logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 Siapa dia?

Hari Sabtu tiba Randi dan gema tengah makan gorengan yang dibuat bi imah diruang keluarga disana terlihat juga Reno sedang sibuk dengan handpone di tangannya
“Bokap lo kemana ren?”
“Habisin dulu yang ada dimulut lo baru bicara gila” gema merasa jijik melihat gorengan yang masih ada dimulut Randi tercecer kemana-mana
“keluar kota, Senin dia baru balik”
“Sibuk juga yah bokap lo padahal kan ini hari Sabtu” Randi mengangguk setuju dengan perkataan gema
“yah gimana namanya juga kerja” Reno terus saja berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari handpone yang ada di tangannya.
“Lagi liatin apaan sih lo?” Gema bangkit dari duduknya lalu pindah kesamping gema ingin tau apa yang dilakukan oleh Reno
“Baca ginian gue” Sembari memberikan handponenya pada gema, Reno bangkit untuk mengambil satu buah gorengan lali langsng memakannya, Sabtu ini mereka memutuskan untuk berkumpul di rumah Reno sembari menginap. Sama seperti rencana mereka kemarin,
“Emang ngapain lo baca ginian?”
“Yah gue cuma mau tau pengabdi sama pensungihan itu sama ngga” Reno mengangkat bahunya acuh
“Ya menurut gue sih sama” sahut Randi yang masih setia dengan gorengan yang ada dimulut nya
“Megabdi sama pesugihan itu sama-sama nyembah sesuatu yang harusnya ngga disembah, Lakuin hal-hal yang ngga seharusnya dilakuin, terus sama-sama dapat keuntungan dari sana, Dan yang pasti sama-sama musyrik” Jelas Randi
“Iya juga sih” “Tapi menurut gue yang paling beda itu yang ngabdi-ngabdi gini sih lebih ke semacam perkumpulannya jadi mengabdi sama pesugihan itu bedanya di sana, kalau pesugihan kebanyakan dilakukan secara individual gitu” Terang gema, Ini salah satu yang Reno suka dari gema dan Randi meski kadang kelakuan mereka Random tapi otak mereka sangat mampu diajak untuk bertukar Fikiran
“Tapi kenapa tiba-tiba lo tertarik sama hal-hal bgituan?” gema merasa aneh pasalnya dari mereka bertiga Reno lah yang Paling anti dengan hal-hal gaib
“Yah cuma pengen tau aja”
“Jangan bilang lo curiga nyokap lo ikut begini-beginian” Canda gema, Reno hanya terkekeh
“Anjing bisa-bisanya lo mikirin nyokap lo ikut begituan, buat apa coba dia ikut bgituan”
“ya siapa tau aja” Reno nyengir tanpa dosa, sedangkan kedua sahabatnya hanya bisa geleng-geleng kepala.
tiba-tiba bi imah datang
“Den, didepan ada tamu” Ucap bi imah sambil menunjuk ruang tamu
“siapa bi?”
“Kurang tau den, katanya mau ketemu sama bapak” Jawab imah lagi
“Bilang aja papa lagi ngga dirumah”
“Sudah saya Bilang den, Tapi dia tetep ngotot”
“Yaudah bi, biar saya yang kedepan” Reno beranjak menuju ruang tamu
Disana duduk seorang wanita muda yang mengenakan Dres tanpa lengan tengah tersenyum lebar kepada Reno, Reno mengernyit siapa perempuan ini rasanya dia sekalipun tidak pernah melihatnya.
“Reno” Perempuan itu menghambur kepelukan Reno layaknya pasangan yang sudah berpisah sekian lama. Reno kikuk dipeluk tiba-tiba seperti itu terlebih dia akui perempuan yang kini masih memeluknya itu cantik, Setelah beberapa detik memeluk Reno, perempuan itu melepaskan dekapannya lalu menuntun Reno untuk duduk disofa
“Maaf kamu siapa?” Reno memandang perempuan itu,
“Aku Kanaya teman mamamu” siperempuan yang memperkenalkan dirinya bernama Kanaya masih setia tersenyum sembari mengelus pipi Reno yang entah mengapa seperti membeku
“Papa sedang tidak dirumah”
“Tak apa ren, bertemu kau pun sudah cukup bagiku” ,
Bahasa wanita ini baku sekali batin reno
“Kau sudah besar ren, berapa umurmu sayang?”
“17”
“Kufikir memang sudah waktunya” Wanita itu tersenyum senang, entah mengapa mendadak reno merasa semakin tidak enak dengan senyum wanita itu.
“Sudah waktunya apa?” Belum sempat Kanaya menjawab pertanyaannya tiba-tiba pintu depan dibuka secara keras, disana papanya muncul dengan wajah terlihat sangat khawatir , Adi menghampiri anaknya lalu menarik tangan reno untuk segera menjauh dari Kanaya
“Halo Adi, sudah lama tak jumpa” Kanaya tidak merasa terkejut dengan kehadiran Adi yang tiba-tiba,Berbeda dengan reno yang masih belum mencerna keadaan sekarang
“Berani sekali kau menginjakkan kaki kotormu disini” Sungut Adi emosi
“Kau jelas tau Adi, aku kesini untuk mengambil milikku” Kanaya masih terlihat tenang dengan senyum yang masih menghias dibibirnya,
“Milikmu? lancang sekali kau”
“pa!” Reno mencoba menenangkan papanya yang terlihat akan meledak sebentar lagi,
“ya baiklah, nikmati waktumu sebentar lagi aku akan datang lagi untuk menjeputnya” Kanaya berdiri hendak menyentuh reno, dengan sigap Adi menarik reno untuk berlindung dibelakangnya.
“Jangan sentuh ANAKKU!!” Teriakan Adi menggelengar, Sontak saja bi imah, gema dan Randi lari kedepan untuk melihat apa yang terjadi, Sedangkan reno baru kali ini dia melihat papanya begitu marah sekaligus ketakutan? ya reno merasakan tangan papanya begitu dingin dan gemetar.
“Baiklah, aku akan pergi” Kanaya berlalu, setelah Kanaya sudah tidak terlihat lagi Adi mendudukkan dirinya disofa sembari mengatur nafasnya untuk meredam emosi, bi imah datang dengan terngopoh-ngopoh memberikan segelas air untuk majikannya
“Terimakasih bi” Adi segera meminumnya dengan sekali teguk , Reno mengisyaratkan kepada gema dan Randi untuk masuk terlebih dahulu kedalam kamarnya, Tinggal reno dan papanya yang masih duduk disofa. Setelah agak tenang Adi memeluk reno
“Kamu ngga apa-apa kan?” Adi memandang anaknya dengan cemas
“Aku ngga apa-apa pa, dia itu siapa?” , Adi hanya menggeleng mendengar pertanyaan anaknya
“Pa dia itu siapa? perempuan itu siapa?”
“Winda kemana?”
“Hah?”
“Winda dimana?” Tiba-tiba saja Adi berdiri hendak mencari winda namun dengan cepat reno menenangkan papanya
“Kak winda lagi dirumah kak Fera pa”
“Pokoknya kamu ngga boleh ketemu sama perempuan itu lagi”
“Memang kenapa pa?” Reno semakin penasaran ada apa ini sebenarnya
“Dengarin papa baik-baik, Perempuan itu iblis.”
“Ha?”
Tanpa berkata apa-apa lagi Adi berjalan masuk menuju kamarnya meninggalkan reno yang masih bertanya-tanya tentang kejadian barusan

Reno masuk kekamarnya dengan raut wajah lesu, gema dan Randi hanya saling bertukar pandang mereka takut salah bicara, Mendengar Reno menghela napas berat. Randi memberanikan diri bertanya kepada Reno” lo ngga apa-apa kan ren?” Randi mentap sahabatnya itu khawatir begitupun dengan gema, Mereka akui sejak berteman dengan reno 5 tahun yang lalu sampai sekarang baru kali ini mereka melihat papa reno meledak seperti itu terlebih kepada seorang perempuan muda
“Gue makin bigung” reno menghempaskan dirinya kekasur sembari memijat kedua keningnya yang terasa tidak berhenti berdenyut
“Mending lo tenangin dulu Fikiran lo, biar gue kedapur suruh bi imah bikinin lo teh hangat” Usul gema sembari berjalan keluar, Ditangga gema melihat Adi papa reno sedang duduk didepan televisi sembari meminum segelas kopi
“Om” Sapa gema sopan
“Eh Gem, Om minta maaf banget soal kejadian yang tadi”
“Ngga apa-apa om” Gema tersenyum memaklumi, toh dia juga tidak tau masalah apa yang sedang menimpa keluarga ini,
“Yasudah om saya kedapur dulu” Pamit gema
“Bi , Reno minta dibuatin teh hangat”
“Baik den, nanti saya buatin sekalian buat den gema sama den Randi” Bi imah segera memanaskan air untuk membuat teh hangat yang dipesan oleh Reno, Gema berinisiatif untuk duduk dikursi bar mini yang ada didapur sembari menunggu teh hangatnya jadi
“Bi”
“ya den” bi imah menoleh
“Bibi tau perempuan tadi itu siapa?” Tanya gema penasaran
“Saya juga kurang tau den, Saya kerja disini aja baru” Jawab bi imah sembari tersenyum
“Bibi ngga ngerasa ada yang aneh gitu disini?” , Bi imah hanya tersenyum sebagai jawaban. Setelah teh hangatnya jadi gema bergegas kembali kekamar Reno sembari membawa loyang berisi teh hangat serta cemilan untuk mereka makan.

Komentar Buku (247)

  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      1
  • avatar
    HudaSofwan

    bagis

    14/07

      0
  • avatar
    MaulanaRachmad

    I like this

    23/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru