logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7. Tikus Dan Suara Dendangnya

"Gunakan pengelihatanmu dengan bijak, jangan terlalu banyak ikut campur wawasanmu tidak seluas itu! "
[Lukman- MATA CUAN]
***
Suara sirine ambulan dan polisi terdengar saling bersahutan menyiratkan pesan singkat yang menakutkan. Kengerian mulai terasa mencekam kala seorang petugas mengangkat sebuah potongan tubuh manusia berjenis kelamin perempuan yang tergeletak di sebuah aliran sungai dekat Kos Asoka.
Asoka yang masih terlelap sama sekali tak menghiraukan suara-suara bising di sekitarnya, ia baru dapat tertidur 2 jam yang lalu tikus-tikus di atap kamarnya sungguh berisik.
"Hhhhhmmmm,.. " Asoka menggeram dibalik selimut tebalnya, "Apasih diluar berisik banget, nggak tau apa orang baru tidur sebentar!! " Keluh Asoka, ia kesal dengan keadaan yang tak mampu mengerti penderitaannya.
"Tadi malam Mbak Ika ngajak ngobrol panjang banget, setelah itu konser tikus di atap lah sekarang konser sirine, besok lama-lama konser Sheila on seven kayaknya. " Keluh Asoka sembari menutup rapat kedua daun telinganya.
"Jam berapa sih?" Gumam Asoka sembari melirik jam dinding yang menunjukan waktu pukul 07.00 wib.
"Masih pagi ya Allah, satu jam lagi biarkan Asoka tidur tenang dulu ya Allah" Doanya masih dengan mata yang terpejam dan telinga yang kini disumbat dengan earphones.
Sementara disisi lain Lukman nampak sedang bersiap dengan setelan rapi dan jas hitamnya.
"Mau kemana kak? " Tanya Arimbi, adik sepupu lukman sekaligus dokter pribadinya.
"Kerja" Kata Lukman dingin.
"Kakak belum boleh keluar, fisik kakak belum kuat" Kata Arimbi mengkhawatirkan kondisi kesehatan kakaknya, Arimbi sadar ia harus selalu mengawasi kakaknya jika tidak ingin terjadi hal-hal di luar kendali nya atau keluarga mereka akan membunuh keluarga Arimbi.
"Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan dek, kakak nggak akan ngapa-ngapain kakak cuma mau kekantor bentar setelah itu kakak pulang lagi" Kata Lukman meyakinkan adiknya. Lukman tahu adiknya sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatannya.
"Kak, ikut ya" Pinta Arimbi memohon, bola mata indahnya ia gunakan sebagai alat penyogok kakaknya.
"Nggak usah sok manis, nggak mempan" Kata Lukman terdengar lebih hangat.
"Arimbi kalau sama kak Arman selalu di ajak loh" Adu Arimbi yang membuat Lukman geleng-geleng kepala.
"Arman pasti ngajak, coba sama Luk, nggak akan dikasih pasti. Bisa-bisa diborgol kamu sama Luk" Ejek Lukman sontak membuat Arimbi terdiam.
Luk adalah orang yang paling ditakutin Arimbi, jika Arman adalah sosok penyayang yang baik dan humoris maka Luk adalah orang paling berbanding terbaik, ia adalah sosok paling dingin, tak punya hati dan bengis.
"Kak Lukman, Arimbi ikut ya, pleaseee!! " Mohon Arimbi, ia sungguh sangat berharap dapat ikut bepergian bersama Lukman kakaknya.
Berita kematian yang sering ia dengar belakangan hari ini membuatnya takut dan ngeri, akan lebih baik jika ikut bersama kakaknya daripada dirumah sendirian.
Asoka, sosok teman yang kadang meramaikan hari-hari Arimbi belakangan ini terlihat semakin sibuk hingga pulang larut. Arimbi merasa sangat kesepian tinggal di tempat ini, apalagi wajah rusianya yang sangat kontras membuatnya sering kali di gosokan tidak baik oleh tetangga sekitarnya.
"Kamu boleh ikut" Kata Lukman, berubah pikiran.
***
"Dedek rimbi" Arimbi menoleh, saat kakaknya Arman datang menghampiri mobil yang tengah terpakir di salah satu perusahaan percetakan terbesar di Yogyakarta.
Arimbi tersenyum melihat kedatangan kakaknya yang telah lama ia rindukan.
"Akak Arman! " Kata Arimbi girang, ia dengan cepat membuka pintu mobil dan berhambur memeluk Arman.
"Laper? "Kata Arman sembari mengurai pelukan mereka. Arimbi mengangguk, Lukman belum memberinya makan sedari pagi.
" Lukman sialan emang" Umpak Arman kesal, "Adik gue nggak dikasih makan. Yuk makan, Lukman biarin aja tinggal aja dia" Kata Arman sembari menarik tangan Arimbi untuk memasuki mobil Lukman.
"Mau makan di restoran mana? " Tanya Arman, ia sangat menyayangi Arimbi.
"Ada restoran deket sini yang enak. Kesana yuk" Kata Arimbi, menunjukkan salah satu restoran yang berada di salah satu Mall yang ada di Yogyakarta.
"Tempatnya ada di lantai atas" Kata Arimbi melihat Arman yang telah berhasil memarkirkan mobilnya.
"Oke"
Arman dan Arimbi jalan berdampingan memyusuri sepanjang jalan Mall yang sekarang nampak lebih ramai pasca pandemi beberapa tahun yang lalu, Arimbi tersenyum terharu melihat ramainya pedagang yang tengah menjalankan barang dagangannya, ia bahagia melihat para pedang pun berwajah jauh lebih cerah daripada tahun-tahun sebelumnya.
"Naik lift aja ya dek" Kata Arman.
"Iya" Arimbi mengangguk, hari ini wajahnya nampak jauh lebih bersinar.
Saat hendak menutup pintu lift, seorang perempuan nampak berlari kearah mereka.
"Tunggu!! " Katanya ngos-ngosan, nafasnya memburu dan terasa sangat berat. Arman menekan tombol buka pintu, ia tak tega melihat wanita di depannya seperti hampir mati saja.
"Makasih" Kata Asoka sembari mengatur nafas.
"Minum Kak" Kata Arimbi menawarkan sebotol air meniral yang ia bawa.
"Makasih mba?!. Loh, Arimbi? tetangga depan rumah ehm kos maksudnya" Kata Asoka baru tersadar dengan penghuni lift. Arimbi tersenyum,
"Iya, apakabar kak udah lama nggak pernah liat Kak Asoka nyiram-nyiram. Udah sibuk banget ya sekarang? " Kata Arimbi, Soka terkekeh.
"Iya, lagi harus banget banyak belajar dan kerja keras biar bisa jalan-jalan"Jawab Asoka terkekeh.
" Kalian saling kenal? Dek? " Arman bertanya, pandangan mantanya lurus menatap Arimbi, Arman merasa heran saja adiknya yang introvert bisa berteman dengan orang lain selain dirinya.
"Loh, Mas Lukman? Tumben nge-mall" Kata Asoka heran, bagaimana tidak lelaki dingin yang jika disapa hanya melirik sekilas dan lebih sering buang muka. Sungguh keajaiban dunia ke tujuh saat ini Asoka berhasil menemukan Lukman berada di Mall dengan pakaian dan style rambut yang sangat berbeda jauh dari biasanya yang membosankan dimata Asoka.
"Loe kenal Lukman? " Asoka menoleh, wajah mereka terlihat sama-sama bingungnya.
"Loe? Sejak kapan Mas lukman manggil loe? bukanya biasanya formal banget? Kak Rimbi?" Tak ingin pusing sendirian Asoka bertanya pada Arimbi yang saat ini terlihat menghela nafas.
"Ceritanya panjang, yang jelas orang ini" Kata Arimbi menunjuk kepada sosok lelaki di sampingnya "Ini kak Arman, kalau gayanya keren gini namanya Kak Arman" Jelas Arimbi, Asoka nampak terdiam.
"Ehm... Jujur aku penasaran, cuma karena hari ini aku harus meeting sama orang-orang nya Xyn, ya udah di skip dulu topik ini. Aku permisi, bye bye semuanya" Kata Asoka menatap Arimbi dan Lukman, ah bukan Arman.
Asoka keluar dari dalam lift begitu pintu terbuka, saat ini otaknya sedang tidak mampu berbicara dan berkata-kata ataupun menerka-nerka sesuatu hal yang membuat otaknya stuck dan buntu.
"Arman? Lukman? mereka kembar? " Gumam Asoka sembari berjalan menuju ruangan rapat.
"Ahh nanti aja deh, bodoamat. Bukan urusanku" Gumam Asoka.
***
"Tadi siapa dek? " Tanya Arman yang masih bingung dengan Asoka.
"Tetangga adek sama Bang Lukman, cantik? " Tanya Arimbi menggoda, Arman menggeleng.
"Nggak suka cewek dekil dan bodoh" Bisik Arman setelah itu mereka berdua terkekeh, mereka lalu memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu sembari menentukan menu makan dan restoran yang ingin mereka tuju, cewek begitukah? padahal telah menentukan point awal begitu sampai bingung?
***
Di sisi lain, Asoka yang menjadi pemimpin rapat menjadi peserta rapat yang keluar paling belakang ia harus menyelesaikan semua hal yang harus di tulis, berkas yang harus disusun dan banyak hal yang harus setelah ini ia laporan pada atasanya.
"Pulang ah, capek banget ya Allah" Gumam Asoka, sembari berjalan menuju pintu keluar ruangan meeting.
Seseorang dengan pakaian rapi dan jas formal mencekal tanganya, "Saya peringatkan, jika anda ingin hidup tenang tolong gunakan pandangan mu untuk hal yang berguna. Jangan mencari tahu apa yang tidak perlu kamu tahu. Wawasanmu terbatas nona muda, jangan terlalu penasaran. "Bisik orang itu sebelum ia beranjak pergi meninggalkan Asoka yang masih terkejut dengan tinggal impulsif lelaki itu.
" Lukman?" Gumam Asoka melihat sekilas wajah sosok lelaki yang kini telah menghilang dari hadapanya.
"Lah? maksudnya apa? ahh tidak tahu, bodoamat!" Geram Asoka yang kesal terhadap hal-hal yang terjadi hari ini.
***
Bersambung...

Komentar Buku (161)

  • avatar
    PerwatiNunu

    good

    23d

      0
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    👍👍👍

    26/07

      0
  • avatar

    mais ou menos

    07/05

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru