logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Antara Dua Dunia

Antara Dua Dunia

Khanza Az-Zahra


Bab 1. Perkenalan

Part 1
Perkenalan
Siang itu, langit tampak gelap dan sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Saat melintas di taman, terlihat seorang pria yang sedang duduk di bangku taman. Usianya sekitar dua puluh delapan tahun.
Wajahnya terlihat sangat murung dan terlihat diujung netra ada genangan air yang siap tumpah.
Awalnya aku hanya cuek. Tetapi, saat hujan turun dengan lebatnya, pria itu tak jua beranjak pergi. Dia tetap bergeming dari tempat duduknya.
Ada sedikit kekhawatiran, karena sejak tadi wajahnya terlihat pucat pasi. Kepala tertunduk dan tak ada pergerakan sama sekali dari tubuhnya.
Kubuka payung yang sengaja dibawa dari rumah. Berjalan menghampiri pria itu di bangku taman.
"Maaf, Mas, sebaiknya berteduh dulu di halte itu. Hujannya sangat lebat sekali," ujarku.
Pria itu mendongakan kepalanya sebentar memandang ke arahku, kemudian tertunduk kembali.
Terlihat jelas olehku air mata yang jatuh bersama air hujan. Duka yang sangat dalam tergambar di wajahnya.
"Yuk." Aku memaksanya agar mengikutiku.
"Biarkan aku sendiri." Akhirnya keluar juga kalimat dari mulutnya.
"Nanti Mas sakit."
Aku mencoba untuk peduli. Karena di tempat itu hanya ada aku dan dia.
Aku tak ingin dia jatuh tak sadarkan diri dan akan membuatku repot.
Tiba-tiba, pria itu memeluk kaki dan membuatku terkejut.
"Tolong ... aku mohon."
"Tolong apa, Mas?"
"Aku telah membunuh istri dan anakku yang masih balita," ujarnya.
"Astagfirullah ... ternyata aku berhadapan dengan pembunuh," gumamku dalam hati.
Aku berusaha melepaskan pegangan tangannya dari kakiku, tetapi tak berhasil. Ketakutan dalam hati, kalau dia akan berbuat jahat padaku.
"Tolong, lepaskan kaki saya. Saya ada urusan penting," ujarku mencoba berbohong agar dia melepaskannya.
"Aku ingin kau menolongku."
Aku benar-benar terlanjur mendekatinya dan dia pun tak mau melepaskan.
"Mas minta tolong apa?"
Aku berusaha berdamai dengan keadaan dan mencoba untuk menuruti kata-katanya.
"Aku ingin kau menemukan mayat istriku."
"Hah ...." Aku benar-benar tercegat.
Pria itu ingin aku menemukan mayat istrinya. Bagaimana jika aku yang akan dituduh telah membunuh?
"Mas, begini, ya. Bagaimana kalau mas aja yang--"
"Andrew. Namaku Andrew." Dia memotong ucapanku.
"Begini Mas Andrew, bagaimana kalau Mas aja yang langsung lapor polisi dan mengakui semuanya?"
Matanya langsung memandang wajahku dengan tajamnya. Sepertinya dia tak suka dengan ucapanku.
Ada sedikit gentar saat mata itu menembus mataku. Takut kalau dia akan nekat menyakitiku.
Andrew berdiri dan melepaskan pegangannya di kakiku. Kemudian kembali ke bangku taman itu. Sedangkan hujan sudah mulai berhenti walau hari masih terlihat gelap.
"Bagaimana aku mengatakan ini semua, aku takut," ucapnya dengan lesu.
Entah, keberanian dari mana, aku pun akhirnya duduk di samping Andrew.
"Takut kenapa, Mas?"
"Aku bingung, harus memulai cerita dari mana?"
Aku semakin penasaran. Ketakutan yang semula muncul, kini berganti menjadi keingintahuan yang sangat besar.
"Aku telah membunuh istriku karena dia berselingkuh tepat di depan mataku."
Andrew kembali menundukan kepala, sepertinya dia begitu sangat menyesal.
"Ceritakanlah, Mas, biar aku bisa membantumu," ujarku.
Andrew menatap lekat mataku. Saat dia menggenggam tangan, aku seperti terbawa arus yang sangat kencang. Lalu tiba disuatu tempat yang aku tak tahu itu di mana.
Aku melihat sebuah rumah yang sangat besar, tapi terlihat seperti tak berpenghuni. Aku melangkah menuju rumah itu dan membuka pagar besi yang ternyata tidak terkunci.
Halaman yang sangat luas, memiliki taman yang begitu indah. Dihiasi tanaman bunga dan juga buah-buahan. Diujung kanan halaman itu, ada sebuah kolam ikan dan bangku panjang di depan kolam itu. Sangat indah dan asri.
Kulanjutkan menuju pintu utama. Terpikir olehku, mungkin pintu itu terkunci. Tapi tidak, pintu itu tak terkunci dan sedikit terbuka.
Dengan memberanikan diri, kulangkahkan kaki memasuki ruang utama rumah besar tersebut.
"Besar sekali. Tapi, di mana penghuninya?" gumamku lirih.
Dengan terus melangkahkan kaki mencoba mengitari tiap jengkal rumah tersebut.
Saat kaki ingin melangkah menaiki anak tangga, tiba-tiba saja terdengar suara cekikikan seorang wanita dan desahan suara seorang pria.
Penasaran, aku pun mengikuti arah suara tersebut dan tibalah disebuah kamar utama.
Pintu kamar yang sedikit terbuka membuatku semakin penasaran siapa orang yang ada di dalam kamar tersebut.
Saat tangan ini meraih knop pintu dan membuka dengan perlahan, aku melihat dua sosok manusia berbeda jenis kelamin sedang asyik masyuk berpadu kasih di atas ranjang tanpa sehelai benang pun. Aku terkejut dan bertanya-tanya, siapakah mereka?
Tidak berapa lama, masuk seorang pria berusia sekitar dua puluh delapan tahun. Pria itu tergesa-gesa menuju kamar utama tempat dua insan berbeda jenis itu sedang memadu kasih.
Terlihat raut wajahnya sangat marah, entah marah karena apa?
Tapi tunggu, wajah itu sepertinya aku kenal. Bukankah dia Andrew, pria yang telah membunuh istri dan selingkuhannya?
Apakah dua insan dalam kamar utama itu adalah istri dan selingkuhannya yang dia ceritakan?
Saat Andrew ingin memasuki kamar itu, aku berusaha untuk menahan dan meredam emosinya. Agar petaka tidak terjadi. Akan tetapi, tubuhku hanya dia tembus begitu saja. Aku terkejut, ternyata tidak bisa menahan amarah Andrew yang sudah diubun-ubun.
Aku hanya bisa menyaksikan apa yang sedang terjadi di depan mata.
Andrew memasuki kamar itu dengan amarah yang memuncak. Pintu kamar pun di gebrak dengan penuh emosi. Ditambah lagi, saat dia melihat pemandangan yang ada dalam kamar itu.
Dua insan tak halal itu sangat terkejut dan tak sempat menghindari serang dari Andrew.
Sang perempuan yang ternyata adalah istri dari Andrew, langsung tersungkur karena hantaman benda tumpul. Akan tetapi, pukulan itu hanya mengenai punggung belakang si perempuan.
Seketika itu pula, sang laki-laki yang menjadi selingkuhan istri Andrew langsung menghindari serangan itu.
Terjadilah pergelutan antara Andrew dan PIL istrinya. Pukulan demi pukulan Andrew hantamkan ke tubuh sang selingkuhan istrinya.
Akan tetapi, sang PIL yang diketahui namanya adalah Lukman, melakukan perlawanan. Terlebih lagi istrinya Andrew, Shinta, melakukan pembelaan terhadap Lukman.
Merasa Shinta memberikan pembelaan terhadap Lukman, Andrew semakin kalap. Dia memukul membabi buta ke arah Shinta.
Shinta tersungkur bersimbah darah. Melihat istrinya yang bersimbah darah, Andrew semakin kesetanan. Akan tetapi, ....

Komentar Buku (242)

  • avatar
    zulizalzul

    I don't have wanna say this is so scary and good novel

    11d

      0
  • avatar
    Rainiee

    ini menurutku bagus dann plot twist bgtt,kerenn dehh bagus bgtt

    14d

      0
  • avatar
    Rosadlin Lin

    bestt gilaa

    14d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru