan

    bagus sekali

    25/01/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru