logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Kau kah itu?

"Assalamualaikum,"
"Walaikumsalam, ehhh Stela Rama, ibu udah nungguin dari tadi pagi loh baru kesini sore," jawab Ibu.
"Iyah ngerjain skripsi dulu Bu di kosan," ujar Stela.
"Pencitraan banget, orang seharian tidur bangun siang juga," timpal Rama.
"Waduh udah pada ngumpul aja ini," ujar Ayah.
"Bu Nadin ke kamar dulu," ucap Nadin.
Hari itu memang sudah di rencanakan oleh Nadin, Stela dan Rama untuk berkunjung ke rumah Nadin. Ibunya telah membuatkan nasi kuning lengkap dengan lauk pauknya. Setiap tahun mereka merayakan ulang tahun masing-masing dengan makan bersama di rumahnya. Tak terkecuali Rama yang memang sejak kuliah telah dekat dengan Nadin dan Stela.
Selesai mempersiapkan hidangan di meja makan, Nadin bersama kedua sahabatnya bergegas menuju ruang tamu yang telah di sulap bak tempat pesta ala mereka.
Makanan, minuman hingga cemilan telah tertata rapi di meja. Tak lupa Ayah memberikan nasehat dan do'a kepada Rama.
"Semoga di usia Rama yang sekarang ini lebih dewasa," "Amin," jawab mereka serentak.
"Dimudahkan rezekinya,"
"Amin," jawab mereka serentak.
"Dilancarkan segala urusannya,"
"Amin," jawab mereka serentak.
"Dan segera menuju ke pelaminan,"
"Am..in, eh bentar bentar," ucap Stela terkejut.
"Hahahahaha," seketika tawa menyeruak di tiap sudut ruangan.
Mereka pun melanjutkan menyantap hidangan yang telah di sediakan. Kebersamaan yang jarang mereka dapatkan dari keluarga masing-masing kini terasa sekali. Stela yang memang orang tuanya tidak memiliki banyak waktu bersamanya hingga ia memilih untuk menyewa kos agar ia bisa mencari kebahagian lain selain keluarganya. Rama yang memang orang tuanya berada di luar negeri hahya sesekali menjenguknya. Hal itu pun yang memaksa Rama lebih sibuk di kampus menjadi aktifis kampus.
"Nad, nggak ikut ke kosan?" tanya Stela yang tengah berjalan keluar rumah.
"Enggak deh, besok ngantor pagi-pagi banget," jawab Nadin.
"Oke deh kita pamit ya," ujar Stela mencium pipi sahabatnya.
"Heh, awas loh nggak ada gue jangan jadi kosan bergoyang," ancam Nadin.
"Kagak ya elah, paling bergetar," timpal Rama.
Akhirnya Rama dan Stela pulang menuju kosan mereka. Meninggalkan Nadin yang memilih untuk tidak ikut menginap di kosannya. Ia ingat bahwa pekerjaannya masih banyak yang belum terselesaikan. Beberapa kali Mustofa menghubunginya untuk mengingatkan Nadin jika esok mereka memiliki meeting penting dengan beberapa client.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Aduh telat telat telat," suara yang biasa terdengar di rumah ketika Nadin akan berangkat kerja.
"Nduk telat lagi ya?" tanya Ibu.
"Bu aku buru-buru berangkat dulu ya, Assalamualaikum," cium Nadin pada Ibu dan Ayahnya.
"Walaikumsalam," jawab mereka bersamaan.
Nadin yang terbiasa menggunakan ojeg langganannya segera menuju pangkalan ojeg di dekat rumahnya. Namun sialnya hari itu tak ada satupun tukang ojeg yang mangkal. Di tengah keterlambatannya ia mencoba memberhentikan tiap motor yang lewat di depannya.
"Mas Mas stop stop, boleh nebeng nggak sampe jalan gede aja duh buru-buru banget nih," ucap Nadin yang langsung menaiki motor tersebut.
"Waduh saya bukan ojeg Mbak," jawab lelaki itu.
"Aku bayar ceban udah buruan," ujar Nadin menepuk bahunya.
Dengan rasa kasihan akhirnya lelaki itupun mengantarkan Nadin hingga jalan utama di daerahnya. Tetapi belum sampai halte bus yang dituju Nadin tiba-tiba motor yang di tumpanginya berhenti tanpa sebab.
"Mbak waduh motor saya mogok, Mbak jalan kaki ke halte nggak papa Mbak?" ujar lekaki itu.
"Ah yaudah Mas makasih ya, nih," Nadin mengepalkan uang sepuluh ribu rupiah pada lelaki tersebut.
Nadin dengan sedikit berlari menuju ke arah halte bus. Ia sangat cemas saat mengetahui tidak ada satupun bus yang lewat di sana.
Mungkin memang karena hari telah beranjak siang jadi bus pun sudah tidak lewat di daerah tersebut.
"Aduh ke mana sih masa nggak ada bis satupun yang lewat," gerutu Nadin menengok ke kanan dan ke kiri.
"Masa harus nyetopin orang lagi sih sial banget gua hari ini," umpatnya kembali.
Ditengah kepanikan nya ia melihat seseorang yang tengah menepi kan motornya tak jauh dari halte bus tersebut. Terlihat pemuda itu menenteng sebuah plastik makanan dari tukang bubur yang ada di sana. Nadin pun segera menghampiri lelaki itu yang kebetulan kini ia telah mengenakan helm full facenya.
"Mas Mas boleh minta tolong nggak anterin aku ke gedung CIA goup, nanti aku bayar deh aku buru-buru banget soalnya dari tadi enggak ada bus yang lewat tolong ya Mas," mohon Nadin. Lelaki itu hanya menatapnya dari balik helm full face nya tanpa berkata apa-apa. Ia hanya memberikan isyarat untuk Nadin menaiki motornya.
"Makasih ya Mas," ucap Nadin sesaat setelah ia duduk tepat di belakang lelaki itu. Motor sport yang dikendarai lelaki itu sangat tidak asing bagi Nadin, ia bisa merasakan bahwa motor tersebut sangat familliar dengannya. Beberapa kali motor itu melalui jalan yang berlubang dan memaksa Nadin memegang erat jaket lelaki itu. Semerbak harum parfumnya terhirup oleh Nadin. Beberapa kali ia mengernyitkan dahinya seolah tengah mengingat sesuatu. Bau parfum yang ia hirup sangatlah tidak asing baginya, namun begitu Nadin masih tidak ingat parfum itu milik siapa.
Lelaki itu mengendarai motornya sangat lihai seolah ia mengetahui kemana arah yang ia tuju. Padahal Nadin belum menunjukkan arah gedung tempatnya bekerja. Tidak lama kemudian sampailah mereka di gedung tempat kerja Nadin. Nadin yang terburu-buru lalu memberikan uang Rp10.000 kepada lelaki itu. Lelaki itu hanya menggelengkan kepala dan mengembalikan uang Nadin.
"Oh kurang ya Mas bentar-bentar," Nadin merogoh kembali uang Rp10.000 dari dalam tas. Tanpa menunggu lelaki itu mengatakan sesuatu ia segera berlari menuju gedung tempat ia bekerja.
"Aduh buru-buru nih Pak Mustof udah dateng?" tanya Nadin melirik ke arah resepsionis.
"Udah dari tadi pagi Mbak Nadin lama banget datangnya udah dicariin tuh," jawabnya.
Nadin pun segera berlari menuju keruangan kantornya. Dengan hati dan perasaan deg-degan ia berharap tidak terlalu terlambat untuk datang. Terlihat beberapa staf telah berkumpul di ruang meeting bersama Musthofa dan Bram. Nadin bergegas masuk untuk mengikuti meeting tersebut.
"Permisi maaf saya telat," ucap Nadin.
"Oke silakan duduk," jawab Mustofa.
Mustofa terlihat sedikit kesal dari wajahnya, mungkin karena Nadin datang terlambat dan tidak mempersiapkan meeting pagi itu. Hampir 2 jam berlalu rapat pun telah usai. Nadin keluar ruangan dengan wajah yang lesu. Bram segera menghampiri Nadin dan menanyakan ada apa dengannya.
"Nay kenapa tumben banget telat sampai segini nya biasanya juga paling telat setengah jam," tanya Bram.
"Enggak tahu nih gua tadi sial banget udah nggak ada ojeg nggak ada bis terus nebeng sama orang abis dua puluh ribu gue tapi tetep aja telat," jawabnya.
"Pasti Pak Mustofa sekarang mau nyiapin surat SP buat gua deh," ucap Nadin kembali.
"Ah elah masa telat doang sampai di SP," ucap Bram menenangkan.
"Iya terus?" tanya Nadin.
"Langsung pecat lah ngapain SP," goda Bram.
Nadin menatap Bram dengan wajah yang cemberut seolah ucapannya adalah sebuah mimpi buruk untuknya.
"Bercanda kali hahaha, udah sana cepetan ke ruangan Pak Mustof lu tadi disuruh kesana kan," suruh Bram.
Nadin hanya pasrah dan berjalan lunglai menuju ke ruangan Mustofa.
"Misi Pak," ucap Nadin membuka pintu perlahan.
"Iya masuk," jawab Mustofa.
Dengan hati yang berkecamuk Nadin pun duduk di depan kursi Musthofa.
"Kamu tahu kan kenapa saya panggil ke sini," ucap Musthofa.
"Iya Pak maaf tadi saya telat," jawab Nadin menundukkan kepalanya.
"Bukan hanya itu, coba kamu ingat-ingat lagi.
"Apa ya Pak," Nadin berusaha mengingat.
"Kemarin saya udah nyuruh kamu buat prepare meeting hari ini bukan hanya pagi di kantor saja tapi saya juga ada meeting di luar kantor kamu yang persiapkan dan saya nggak mau tau dan gak ada alasan buat kamu teledor lagi.
"Oh baik Pak saya akan persiapkan, apa Sudah itu saja Pak atau ada lagi hal lain?" tanya Nadin.
"Satu hari full persiapin segala sesuatu keperluan saya," jelas Mustofa.
"Baik Pak saya akan mempersiapkan semuanya kalau begitu saya permisi dulu," ucap Nadin.
Nadin berjalan keluar dari ruangan Musthofa. Ia Sedikit lega karena tidak jadi diberi SP seperti dugaannya. Namun satu hal yang masih mengganjal di hatinya yaitu sosok lelaki yang ia mintai tolong tadi pagi. Ia mencoba mengingat-ingat sesuatu yang tak asing baginya. Rasa itu, bau itu, pelukan hangat itu.
"Hei Nay, bengong terus kesambet ntar lu," ucapan Bram membuyarkan lamunannya.
"Ih lu mah lagi konsentrasi gue," jawab Nadin.
Nadin yang kembali ke habitatnya sebagai wanita karir hari itu sangat terbukti dengan ia menjadi asisten pribadi dadakan Mustofa. Entah Mustofa menghukumnya atau malah mengerjainya atas keterlambatannya tadi pagi. Semua agenda padat Mustofa dinikmati pula olehnya. Hingga senja kini telah turun dari singgasananya Nadin belum juga selesai dengan pekerjaannya.
"Nad, kamu pulang aja duluan besok lanjutin lagi, dari pada kamu telat lagi besok masuk kerja," ucap Mustofa.
"Oh udah boleh Pak?" tanya Nadin memastikan.
Mustofa hanya mengangguk pertanda mengijinkan. Nadin segera membereskan barang-barang di atas mejanya. Karena waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam, Nadin berencana akan menginap di kosan Stela. Ia pun malas jika harus pulang karena jarak yang lumayan jauh.
"Pak udah pakai aplikasi ya bayarnya," ucap Nadin saat turun dari ojeg onlinenya.
Nadin berjalan lesu menuju kamar kosan Stela. Tenaganya habis terkuras hari ini. Yang ia inginkan hanyalah cepat merebahkan badan.
"Stel aku nginep ya," ucap Nadin seketika merebahkan badannya diatas kasur.
"Buset ni bocah dateng-dateng udah lowbath aja," ujar Stela.
"Eh mandi dulu deh, nggak bisa tidur ntar gue," ucapnya sembari berjalan ke arah kamar mandi.
Sepuluh menit berlalu Nadin keluar dadi kamar mandi dengan handuk yang menempel pada rambutnya. Ia duduk di depan meja rias bersiap melakukan rutinitasnya sebelum tidur yaitu memakai skincare.
"Cuk, body mist abis ya?" tanya Nadin membuka beberapa laci kosmetik Stela.
"Adane parfum itu di laci bawah mu cuk," jawab Stela yang tengah asyik bermain game.
Nadin mencari hingga di laci paling bawah dari meja kosmetik Stela. Ia menemukan sebuah botol parfum berwarna hitam yang telah habis. Spontan Nadin mendekatkan botol itu kehidungnya.
"Hah! Bau ini kan,"
Bersambung~

Komentar Buku (135)

  • avatar
    BooBae

    Semangat lanjutkannya ya, aku mo baca dulu 😍😍😍

    01/05/2022

    Β Β 0
  • avatar
    CsesmiAnggun

    lanjut min part 3 nya di tunggu

    25/06

    Β Β 0
  • avatar
    RositaDinda

    pliss mana lgi lanjutannya

    06/03

    Β Β 0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru