logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6. Obsesi Ellena

Fic masih berusaha untuk menghentikan tangisan Ellena. Tapi gadis itu malah semakin terisak.
"Nona! Berhentilah. Jika ada yang mendengar, nanti mereka mengira aku sudah menyakitimu." ucap Fic.
"Kau memang sudah menyakitiku! Menyakiti hatiku Fic!" Ellena menyandarkan kepalanya di dada Fic.
"Kau pergi menemui seorang wanita?Kau mau menikahinya kan?" Ellena kini memukuli dada Fic sambil masih menangis.
"Aku tau kau akan menikah. Kenapa Fic? Kenapa?" Ellena mendongak, mencengkeram kuat bahu Fic dan mendorongnya ke tembok.
"Nona. Berhenti lah!"
"Jawab pertanyaan ku! Apa Benar kau akan menikah?" Ellena mengguncang kedua lengan Fic. Fic tidak menjawab, hanya menunduk menghindari tatapan Ellena.
"Fic! Jawab!"
"Bukan begitu. Tapi, Tapi. Ayah Nona, sudah menyuruhku untuk menikah. Aku tidak mungkin menentangnya. Nona sudah dewasa. Sudah saatnya, Fic tidak menemanimu lagi."
Seketika mata Ellena membulat. Kini mendekatkan wajahnya pada wajah Fic, sangat dekat. Memegangi kedua pipi Fic. Sehingga mau tidak mau, pandangan mereka beradu.
"Kenapa Fic? Kenapa kau harus menikah? Jika memang kau harus menikah. Kenapa tidak menikahi ku saja?"
Sekejab Fic terpaku, otaknya hampir tidak bisa mencerna ucapan Ellena barusan.
"Nona! Kau bicara apa?" Fic kini menatap lekat kedua mata Ellena.
"Menikahi ku! Tidak perlu menikahi wanita lain. Menikah denganku saja Fic!" Ellena memeluk tubuh Fic.
Kini Fic mendengar dengan jelas ucapan Ellena yang tadi sempat ia ragukan. Tubuh Fic seketika gemetaran. Apalagi ketika Ellena mengeratkan pelukannya.
"Menikah saja denganku Fic! Menikah saja dengan ku." Berulang kali Ellena mengatakan itu.
Fic menarik lembut tubuh Ellena dari tubuhnya, dengan kedua tangannya yang masih gemetar.
Fic menuntun Ellena ke ranjang dan mendudukkannya. Cepat meraih segelas air putih diatas meja.
"Minum dulu."
"Aku tidak mau minum!" Ellena menolak.
Fic meletakkan kembali gelas itu, kemudian duduk di samping Ellena.
"Tenanglah Nona. Ku mohon. Berhenti lah menangis." ucap Fic.
"Fic." Ellena meraih tangan Fic dan menggenggamnya.
"Nona." Fic cepat melepaskan tangan Ellena.
"Fic." Ellena kembali memeluk Fic. Tapi Fic cepat bergerak.
"Jangan lakukan lagi Nona." Fic kini berdiri disisi ranjang menahan tubuh Ellena agar tak lagi memeluknya.
"Fic. Aku ingin memeluk mu."
Fic menelan ludah kasar. Cepat menoleh pada pintu dan bergegas untuk menguncinya. Kemudian kembali menghampiri Ellena pelan dengan perasaan gelisah.
Belum sempat mendekat, Ellena sudah berdiri dan berhambur memeluknya kembali.
"Nona. Kenapa seperti ini. Jika ada yang melihat.."
"Kau sudah mengunci pintu. Tidak akan ada yang melihat. Biarkan aku puas memeluk mu dulu."
Fic hanya terpaku, merasakan betapa berdebar hatinya menerima perlakuan Ellena.
Ellena mendekapnya dengan erat. Mengusapkan beberapa kali wajahnya ke dada Fic.
Sesaat kepala Fic terasa berat. Tangannya hampir membalas pelukan Ellena.
"Nona. Sudah." bisik Fic.
Ellena kini melepaskan pelukannya.
Menatap wajah Fic dengan begitu dekat.
Fic sempat beberapa detik menatap kedua mata itu, jantungnya benar benar bergemuruh hebat. Kemudian cepat mengalihkan pandangannya. Menuntun Ellena untuk kembali duduk di ranjang.
"Fic. Jangan menuruti kata Ayah." kembali menggenggam jemari Fic.
"Aku tidak ingin kehilanganmu."
Fic hanya mengangguk.
"Fic!"
"I,iya. Baiklah." Fic gugup.
"Jika Ayah tetap menyuruh mu menikah. Katakan padanya, jika kau akan menikah, tapi dengan ku."
Mata Fic kembali membulat.
"Tolong jangan bicara seperti itu lagi Nona." kini memandangi kedua mata Ellena yang nampak begitu serius.
"Kenapa? Dari pada kau harus menikah dengan wanita lain. Lebih baik dengan ku saja. Aku tidak akan kehilangan dirimu untuk selamanya."
Fic kembali menelan ludah. Fic mulai merasakannya keseriuasan ucapan Ellena.
"Jangan mengada ngada Nona."
"Aku sudah dewasa Fic. Artinya aku sudah pantas untuk menikah. Hanya tinggal menunggu aku lulus. Aku akan mengatakan itu pada Ayah. Aku bersedia mengatakan itu pada Ayah."
"Berhenti Nona. Berhenti! Kau ini kenapa?" Fic kini mengguncang lengan Ellena.
"Aku tidak ingin kehilanganmu! Apa kau tidak mengerti juga?"
"Aku tidak akan menikah. Aku tidak akan menuruti Ayahmu. Sudah!" jawab Fic.
Ketukan pintu terdengar, Fic menoleh. Kemudian mengusap wajah Ellena. Menyeka air mata Ellena.
"Aku tidak akan menikah dengan siapa pun. Jadi jangan dipikirkan lagi." Fic memberanikan diri untuk membelai beberapa kali rambut Ellena. Meraih tengkuk Ellena untuk mencium pucuk kepalanya.
"Mandilah. Pelayan sudah datang." Fic berdiri.
"Tadi kau pergi kemana?" Ellena kembali bertanya, menahan pergelangan tangan Fic.
"Sudah ku katakan, aku tidak kemana mana."
"Aku tidak percaya!" Ellena kini berdiri, berhadapan dengan Fic. Mereka kembali saling tatap.
"Kemana setelah mengantar Ibu?"
"Di Rumah saja, Nona!"
"Aku tidak melihatmu, Fic!"
"Aku tidur."
"Kau bohong. Ibu melihatmu pergi. Ibu mengira kau pergi menjemput ku." Ellena masih saja mencecar pertanyaan.
Fic menarik nafas, mengusap wajahnya.
"Aku hanya duduk di taman." jawab Fic, kemudian melangkah membuka pintu.
"Tuan Fic. Kami ingin menyiapkan mandi untuk Nona Ellena." ucap salah satu pelayan.
"Masuk lah." Fic menggeser kakinya. Beberapa Pelayan masuk. Fic kini melangkah keluar sesaat setelah melirik Ellena yang masih menatapnya.
"Nona. Anda ingin mandi Air hangat?" Pelayan bertanya.
Ellena hanya mengangguk. Matanya masih mengikuti langkah Fic.
Beberapa pelayan segera menyiapkan mandi Tuan Putri Mereka.
"Silahkan Nona."
Ellena segera melangkah ke kamar mandi setelah Pelayan membantunya membuka baju seragamnya.
Fic sendiri kini duduk di ujung sofa. Pikirannya kembali pada ucapan Ellena yang terus berulang ulang memintanya untuk menikahinya.
"Mungkin Pikiran Nona Ellena belum dewasa. Sehingga dia masih takut kehilangan aku." Fic mencoba untuk berbaik sangka.
"Tapi kenapa tatapannya seperti itu?" Fic menekan dadanya sendiri, merasakan getaran aneh ketika mengingat dua mata Ellena saat menatapnya.
Fic kini berdiri. Baru saja hendak melangkah, pelayan memanggilnya.
"Tuan Fic. Nona Ellena ingin anda ke kamarnya."
Fic kembali resah. "Apa Nona sudah selesai mandi?"
Pelayan itu mengangguk.
"Siapkan makan untuk Nona di meja makan." perintah Fic. Kemudian kembali melangkah ke kamar Ellena.
Fic membuka pintu kamar Ellena, dan melangkah masuk. Matanya seketika terbelalak saat melihat Ellena masih hanya mengenakan handuk saja.
Fic cepat memutar tubuhnya dan menutup pintu.
"Fic." Ellena mendekatinya.
"Kenapa belum berpakaian?" Tanya Fic tanpa menoleh.
"Aku ingin kau membantuku memilih baju. Aku ingin pergi keluar sore ini." Ellena menarik tangan Fic.
Fic masih menahan tubuhnya untuk tetap menghadap ke pintu.
"Ayolah." Ellena kembali menarik tangan Fic.
Fic cepat melangkah untuk meraih selimut. Segera membungkus tubuh Ellena dengan selimut itu.
"Kenapa tidak meminta bantuan pelayan? Ini bukan tugas Fic."
"Aku ingin kau yang membantuku! Kenapa kau keberatan? Bukan kah dulu kau yang sering memilihkan baju untuk ku?" Ellena membuka selimut dari tubuhnya dan membuangnya begitu saja.
"Nona!" Fic cepat menunduk, memungut selimut itu dan kembali membungkus tubuh Ellena.
"Kau ini sudah Dewasa Nona. Tidak boleh ada yang melihat tubuhmu lagi."
"Aku hanya memperlihatkan padamu saja Fic. Hanya kamu saja!" Ellena kembali membuang selimut itu.
Fic menghela nafas berat. Memilih menghampiri lemari.
"Kau mau pergi kemana?" tanya Fic memilih milih baju. Tak lagi menoleh pada Ellena.
"Ke Taman. Tempat kau pergi tadi." Ellena sudah berada di belakangnya.
"Untuk apa?"
"Untuk tau, dimana kau tadi duduk disana."
Fic menoleh, tapi segera menarik wajahnya kembali.
"Ini saja." Fic menemukan baju yang dianggapnya cocok untuk Ellena.
Ellena tersenyum menerima baju itu. Kemudian melangkah di sisi Ranjang. Segera mengenakan pakaian dalam tanpa sungkan dengan keberadaan Fic di belakangnya. Fic hanya bisa memalingkan pandangannya saja.
"Aku menunggumu diluar." Fic melangkah.
"Tidak bisa! Bantu aku!"
Fic kembali mengerem langkahnya. Namun tidak juga menoleh.
"Fic. Baju Ini payah untuk memakainya." keluh Ellena , memperhatikan gaunnya.
"Aku akan memanggil pelayan."
"Fic. Kau ini kenapa sih? Kau tidak mau lagi mengurus ku?" Ellena melempar punggung Fic dengan bantal.
Fic kembali mengusap wajahnya. Merunduk untuk memungut bantal itu. Fic melemparnya ke Ranjang dengan kesal.
"Baiklah." Fic mau tidak mau kembali.
"Cepatlah!" memutar tubuh Ellena dengan sedikit kasar.
Fic meraih gaun itu dan mengenakannya pada Ellena.
"Apanya yang payah? Kau hanya manja saja." oceh Fic.
"Hihi, itu kau tau." Ellena tersenyum puas, mencubit dagu Fic.
"Sudah diam! Apa lagi?"
"Jangan cemberut Fic? Kau tidak ikhlas melayaniku? Aku ini kan Tuan Putrimu!" Ellena melingkarkan tangannya ke leher Fic. Sambil memiringkan wajahnya.
"Bukankah dari dulu kau melakukan ini padaku?" sungguh, Fic hampir pingsan dengan wajah dan senyum manis Ellena yang hanya berjarak sejari dari wajahnya.
"Nona. Jika dulu kau masih anak anak. Tapi sekarang, seperti ini tidak sopan. Fic ini pria dewasa. Dan Nona sudah Seorang gadis. Jika orang lain melihat, mereka akan berpikir buruk tentang kita." Ucap Fic mencoba membuka tangan Ellena yang berada di lehernya.
"Apa peduli ku. Aku suka dekat dengan mu Fic?" Ellena masih menatap Fic.
"Jika Ayahmu tau. Maka Fic akan kehilangan pekerjaan. Lepas kan Nona!"
"Kau tidak perlu khawatir. Aku akan bicara pada Ayah. Tentang kita. Dan Ayah, akan menyetujui ku."
"Tentang kita? Maksudnya?" Fic melotot.
Belum sempat Fic mendapatkan jawaban, tubuhnya sudah merongsot lemah. Terduduk di tepi ranjang ketika Ellena mendaratkan bibirnya tepat di bibirnya.
Fic menyentuh bibirnya dengan jarinya. Menoleh pada Ellena yang tersenyum puas ke arahnya.
"Aku berdandan dulu ya? Tunggu sebentar."
Entah bagaimana perasaan Fic saat ini. Pikirannya Bleng seketika.
_____________

Komentar Buku (100)

  • avatar
    Ina La Riski

    bagussssss. tolong do lanjutkan cerita ini masih penasaran nc

    29d

      0
  • avatar
    Titin Atik

    lanjut Bagu aku suka novel 🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐⭐⭐⭐🌟🌟🌟⭐⭐🌟🌟⭐🌟🌟⭐🌟🌟🌟🌟🌟

    17/07

      0
  • avatar
    KROCOADO

    aplikasi ini bagus

    08/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru