logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6. Pemakaman

Part 8
Pemakaman
"Apaaa ...!"
"Baiklah, kami akan segera ke sana."
Pak Said mengakhiri percakapan dan menghampiriku.
"Salsa, mobil mereka sudah di angkat dari jurang itu. Apakah kamu tahu, di mana keluarga mereka yang lain?"
"Tidak, Pak. Karena saya tak pernah mengenal mereka. Saya hanya kebetulan saja bisa melihat hantunya Andrew."
"Baiklah. Jasad Andrew dan anaknya ini akan kami bawa dan di makamkan di tempat kami beserta istrinya."
"Jadi, jasad Shinta dan Lukma ditemukan juga?"
"Iya, beserta sopir mereka. Tubuh mereka hangus terbakar, sehingga tak bisa di kenali lagi."
"Baiklah, Pak. Berarti tugas saya sudah selesai sampai di sini."
"Terima kasih banyak, Mbak Salsa, sudah membantu kami."
"Sama-sama, Pak."
"Apa kau mau ikut dalam pemakaman sahabatmu itu?"
"Bolehkah, Pak?" Aku tersenyum.
"Tentu dong. Berkat kamu kasus bisa terpecahkan."
"Pak Arjun."
"Siap!"
"Kami akan membawa jasad korban dan memakamkannya di tempat kami."
"Oh, siap. Baiklah."
"Mbak Salsa, terima kasih atas bantuannya," ucap AKP Arjun.
"Kalau ingin minta bantuan, jangan segan-segan menghubungi kami," lanjutnya lagi dengan tersenyum.
Lega sudah karena kasus ini selesai, aku bisa tenang dan pulang ke tempat kosan. Semoga tidak ada lagi yang aneh-aneh menggangguku.
Aku ikut kembali ke kota di mana Andrew dan anaknya akan di makamkan. Bersama Pak Said, kami pun meluncur ke sana.
Selama dua jam perjalanan, akhirnya kami sampai. Kami langsung menuju ke Rumah Sakit untuk menyerahkan jasad Andrew dan anaknya agar bisa di proses pemandian dan pengafanannya.
Sesampai di RS, ada beberapa anggota kepolisian di sana. Mereka juga menunggu pengafanan jasad Shinta dan Lukman yang sudah gosong.
Sekitar satu jam lebih, pengafanan selesai. Kami membawa jasad itu menuju pemakaman yang mana liang kuburnya sudah di sediakan.
Di pemakaman umum,
"Di mana Andrew? Tidakkah ia mengucapkan selamat tinggal terlebih denganku setelah jasadnya di kuburkan secara layak," gumamku.
Aku celingukan ke sana kemari, tapi tak jua menemukannya.
"Mencari siapa?" tanya Pak Said.
"Oh, gak, Pak." Aku menyembunyikan maluku.
Terlihat banyak sekali yang ikut menghadiri pemakaman ini. Ada juga sebagian warga sekitar pemakaman yang hadir. Mungkin mereka mau menyaksikan pemakaman korban pembunuhan dan si pembunuh yang di kubur di tempat itu.
"Biarlah, mungkin Andrew sudah tenang," gumamku lagi.
***
Setelah selesai pemakaman, aku langsung pamit pulang pada Bapak dan Ibu Said. Kebetulan skuterku ditemukan di tempat saat terjatuh dan cuma sedikit lecet.
"Pak ... Bu ... saya pamit pulang. Soalnya sudah beberapa hari gak masuk kerja," pamitku.
"Gak besok aja, Mbak Salsa?" tanya Bu Said penuh kasih.
"Terima kasih, Bu. Sekarang aja pulangnya, biar besok pagi bisa langsung kerja."
"Tapi, sebentar lagi senja, lo."
"Gak apa, Bu. Sudah pernah juga melakukan perjalanan malam."
"Ya, sudahlah. Hati-hati di jalan."
Aku mencium punggung tangan Bu Said dan Pak Said. Mereka kuanggap seperti Abang dan kakakku sendiri.
"Kapan-kapan, bolehkan mampir? Mungkin nanti bakalan kangen sama Boy ponakan tante Salsa ini."
Aku pun mencubit pipi Boy, anak Bapak dan Bu Said yang baru berusia hampir dua tahun.
"Tentu aja, Tante." Bu Said memainkan tangan Boy.
Aku tersenyum mendengarnya. Ternyata pasangan suami istri itu begitu sangat penyayang.
"Berangkat dulu, Pak, Bu. Assalamualaikum."
Aku menstater skuter dan memulai perjalanan. Meluncur membelah jalan di hari yang sudah mulai petang.
Baru beberapa menit di perjalanan, ada seorang gadis yang tiba-tiba menyebrang jalan.
Karena terkejut, motorku oleng dan menyenggol tubuh gadis kecil itu, kemudian terjatuh di aspal.
Beruntung jalanan sepi, tak ada kendaraan lain yang berlalu lalang.
"Kamu gak apa, Dek?" tanyaku pada gadis kecil itu.
Dia hanya menggelengkan kepala, tanpa suara. Sedikit merinding dengan tatapan matanya. Atau mungkin karena jalanan sepi, jadi agak serem.
Gadis kecil berusia sekitar sembilan atau sepuluh tahun. Berambut panjang lurus, berbaju putih lusuh, dan wajah yang sedikit pucat.
"Kamu sakit, Dek?"
Aku memegang keningnya yang terasa panas. Sedangkan tangan dan kakinya terasa dingin saat kupegang.
Gadis itu menggeleng lagi. Tetapi, terlihat air mengambang di ujung netranya. Kemudian jatuh membasahi kedua pipi gadis itu.
"Kenapa kamu menangis, Dek?" Aku jadi kebingungan.
"Di mana orang tuamu?" tanyaku lagi.
"Kedua orang tuaku sudah meninggal, Kak." Gadis itu akhirnya mau berbicara.
"Lalu, kamu sama siapa?"
"Hanya sendiri, Kak. Bolehkah aku ikut Kakak? Please!"
Aku bingung, masa pulangnya bawa anak kecil, sih. Tapi, kalau gak di bawa, kasihan juga gadis kecil ini. Dengan siapa dia akan tinggal nanti?
Akhirnya, gadis kecil itu aku bawa pulang. Sepanjang jalan, tak ada kata di antara kami. Hanya diam membisu yang menemani.
***
Sesampai di tempat kost, aku langsung membawa gadis itu masuk ke kamar. Nanti saja aku memberitahu kepada ibu kost, aku sangat lelah dan ingin segera beristirahat.
Kuajak gadis kecil itu untuk membersihkan badannya di kamar mandi, tetapi dia enggan untuk beranjak dari tempat tidur.
Masih terlihat jelas kesedihan terpancar dari matanya. Gadis itu duduk di sudut tempat tidur, dengan memeluk kedua lututnya. Kemudian membenamkan kepalanya diantar lutut itu.
Aku biarkan gadis itu melepaskan kesedihannya. Kemudian aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi, segala penat yang ada di tubuh terasa hilang. Aku langsung masuk ke kamar untuk menghibur gadis kecil itu dan menanyakan semua tentangnya.
Saat masuk ke kamar, aku di kejutkan oleh sosok lainnya yang berada di kursi. Dia tersenyum memandangku.
"Andrew!"
"Kenapa, Sa? Kok terkejut."
"Aku kira kamu udah kembali ke alammu," ejekku.
"Hahahahaha ...." Andrew tertawa lepas.
"Sssttttt ... Diam! Nanti suaramu mengejutkan gadis kecil itu. Nanti dia takut, lo, tinggal bersamaku. Gadis kecil itu, kan, gak bisa melihat kamu," terangku pada Andrew.
Andrew pun kembali tersenyum.
"Salsa, sebenarnya--"
"Aku bisa melihat cowok ganteng itu, Kak," potong gadis kecil itu yang membuatku terperangah hampir tak percaya.
.
____________________

Komentar Buku (242)

  • avatar
    zulizalzul

    I don't have wanna say this is so scary and good novel

    11d

      0
  • avatar
    Rainiee

    ini menurutku bagus dann plot twist bgtt,kerenn dehh bagus bgtt

    13d

      0
  • avatar
    Rosadlin Lin

    bestt gilaa

    14d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru