logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 9. Wine Dan Petakanya

"Jangan terlalu mencinta sesuatu yang belum pasti, jika Tuhan menariknya kembali. Kamu bisa apa? "
[Asoka - MATA CUAN]
***
"Xyn" Gumam Asoka tak percaya dengan pemandangan yang ada di depannya.
"Soka, " Kata Xyn terkejut,
"Ternyata 20 menit lagi maksudnya ini? biar aku nggak liat kalian main kuda-kudaan hah!" Asoka tersenyum sinis melihat wanita tidak tahu diri yang kini bersembunyi dibalik tubuh kekar Xyn. Sementara mereka nyaris tak berbusana.
"Seharusnya aku tidak semudah itu menerima kamu Mas, kita bahkan baru 6 hari jadian" Gumam Asoka tak menyangka jika kekasihnya ini tega berselingkuh, bahkan didepannya.
Seharusnya Soka menuruti perkataan teman kosnya untuk tidak terlalu mudah percaya dan mudah mencintai seseorang yang baru ia kenal. Seharusnya Asoka juga mengindahkan semua peringatan Arifin, sahabatnya.
Air matanya menetes melihat pengkhianatan Xyn, bagaikan orang tuli Asoka berlari meninggalkan Xyn dan wanita itu. Jantungnya bergetar, tumbuhnya mengeluarkan kringat dingin pandangan masa lalu mengerikannya kembali mencuat, tanganya membekap mulut nya sendiri. Asoka takut jika orang-orang akan melihatnya aneh atau bahkan mengejarnya sebagai orang gila.
Tujuannya kini adalah rooftop Mall yang memang cukup sepi, Asoka ingin bersembunyi disana.
"Tidak, kumohon bertahanlah Asoka" Gumamnya sembari berlari menaiki satu persatu anak tangga darurat.
"Sudah mereka bilang kan, jangan pernah terlalu mencintai apa yang belum jelas dan pasti jalan ceritanya, kamu bisa apa jika Tuhan kembali mengambilnya darimu. Seperti dulu, Asoka bertahan" Ia terus bergumam sembari menguatkan batin dan mentalnya, kejadian buruk dimasa lalunya kini terlihat semakin jelas.
Asoka tak kuasa menahanya lagi, ia ambruk di lantai tertinggi tepat 1 lantai sebelum rooftop.
Tubuhnya menggigil ketakukan, bayangan itu kembali muncul dari dalam kegelapan.
"Enggak!!! JANGAN MENDEKAT" Terima Asoka histeris.
"Jangan mendekat! PERGI! " kata Asoka ketakutan, air mata tak dapat ia bendung. Rasa takutnya begitu besar, bayangan itu kembali mendekat dan mengoyak bajunya hingga tersisa pakaian dalamnya saya.
"Jangan mendekat!! " Teriaknya, nafasnya memburu. Paru-paru nya terasa sesak ia kesakitan namun juga ketakutan.
"Ibu!! IBU TOLONG ASOKA!! " Teriaknya histeris, kesedihan kian menyelimutinya, air matanya kian mengalir deras. Teriakan pilunya ternyata berhasil didengar oleh seseorang dengan pakaian serba hitam, wajahnya tertutup masker dengan warna senada.
"Siapa kamu! jangan sentuh" Teriak Asoka, ia ketakutan melihat sosok lelaki itu kian mendekat.
"Tidak apa-apa, kamu aman" Kata lelaki misterius itu, seharusnya Asoka takut namun entah mengapa kali ini hatinya justru terasa lega. Tubuhnya menghambur ke arahnya "Lux" Bisik Asoka, sebelum kesadarannya menghilang.
"Apakabar gadis kecil," Kata Lux, dingin dan mengintimidasi, "Inilah alasanku kembali" Bisik Lux sebelum akhirnya ia membawa tubuh Asoka naik menuju rooftop dan membawanya pergi menggunakan helikopter yang telah Lux siapkan.
***
[20 Menit sebelum kedatangan Asoka.. ]
Seorang lelaki dengan 4 orang petugas kebersihan khusus datang memasuki ruang kerja milik Xyn. 10 Menit adalah waktu yang sangat cepat dan bisa dibilang tak mudah bagi lelaki itu untuk membersihkan ruangan tuan mudanya sendirian, itulah mengapa ia membawa 4 petugas kebersihan tambahan. Salah seorang wanita yang diberikan tugas membersihkan pecahan kaya yang lain tanpa sengaja menyenggol disfusher sehingga memuntahkan cairan beraroma kopi di lantai.
Semtara itu, pegawai yang lain telah selesai mengerjakan tugasnya masing-masing dan bersiap untuk pergi.
"Aduh, bodoh sekali kamu Ninda" Kata seorang perempuan berkulit sawo matang bernama Samantha, "Kita harus bagaimana, bisa di bunuh kita kalau sampai lengah" Kata yang lain semakin ketakutan.
Bersamaan dengan itu pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok Xyn yang telah berpakaian lengkap. Namun kali ini stylenya tempat lebih santai.
"Mengapa kalian semua masih ada disini?" Bentak Xyn tak suka melihat keberadaan orang-orang asing di sekitarnya, "Kau!! " Geram Xyn pada Rudy, petugas kebersihan pribadi Xyn.
"10 menit, tidak lebih!! " Geramnya mengingatkan, aura dingin kembali menyelimuti ruangan, sebuah pesan singkat pada akhirnya membuat Xyn kembali terjaga.
"(20 Menit lagi, aku kesana. Aku punya kejutan)" Pesan manis dari Asoka rupanya berhasil menyelamatkan seluruh petugas kebersihan itu, suasana hatinya yang tengah berbunga membuat Xyn pada akhirnya mengampuni mereka semua.
"Kalian semua boleh pergi, kamu! " Kata Xyn menatap seluruh petugas kebersihan, terakhir manatanya menatap tajam Ninda yang saat ini nampak membeku ketakutan, "Selesaikan dulu tugasmu baru boleh keluar" Kata Xyn sembari keluar, langkah kakinya berjalan menuju meja bar VVIP di restoran miliknya, tanpa fikir panjang ia mengambil sebuah botol wine dan dua gelas kosong yang telah ia pesan.
"Asoka harus nyobain Wine ini, dia pasti sangat bangga aku dapat menemukan Wine terenak ini" Gumamnya pelan, Xyn mulai tak sabar menunggu kedatangan Asoka. Sebelum pergi Ia mencoba seteguk Wine dari dalam botol itu, kembali memastikan jika Wine yang pelayanannya bawa adalah Wine yang tepat.
"Ehm.. Sempurna! " Ia tersenyum bahagia, Xyn lalu memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya.
Rupanya Ninda masih berada ditempat itu, ia tengah mengepel kolong meja kerja Xyn dengan susah payah, celah meja dan banyaknya barang antik Xyn membuat Ninda harus membungkukan tubuhnya, baju kerja yang terbilang ketat dan hanya pas body ini membuat lekukan tubuh Ninda tercetak jelas.
"Sedang apa kau di situ? " Bentak Xyn keras, Ninda yang terkejut tanpa sengaja lengannya justru terbentur ujung meja. Nindi meringis kesakitan.
"Anu, mohon maaf tuan, sedikit lagi saya hampir menyelesaikan tugas saya tuan" Katanya gemetar, Xyn mengamati Nindi dari atas hingga bawah tanpa sadar pandangan matanya tertuju pada dua buah tonjolan buah dada wanita itu.
Meskipun tercetak sangat jelas, Xyn sama sekali tak mengindahkan keberadaanya.
"Cepat selesaikan tugasmu, wanita ku sebentar lagi datang" Kata Xyn sembari berjalan menuju meja tempat ia menerima tamu-tamu dan petinggi penting lainnya.
Disana ia meletakkan Wine dan gelas yang ia bawa, Nindi nampak mengamati gerak-gerik Xyn hatinya menatap iri pada dua buah gelas kosong yang mungkin sebentar lagi akan disambut oleh wanita lain.
"Oh betapa beruntungnya wanita itu" Bisiknya sembari menatap iri, matanya beralih pada Xyn yang kini berjalan tertatih kearah meja kerjanya.
"Tuan kenapa? " Tanya Nindi, dengan sigap membantu Xyn yang hampir oleng.
"Nggak tau tiba-tiba pusing, tolong bantu saya kesana" Jawab Xyn yang merasa aneh dengan perubahan tubuhnya, "Brengsek siapa yang naruh obat perangsang di Wine itu" Batin Xyn yang dapat dengan cepat mengetahui sumber rasa pusingnya.
"Tuan" Kata Nindi dengan suara yang buat selembut dan semanis mungkin, Xyn menggeram merasakan hembusan nafas Nindi yang begitu dekat dengan lehernya. Munafik jika libido Xyn tidak terpengaruh, ia menggeram merasakan betapa kesal dan panasnya perubahan suhu ruangan itu.
Berat tubuh yang sangat tak proposal membuat Nindy berjalan tertatih memapah Tubuh Xyn yang kian berat. Lagi-lagi Nindi yang ceroboh justru membuat keduanya terpeleset dan jatuh menimpa ember air yang berada tak jauh dari tempat itu. Sontak Xyn menggeram murka merasakan bau air bekas pel yang terasa mulai merembas kedalam baju mereka, Xyn yang menyukai kebersihan menatap Nindi marah.
"Wanita sialan!" Maki Xyn geram, lalu secepat kilat Xyn menanggalkan pakaiannya dan membuangnya ke tempat sampah. Ia bahkan sudah tidak peduli lagi dengan bagaimana pendapat Nindi.
"Lepas pakaian mu!! " Titahnya mengultimatum.
Nindi yang ketakutan dengan gemetar mengikuti perkataan Xyn, ia berjalan mundur menghindari tatapan Xyn yang semakin lama semakin mendekat.
"Tuan jangan ikutan mendekat, tuan" Cicit Nindi ketakutan.
Dimata Xyn, Nindi sungguh wanita paling lelet se-Dunia. Ia yang kesal juga jijik dengan sesuatu hal yang kotor dengan kasar menarik dan melepas paksa pakaian Nindi, sekilas mereka terlihat seperti dua orang yang hendak melakukan penyatuan.
Bersamaan dengan itu pula, pintu ruangan Xyn terbuka menampilkan wajah Asoka yang terkejut. Wajah Asoka merah padam, ia kecewa sekaligus membenci perlakuan biadab Xyn.
"Asoka!! Arghhh,... Sialan! " Maki Xyn yang tak mampu mengejar wanitanya,
"Keruanganku sekarang juga. Bawakan aku dua setel baju pria dan wanita" Titahnya pada seseorang disebrang telepon.
"CEPAT!! " Katanya.
"Kejar Asoka" Kata Xyn pada telepon yang lain.
"Aku seharusnya membunuhmu!" Desisnya pada Nindi.
***
Bersambung..

Komentar Buku (161)

  • avatar
    PerwatiNunu

    good

    22d

      0
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    👍👍👍

    26/07

      0
  • avatar

    mais ou menos

    07/05

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru