logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 Selembut Awan

Samudra membawa hana mengelilingi pulau, bersama kuda putih yang mereka tunggangi. Yang bernama glow, hana sudah kembali pulih setelah beberapa hari berlalu.
Glow berlari perlahan kemudian melompat seperti kanguru dengan trampoline kecil, samudra tersenyum bahagia. Wajahnya semakin manis dan menyenangkan hati hana yang di sia-siakan oleh alex.
Hana tampak anggun dengan rambut panjangnya yang terurai, menggunakan bandana bunga-bunga kecil, Juga gaun yang indah berwarna putih. Ibu samudra mengenakannya saat ia tinggal di rumah itu.
Ia menghilang ketika berpamitan mencari kakaknya,
kalangan keluarga terhormat itu menguasai lautan, Namun, manusia setengah gurita memeranginya. Hingga terjadinya pertumpahan darah.
Hana dan samudra menikmati buah cherry yang sebelumnya di berikan padanya, hanapun terkejut memetik buah cherry kemudian tumbuh lagi dengan cepat seperti sihir.
"Menyenangkan sekali pulau ini, aku tak rela seseorang mengambil semua buah cherry ini." Hana tersenyum manis seperti di hinggap lebah yang tak mampu menyengat bibirnya.
Samudra ragu meraih tangannya berkeliling lebih jauh lagi, kuda itupun menatap mereka dengan lembut. Namun ia hanya seekor kuda tak dapat berbicara, seandainya ia mampu mengatakan "Kebahagiaan milik kalian."
Akhirnya samudra memberanikan diri meraih tangannya dengan sopan "Bolehkah aku memegang tanganmu?" Kemudian bersujud membungkukkan tubuhnya.
Hati hana seperti tersentuh sangat dalam, bahkan hingga ke relung hatinya. "Silahkan sam, dengan senang hati." Wajahnya bersinar mengungkapkan bahwa ia sangat bahagia.
Ketika samudra memperhatikan cincin yang ia kenakan, terdiam sejenak. "Aku seperti mengenal cincin ini?"
"Ini cincin pemberian dari laut, ketika aku kecil menghilang terombang-ambing." Ia terselip di dalam saku kecil.
"Maaf aku sudah menanyakan sesuatu yang membuatmu kembali mengingatnya."
"Tak apa, sam. Saat kedua orang tuaku pergi menemui ibuku, aku terjatuh dari kapal. Saat itu aku melihat ikan yang sangat besar, kemudian terpeleset dan jatuh hingga aku tak sadarkan diri."
"Syukurlah kamu selamat, hana. Kamu memiliki dua ibu?"
"Iya, saat aku berusia 4 tahun mereka bercerai. Namun, ibuku menghilang entah kemana. Aku merindukannya." Hana meneteskan air mata.
Samudra langsung meraih tangannya, kemudian mengajaknya berlari di tengah taman bunga, terlihat jelas lautan berwarna biru dan burung-burung terbang mengejar mereka.
Bunga berwarna ungu itu mengeluarkan wanginya, seperti parfum mahal yang tak hilang berhari-hari.
Hana menemukan buah apel yang tumbuh begitu banyak di pepohonan, daunnya berwarna hijau. Kemudian ia mengigitnya.
"Sam, rasanya seperti selembut awan."
"Apakah kamu pernah meraih awan? Lalu mencicipinya?" Tersenyum sangat indah seperti pangeran yang di berikan tuhan untuknya di surga.
bahkan warna kulitnya seperti kilauan berlian.
"Maksudku rasanya sangat lembut, tak pernah ku dapatkan apel selezat ini." Kemudian ia memetiknya di berikan pada samudra.
"Terima kasih" mereka menikmati buah apel itu, kemudian memetiknya lagi untuk glow yang saat itu sedang berteduh di bawah pepohonan rindang.
Glowpun sangat menyukai buah apel merah, setelah terdiam cukup lama di pohon apel. Glow menekuk kakinya lalu membungkuk, mempersilahkan mereka melanjutkan perjalanan.
Hana melihat ekor ikan seperti duyung di balik batu besar, Namun setelah jarak satu meter ia menoleh ke belakang. Ekor ikan itu menghilang dengan cepat.
"Sam, aku melihat..."
Glow terjatuh kemudian mereka sedikit terpental, samudra dan hana khawatir. Ketika ia melihat kudanya, kakinya masuk terperosok ke dalam lubang kecil. Samudra mengangkat kaki glow dan akhirnya berhasil. Hanya saja sedikit lecet.
Hana masuk ke dalam taman bunga kemudian mengambil serbuknya, ia mengobati kaki glow menyentuhnya penuh kehati-hatian.
"Terima kasih hana, kudaku terlihat senang di obati olehmu. Lihatlah mata glow." Hana menghampiri kepala kuda itu kemudian mengelusnya. "Lukamu akan membaik, benarkan sam?"
"Tentu saja" Kemudian samudra meraih tali kuda itu, mereka berjalan kaki cukup jauh."
***
Matahari mulai terbenam...
Hana tertidur di hammock ayunan pohon, saat samudra kecil ayunan itu sudah tergantung, untuk tempat bermainnya.
Samudra memanjat pohon besar itu, kemudian menatap hana yang saat itu sedang tertidur pulas. Ia sangat menyayanginya. Kemudian samudra loncat dari pohon, berjalan menuju laut.
terdengar suara ikan paus memanggilnya, ia memberi tahu samudra terjadi peperangan antara gurita setengah manusia dan kelompoknya.
Samudra menyelam ke dasar laut kemudian ayahnya menghampirinya memberikan tongkat tajam yang siap menghantam musuhnya.
Samudra di tarik oleh gurita itu, hingga sulit melepaskan tentakelnya, kemudian mengangkat tongkatnya dengan sangat cepat. Dengan hitungan detik sudah menacap di tubuhnya. lalu tenggelam.
Pasukan gurita bimbang satu persatu kelompoknya mati, mereka mundur dan berenang sangat cepat. Kabur!!!.
Samudra mengangkat tongkatnya dan mengucapkan selamat atas kemenangan ini. Kekuatan ada padamu sam. Teriak salah satu temannya.
Setelah mereka melawan musuhnya, sekelompok ikan-ikan kecil mengucapkan selamat, "Ia benar-benar luar biasa." Sahutnya.
"Terima kasih, nemo" Samudra di tarik oleh ayahnya, "Bicara denganku sebentar saja."
"Apa masalahmu ayah?"
"Aku tugaskan kamu mencari ibumu di kota lerven, ia pasti mencari saudaranya di sana."
"Dalam waktu dekat? Aku tak yakin, ia berada di kota itu, seorang ikan duyung yang hidup jauh dari laut. Mustahil ibu dapat bertahan."
"Yakinlah anakku, hanya dirimulah yang bisa menyelamatkannya." Tegas raja.
"Baiklah ayah, kalau kau menginginkannya"
"Akan ku berikan kapsul untukmu, bertahan lebih lama di darat."
"Baik, aku pamit ya. Cukup melelahkan melawan mereka."
"Semoga harimu menyenangkan nak"
"Begitu juga denganmu ayah, Byee..."
***
Hana masih tertidur pulas, samudra berpura-pura tidur di salah satu hammock.
Suara kuda memanggil, seolah-olah melihat sesuatu yang membuatnya ketakutan.
Mereka terbangun dari tidur dan melompat, glow terus bersuara tatapan matanya mengarah ke sebuah taman bunga.
"Tenang kawan, aku akan menghampiri taman itu. Tangan kanannya seolah-olah siap memukul. Seekor ikan duyung pria keluar perlahan, kemudian menyapanya.
"Sam, ini aku dixon. Ia keluar dari taman, namun sosoknya masih berwujud setengah ikan."
"Apa yang kamu lakukan di sini, masuklah."
Samudra melambaikan tangan memberikan kode bahwa ia baik-baik saja, "Tak ada apa-apa" teriak samudra.
"Sam, tolong aku. Ini sangat kacau. Membuat tubuhku tak bisa kembali seperti manusia. Ketika aku menelan kapsul yang salah di istanamu."
"Kapsul seperti apa?"
"Berwarna hitam, bagaimana caraku kembali?" sahut samudra.
"Hanya aku saja yang tahu? Lebih baik berkata jujur saja pada ayahku"
"Aku tak bisa sam, karena kapsul itu di serahkan padaku untuk di berikan pada gurita. Saat ia bernegosiasi wilayah."
"Pantas saja kamu tak berubah, aku rasa kapsul itu mampu membuat gurita tak bisa berubah wujud sebagai manusia."
"Ya aku tahu sam, tapi.. Apakah kamu tahu tujuan ayahmu memberikan kapsul yang tak bisa berubah."
"Aku masih menyelidiki, baiklah. Kembali ke laut."
"Tunggu sam, apakah itu pacarmu?" Dixon bertanya-tanya.
"Sst jangan mengatakan rahasia ini pada ayahku, pergilah kawan."
"Sam.." Teriak hana perlahan.
Bersambung....

Komentar Buku (44)

  • avatar
    RoselinaRamona

    hebat

    22d

      0
  • avatar
    TasyaIka

    aku suka cerita nya sangat bagus

    30/06

      1
  • avatar
    PranataRaden

    sangat bagus

    11/01

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru