logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6. Butiran Debu Yang Jadi Mutiara

" Segala sesuatu hal didunia ini bisa di ubah, termasuk kisah upik abu yang sangat mungkin menjadi Cinderella, namun sayangnya harga skincare terlalu mahal"
[Asoka- MATA CUAN]
***
Asoka POV:
Genggaman tangannya terasa hangat dan pas dijemariku, tatapan mata yang kini nampak kian teduh membuatku beesandar nyaman pada bahu bidangnya.
"Saya mimpi kali ya Pak? " Kataku masih bersandar pada bahu Xyn, enggan rasanya tubuh ini keluar dari mobilnya padahal sudah sejak 15 menit yang lalu kami tiba di depan kosku.
"Mimpi? hehehe" Ia terkekeh, "Saya juga merasa ini mimpi. "
"Hem?" Aku mengubah posisi nyamanku dari bersandar kini menatap wajahnya, menyelami mata indahnya mencari tahu dari maksudnya barusan.
"Mimpi kita bisa sedekat ini, dalam waktu yang bisa dibilang cukup cepat" Katanya,
"Bapak nggak nyaman ya sama saya? " Tanyaku, entah mengapa perkataanya membuatku berfikir cukup keras, membuatku menerka-nerka bagaimana perasaannya selama ini terhadap ku?
Apak maksud dari perlakuan manisnya?
"Bukan. Bukan nggak nyaman sebaliknya, saya merasa sangat nyaman bersamamu. Karena saat bersamamu aku merasa menjadi diriku sendiri," Katanya sehari melihatku, tangan kanannya terulur menyentuh pipiku.
"Kamu pintar, cantik, dan menarik. Sangat pekerja keras dan sedikit barbar. Aku suka" Kata Xyn, terdengar seperti sanjungan ditelingaku.
"Kamu, yakin nggak ada hubungan apa-apa dengan Arifin?" Tanya Xyn serius.
"Teman dekat, dia penolongku. Kenapa?"
"Mau jadi Cinderella ku, tuan putri Asoka?" Kata Xyn tiba-tiba, entah harus bahagia atau harus bermuram durja perkataannya membuat bulu kuduk berdiri, sungguhkah?
"Bapak bercanda?" Tanya mulut tololku.
"Saya serius. "
"Bapak nggak lagi ngeprank saya? " Xyn menggeleng.
"Mau? atau tidak?" Katanya,
"Apa ini tidak terlalu cepat?" Suaraku sedikit bergetar, bukankah ini terlalu tiba-tiba?
"Jika kamu tidak mau tidak apa-apa, setidaknya aku sudah berusaha" Matanya mengintimidasi dengan suara dalamnya. Aku panik, dengan cepat ku anggukan kepalaku menerimanya.
"Jadi, kita pacaran?" Ahh mulutku ini sungguh norak, bagaimana jika dia menyadari jika selama 23 tahun ini aku belum pernah berpacaran?
"Iya," Katanya sembari mencium tanganku, keningku dan STOP!!
"Kenapa? " Tanya Xyn kebingungan, "Kamu nggak mau aku cium?" Tanya Xyn tepat didepan bibirku.
Aku menggeleng, "Bukan!!" Aku kembali menggeleng, "Tapi ini terasa sangat abstrak. Asoka yang selama ini hanya butiran debu apakah pantas mendapatkan anda yang berkilauan bak permata?"
"Hem" Dia tersenyum sekilas, "Kamu lucu" Katanya mengacak rambutku.
"Dimataku kamu mutiara" Xyn berbisik, ahh turun Asoka jangan melambung terlalu tinggi.
"Nggak mau turun? mau ikut aku pulang? " Tawarnya sembari menaik-turunkan alisnya. Apakah lelaki ini sedang menggodaku? hei!!!
"Thank's" Kataku, ku beranikan diri untuk menyebut bibirnya sekilas dan kabur.
Ku lihat ia tersenyum, dan melambaikan tangan.
"Baru pulang?" Tanya mbak Ika saat kami berpapasan di depan pintu masing-masing, mbak Ika sepertinya hendak ke wastafel mencuci piring.
"Iya mbak, jam segini baru makan mbak? " Tanyaku melihat piring kotor di tanganya.
"Iya, tadi Mas laper makanya ngajak aku keluar beli makan. Eh iya, udah tau kabar terbaru? " Kata mbak Ika dengan wajah super serius.
"Ha? tumben banget gosip" Cibirku, aneh rasanya melihat Ika yang tak pernah membicarakan sesuatu hal kecuali memang penting dan ada faedahnya.
"Mbak," Kataku seolah baru tersadar, "Gosip apa? " Tanyaku yang sekarang menjadi penasaran.
"Belakangan ini kamu merasa aneh nggak dengan beberapa berita pembunuhan yang sering di temukan di sekitar sini?" Tanya Ika mengawali.
"Ha? emang ada?" Tanyaku heran, berita macam apa itu? rasa-rasanya aku tidak pernah sekalipun mendengarnya.
"Ailah,.. Begini nih kalau punya temen tiap hari kerja rodi, demi ngebucinin atasan sendiri. Jadinya nggak pernah denger atau tau jika selama ini ada info atau berita penting yang sering beredar" Ika mencibirku, yah mau bagaimana lagi. Xyn adalah jaminan masa depanku yang cemerlang.
"Hehehe, tapi emang iya?" Tanyaku yang disambut dengan anggukan oleh Ika.
"Wait, cuci piring dulu nanti kamu kekamarmu deh" Katanya, aku mengangguk setuju.
"Okay, aku mandi dulu bentar"
***
"Peristiwa pembunuhan itu pertama kali terdeteksi sekitar 10 hari yang lalu, korban adalah seorang wanita muda berusia 21 Tahun. Mayat korban ditemukan di tempat pembuangan sampah deket kos ini, dengan luka sayat dan cekikan di lehernya namun yang anehnya sitik jarinya nggak pernah terindikasi. Serem banget pokoknya, kasus itu belum selesai Ka, lalu udah muncul kasus baru lagi kali ini pria korbannya, dan yang paling baru tadi siang, ada seorang mayat yang diduga masih anak-anak ditemukan ditempat yang sama. Entah apa modusnya tapi menurut kamu serem nggak sih? " Ika menceritakan semua kronologi kasus yang belum kudengar, arghhh kemana saja aku selama ini.
"Mbak tau darimana kok bisa sesetail ini? " Tanyaku yang masih tak habis fikir dengan semua berita yang ada.
Ika menghela nafas, digusarnya rambut hitam ikal "Ih,.. kamu ini dikasih tau malah nggak percaya"
"Bukan nggak percaya mbak, tapi serem aja masa kurang dari satu bulan ada 3 kasus pembunuhan mana korban yang ditemukan didaerah sini semua lagi, ihhh serem mana aku pulangnya malam mulu." Gumamku yang mulai resah.
Tak bisa kubayangkan bagaimana kelanjutan kedepannya, haruskah aku meminta Xyn untuk selalu mengantarkan pulang kantor? Ahh tidak bisa. Cewek macam apa aku? masa aku harus begitu?
"Lalu pelakunya udah ketangkap? " Tanyaku.
Ika menggeleng, "Belum" Kayanya "Nggak ada jejak"
"Tapi, salah satu polisi temenya Mas Agam menemukan sebuah petunjuk" Kata Ika, matanya menerawang seolah mengingat-ingat bukti apa yang teman Mas Agam berikan.
"Ada sebuah liontin yang digenggam oleh salah satu korban, liontin itu kayak nggak asing" Ika menambahkan.
"Kamu inget, waktu perempuan cantik tetangga depan datang ke kos? kalau nggak salah ingat dia memakai liontin.. Nah. mirip"
"Hussshhh.. nggak boleh asal bicara mbak!! nanti jatuhnya fitnes loh" Kataku mengingatkan.
"Bisa-bisanya mbak ika berpikiran kesana loh. Bisa-bisanya mbak sampai notice sampai sedetail ini" Gumamku.
"Tapi Aku curiga Ka, lagian tetangga depan kita aneh nggak sih ka?" Gumamku Ika, raut wajahnya diselimuti rasa ingin tahu yang begitu besar. Ahh tau apa yang dia fikirkan.
"Sudah, sudah. Mari kembali ke tempat masing-masing, sudah malam mari kita tidur" Kataku mengusir Ika dari kamarku.
"Ihhh, kan belum selesai" Kata Ika memberontak.
"Sudah, sudah.. masih ada waktu besok pagi" Kataku sembari mendorong tubuh Ika keluar dari kamarku.
Asoka POV OFF:
***
Di sebrang jalan, sebuah siluit hitam nampak mengawasi kos Asoka. Senyum sinis nampak terlihat seram dibawah tamaram lampu jalanan ia mendecih, ia berjalan menuju sebuah mobil hitam yang terparkir di ujung gang.
"Hilangkan jejak!" Sosok itu memberi titah pada seseorang yang sudah duduk dibalik kemudian mobil.
"Haruskah kita bunuh kedua orang itu? " Tanya suara misterius itu.
"Jangan, wanita itu dibawah kekuasaan Xyn" Katanya dingin.
***
Bersambung..

Komentar Buku (161)

  • avatar
    PerwatiNunu

    good

    23d

      0
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    👍👍👍

    26/07

      0
  • avatar

    mais ou menos

    07/05

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru