logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2 Harus Bertahan?

Dengan takdir yang terus memaksa untuk kita bertemu, mungkin kini sudah saat nya untuk kita sepakat menyelesaikan ending.
Ponsel Asifa berbunyi tanda ada pesan masuk.
"Fa, gue tunggu ditaman."
Asifa menaikan 1 alis nya setelah membaca pesan masuk tadi. kemudia ia mengetik pesan balasan.
                                              
 "Kerumah aja langsung."
"Ada yang mau gue omongin sama lo Fa."
                                            
   "Penting?"
"Apa harus penting dulu biar gue bisa ketemu lo?"
                                                
  "I think you know."
"Temui gue sekarang, gue tungguin lo."
                                            
   "Kalau gue nggak mau?"
"Gue tetap bakalan nungguin lo."
                                            
     "????"
"Mau ngapain sih tiba-tiba ajak ketemu, nggak tau apa gue capek!! kemaren aja gue mintak jemput di bandara nggak bisa dengan alasan lagi pergi eh sekarang malah maksa ngajakin ketemu!!" maki Asifa pada ponsel yang masih menampilkan chat tadi.
Dengan langkah berat Asifa pun mau tak mau pergi menemui Raka.
20 menit kemudian Asifa sudah sampai ditaman. ia berdiri sambil mencari dimana orang yang ngajakin ia ketemu malam-malam. cukup lama ia mencari namun ia tak juga menemukan nya.
"Sial gue dikerjain." rutuk Asifa sambil mencari seseorang dikontak nya.
"Siapa yang ngerjain sih?" jawab suara yang berasal dari belakang. Asifa sangat mengenal suara itu.
"Lo nggak bisa apa datang kerumah aja, ngerepotin ya lo lama-lama jadi orang!!" ucap Asifa dengan kesal
Raka hanya tersenyum melihat raut wajah Asifa yang sedang kesal.
"Gue suka lo marah."
"Udah cepatan mau ngomong apa?" jawab Asifa mengalihkan pembicaraan.
"Sini duduk Asifa angel flexia" ucap Raka dengan lembut sambil menepuk bagian kursi yang kosong disebelahnya.
Asifa tak menolak, ia duduk disebelah Raka yang saat ini sedang memandangi nya dengan begitu teduh.
"Gue kangen panggil lo kayak gitu, lo lebih menampilkan kebanggaan buat gue dengan nama itu." jelas Raka ketika Asifa sudah duduk disebelahnya.
"Gue lebih suka dipanggil dengan nama Asifa A.F karna buat gue nama itu nyaman di kuping gue." jawab Asifa ketus.
Raka tersenyum mendengar pernyataan Asifa yang sudah sangat ia hafal kata-kata nya.
"Ngapain lo balik?" tanya Raka setelah beberapa saat hening.
Deg. pertanyaan itu? itu pertanyaan yang sangat ia hindari.
"Jangan memperkeruh suasana, jangan buat semua seperti abu-abu lagi sama seperti saat lo tinggalin kota ini." sambung Raka lagi.
Asifa hanya diam menatapi bintang-bintang dilangit, ucapan Raka sangat menusuk hati nya.
"Gue nggak tau maksud lo apa saat lo bilang kehadiran gue cuma untuk memperkeruh suasana." ucap Asifa dengan sesantai mungkin.
Raka menatap Asifa dengan lekat ia tau pertanyaan nya salah, tapi keputusan Asifa juga salah untuk kembali membuka luka lama yang selalu membuat tidur nya tak nyenyak.
"Maafin gue yang udah nanya hal yang tak pantas untuk gue tanyain. gue cuma nggak mau lo sakit lagi Fa dikota yang sama dan orang yang sama." jawab Raka sambil mengelus rambut panjang Asifa.
"Gue nggak tau ntah ini kebetulan atau apa, gue mau marah juga marah sama siapa? Mau nyalahin orang? Siapa yang mau gue salahin?"
Mata yang begitu dingin menatap mata Raka tadi kini sudah menjatuhkan kan air mata yang tak bisa lagi ia bendung, rasa nya sesak dan sakit. Walau bagaimana pun Asifa menutupi dengan menjadi dingin tapi wanita tetap lah wanita yang akan menangis jika sudah terlalu sakit.
Hening sesaat setelah Asifa mengatakan itu, Raka tak ingin membuka suara karena ia tau luka itu masih berdarah dan tak pernah sembuh di hati Asifa. Raka mengalihkan pandangannya menatap bintang karena ia tak sanggup melihat wanita dihadapan nya menangis tapi dia juga tak bisa melakukan apa pun selain diam karena ia sudah berjanji dengan Asifa.
"Ka." panggil Asifa kini yang sudah mereda dari tangis nya.
"Hm." gumam Raka yang masih menatap bintang di langit.
"Janji ya sama gue!"
"Apa?" tanya Raka yang kini sudah menatap Asifa menunggu kata selanjut nya.
"Gue rasa pertemuan gue udah diatur dan gue mohon sekali ini aja apa pun yang terjadi sama gue nanti lo tetap berdiri disamping Kelvin dan tetap jadi sahabat yang dia percayai, sama kayak sebelum gue datang."
"Banyak hal yang bisa lo minta dari gue Fa tapi jangan lo suruh gue diam saat lo disakiti lagi, Lo tau gue udah kaya banci diam tanpa bisa membalas sakit hati lo."
"Gue mohon Ka" ucap Asifa sambil menggenggam tangan Raka.
Raka terdiam menatap Asifa, mencari sebuah alasan di bola mata coklat milik Asifa yang begitu teduh.
"Oke, gue turutin kemauan lo. tapi janji sama gue lo akan cari gue untuk sebuah kenyamanan saat masa lalu lo sedikit demi sedikit terbuka nanti."
"Iya Raka, lo adalah orang pertama yang akan selalu gue ingat untuk sebuah sandaran nyaman." ucap Asifa sambil memeluk Raka.
"Jangan pergi lagi, hadapi saja. karna silkus nya akan tetap sama sebelum lo selesaikan. tuhan akan mempertemukan kalian terus menerus sampai masalah diantara kalian clear." jelas Raka sambil mengelus rambut panjang Asifa.
"Iya, gue akan lebih berani hadapi semua ini lagi. seenggak nya gue harus bertahan sampai ada ending nya." jawab Asifa dan melepaskan pelukan Raka.
Raka tersenyum mendengar jawaban Asifa.
"Gue sayang lo Fa."
Asifa hanya tersenyum sebagai pengganti kata terimakasih.
**
"Fa lo nggak balik?" tanya Reva yang sedang bersiap pulang.
"Duluan aja deh lo Re, gue bentar lagi kayak nya." jawab Asifa tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponsel.
"Bareng gue aja Fa, lo kan nggak bawa mobil lo." tawar Reva yang kini sudah siap ingin pulang.
"Gue naik taksi aja Re, yaudah lo duluan aja nggak apa-apa kok." jawab Asifa sambil tersenyum kearah Reva.
"Yaudah deh Fa, tapi jika lo butuh gue langsung aja bilang gue. karna tujuan gue kesini itu lo Fa."
"Iya bawel, punya sahabat kok bawel banget sih." cibir Asifa
"Yaudah gue duluan ya, lo hati-hati pulang nya." ucap reva sambil berlalu meninggalkan asifa
Hari ini Asifa emang sengaja tidak bawa mobil karna ia ingin pulang jalan kaki mengingat kembali kota yang ia tinggalkan 2 tahun lalu.
Asifa melangkah kan kaki nya meninggalkan sekolah. tapi langkah kaki nya terhenti ketika seorang cowok menghalangi jalan nya.
"Jangan muncul lagi didepan gue!! nggak bisa kah lo anggap gue orang asing kembali sama seperti dulu saat kita belum kenal?" ucap Asifa datar.
"Kita perlu bicara Fa." jawab Kelvin cepat.
"Gue nggak punya waktu buat bicara sama lo, karna lo bukan orang penting buat gue. "ucap Asifa.
"Emang gue mintak izin sama lo?" jawab Kelvin ketus sambil menarik tangan Asifa untuk masuk mobil nya.
Asifa tak bisa menolak lagi karna kekuatan yang dimiliki Kelvin lebih besar dari pada dia. Tak ada yang membuka suara selama didalam mobil, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
30 menit kemudian, Kelvin menghentikan mobilnya di sebuah danau. danau ini tempat yang selalu mereka kunjungi dulu.
Asifa yang menyadari tempat itu menatap Kelvin meminta jawaban. tapi sang objek yang ditatap malah cuek dan keluar dari mobil. Mereka keluar dari mobil dan berdiri menatap danau lebih dekat.
"Fa." ucap Kelvin memecah kan keheningan sedari tadi tercipta.
"Hmmm" gumam Asifa yang kini sedang memandangi danau.
"Gue kangen, mungkin akan terdengar bodoh tapi gue mau jujur kalau selama ini gue benar-benar kangen sama lo." Sambung Kelvin lagi.
"Gue nggak kangen tuh." jawab Asifa ketus.
Kelvin tersenyum menatap wanita didepan nya, "Sesalah itu kah gue Fa dimata lo?"
"Lo bodoh atau nggak punya otak sih Vin, ini hati Vin bukan mainan yang bisa lo mainin sesuka lo." jawab Asifa yang kini sudah tidak sesantai tadi.
Kelvin kembali tersenyum mendengar jawaban Asifa.
"Dan ini juga hati Fa yang nggak bisa lo tarik ulur semau lo, setelah dua tahun lalu lo pergi tanpa ninggalin jejak kenapa lo harus datang lagi saat gue udah mulai menutup kisah itu?" Jawab Kelvin dengan nada yang kini terdengar cukup tinggi.
Jlebb. kata-kata Kelvin hampir membuat Asifa menangis namun masih bisa dia tahan karena dia tidak mau Kelvin tau dia nangis.
Kali ini Asifa menoleh ke arah Kelvin melepas kan pandangan nya dari danau. Ia tersenyum membuat Kelvin bingung.
"Ternyata 2 tahun itu lumayan lama ya Vin hingga mampu membuat lo menutup kisah itu. lo tenang aja gue jauh-jauh balik lagi kesini bukan mau tarik ulur hati lo kok, jika kehadiran gue buat lo terganggu gue akan buat kenyamanan lo kembali lagi dan secepat nya gue akan pindah dari sekolah itu." jawab Asifa dengan lembut.
"Setelah lo datang lagi secara tiba-tiba gini mana mungkin gue akan mengulang kesalahan yang sama untuk lepasin lo lagi. sampai saat ini lo adalah tempat ternyaman gue Fa." ucap Kelvin dengan suara lirih.
Suasana kembali hening, kedua nya masih tak ada yang ingin membuka suara
"Fa." panggil Kelvin
"Hmmn" gumam Asifa
"Jangan pergi dulu sebelum ada ending dari cerita ini, karna silkus nya akan tetap sama jika lo pergi lagi. kita akan ketemu lagi dan lagi, apa lo nggak capek lari terus tanpa tahu ending nya?" Tanya Kelvin dengan suara lembut nya.
"Lo tadi bilang kan lo udah nutup kisah itu, dan gue juga udah lanjutin hidup gue dari 2 tahun yang lalu. gue nggak mau tarik ulur hati lo seperti yang lo bilang tadi, jadi lo jangan pernah sentuh kembali hati gue." ucap Asifa sambil berlalu pergi
Kelvin menatap kepergian Asifa tanpa berniat mengejar nya, karna Asifa juga membutuhkan waktu untuk terima semua ini. waktu yang sudah 1 bulan tak bisa membuat ia terbiasa dengan keadaan nya yang tiba-tiba takdir mempertemukan mereka kembali.
**
"Re dimana?" tanya Asifa saat telpon sudah terhubung.
"Kekamar gue bisa nggak sekarang?" tanya Asifa lagi.
"Oke, gue tunggu." Asifa menutup telpon nya dan merebahkan badan nya di kasur.
Asifa menatap langit-langit kamar nya. ia memikirkan kejadian di danau tadi, mengingat kata demi kata yang diucapkan oleh Kelvin. Bayangan masa lalu pun sedikit demi sedikit berputar rapi di ingatan Asifa tanpa pamit.
"Gue benci lo tau nggak." teriak Asifa sambil mengacak-ngacak rambut nya.
"Benci dan cinta itu beda nya setipis benang Fa."
Asifa menoleh ke sumber suara untuk mencari tau siapa yang berbicara. ia mendapati Reva yang sedang tersenyum kearah nya.
"Sejak kapan lo disitu?" tanya Asifa menaikan satu alis nya.
"Sejak lo ngomong-ngomong sendiri." jawab Reva enteng.
Bukk, sebuah bantal melayang kearah Reva. Reva dengan cepat menangkap bantal itu dan berjalan menuju Asifa.
"Masih hobian aja ya lo melempar gue pakai bantal."
"Lo sih masuk kamar gue nggak ada sopan-sopan nya." jawab Asifa datar.
"Hehehe, maaf deh Fa. lo sih gue ketuk-ketuk tadi nggak nyahut yaudah gue masuk aja. lagian lo gitu amat sih sama gue, kayak gue orang asing aja buat lo, kan gue sahabat setia lo." ucap Reva panjang lebar.
"Apa kata lo aja deh Re" jawab Asifa ketus.
Reva tersenyum melihat Asifa, "eh lo ngapain nyuruh gue kesini?" tanya Reva yang baru ingat maksud kedatangan nya.
"Gue mau pindah sekolah." ucap Asifa datar.
"Lo fikir gampang pindah sekolah?, kita baru 1 bulan lebih Fa disekolah itu dan sekarang lo mintak pindah lagi? Ucap Reva terkejut.
"Iya, gue mau pindah Re. tolong ya urus semua nya." Sambung Asifa dengan datar.
"Nggak bisa Fa, apa karna lo ketemu dia lagi maka nya lo mau pindah? sampai kapan lo mau lari Fa. udah capek gue ikutin kemauan lo selama ini dan sekarang lo yang harus ikutin kemauan gue Fa. stay disini dan clear kan semua nya. bertahan lebih lama lagi Fa agar lo bisa tau ending nya. jangan lari terus Fa." jelas Reva panjang lebar.
"Gue masih belum siap Re untuk ketemu dia, kenapa tuhan harus pertemukan gue lagi? apa salah gue Re hingga waktu 2 tahun tak bisa buat gue melupakan sedikit pun tentang kejadian itu. semua nya seperti terekam diingatan gue dan berputar seperti kaset rusak." ucap Asifa dengan lirih.
"Tuhan punya rencana Fa dari semua yang ia kasi ke lo saat ini. coba lo sedikit berdamai dengan hati lo dan mulai terima sedikit masa lalu lo."
"Gue udah coba Re tapi nggak bisa, luka itu lebih sakit dari semua nya."
"Gue nggak maksa lo untuk baik sama dia, gue cuma nyuruh lo sedikit terima masa lalu lo itu Fa. dan kali ini gue mau lo hadapi dan lo selesai kan semua nya. hanya sampai selesai dan lo nggak harus menyimpan luka lagi." ucap Reva dengan lembut.
Asifa tak berkomentar apa pun setelah Reva mengucap kan kalimat itu. mungkin sudah saat nya untuk dia menghadapi kenyataan yang selama ini ia hindari. sudah 3 orang yang menyuruh dia bertahan sampai tau ending nya. maka kali ini ia harus kembali menguatkan hati nya.
"Gue hanya perlu bertahan sampai gue tau ending nya aja. iya, hanya itu." ucap Asifa dalam hati nya.

Komentar Buku (263)

  • avatar
    Lilohh soperohh

    Goog best story. I like it

    01/06/2022

      5
  • avatar
    JkltInara

    👍👍👍👍👍

    21/08

      0
  • avatar
    Li Ya

    Keren bangat

    20/08

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru