logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 11 First Kiss

Hani tertunduk lemas mendengar jawaban dari HRD. Setelah makan siang, dia nekat menghadap dan menyampaikan keinginannya untuk dipindahkan ke divisi lain. Itu juga setelah berbicara lama dengan Maya, atasannya langsung, menyampaikan beberapa argumen yang menguatkan alasan. Tentu saja dia merahasiakan perlakuan Reza selama ini. Malah nanti dia yang dituduh merayu lelaki itu.
Dia kembali ke ruangan dengan tidak bersemangat, duduk di kursi dan mengerjakan laporan yang masih menumpuk.
"Hani." Dia menoleh dan seketika menjadi limbung saat melihat setumpuk berkas diletakkan begitu saja di meja kerjanya. Itu berarti dia harus kembali ke ruangan itu lagi. Sejak pagi dia bersyukur karena tidak ada yang menugaskan, tapi ternyata ....
"Bisa yang lain enggak, Mbak? Saya masih ada kerjaan," tolaknya halus. Apa iya, hanya dia yang boleh menghadap lelaki itu, sedangkan yang lain tidak diperkenankan meng-handle jika dia berhalangan?
Ini janggal sekali. Sedikit rasa curiga melintas di benaknya. Apa Reza merencanakan sesuatu?
"Itu job desk kamu. Kita enggak berani. Sorry." Si pembawa berkas terlalu begitu saja. 
Dalam hati Hani mengumpat. Mungkin nanti dia perlu meminta kenaikan gaji, mengingat pekerjaannya berisiko tinggi, terutama pelecehan karyawan. 
Wanita berbulu mata lentik itu menarik napas panjang. Dia kembali fokus menghadap layar dan mengerjakan laporannya. Satu jam berlalu dan berkas yang harus ditanda-tangani Reza masih tertumpuk di mejanya. 
"Belum dianter juga?" Maya datang menghampirinya.
"Eh, itu ... anu, Bu. Saya bereskan yang ini dulu." Dia berkelit.
"Sekarang aja. Kita nggak mau dia ngomel. Panjang cerita." Maya berlalu meninggalkannya setelah mengatakan hal itu. Dalam hati Hani berkata, pantas saja dia yang ditugaskan, ternyata banyak karyawan yang malas jika berhadapan langsung dengan Reza. 
Dengan berat hati, dia mengambil berkas itu dan melangkah keluar. Berjalan menuju ruangan yang hampir setiap hari didatanginya. 
"Kok lemes, Mbak? Sakit?" tanya Agnes.
"Capek."
"Sabar, Mbak. Kerja tuh emang gini. Apalagi kayak aku, punya bos galak kayak si itu ...." Dia menunjuk ruangan Reza yang tertutup rapat. 
Hani tak berniat menanggapi, sudah terlalu sering dia mendengarkan keluhan yang sama. Reza yang galak, disiplin, kaku dan kurang ramah dengan bawahan. Sikapnya yang nge-bossy membuat beberapa orang menjadi sungkan dan menjaga jarak.
"Masuk."
Hani menarik napas berulang kali. Denyut jantungnya sudah tidak normal sejak tadi, semoga tidak terjadi apa-apa. Dia membuka pintu, menyapa lelaki yang masih sibuk mengerjakan sesuatu.
"Letakkan aja," kata Reza singkat, tanpa memandangnya.
Hani menarik napas lega, aman. Dia sabar menunggu hingga berkas itu selesai. 
Reza meletakkan pulpen setelah menanda-tangani semuanya. Seperti biasa, matanya menjelajahi penampilan wanita ini dari atas hingga ke bawah.
Senyum merekah di bibirnya. Kenapa dia selalu tampak cantik, sekalipun berpakaian sederhana. Apakah semua orang yang jatuh cinta seperti itu?
"Permisi." Hani hendak mengambil berkasnya, ketika tangannya kembali ditarik.
Ya Tuhan, apalagi ini?
Reza berjalan mendekatinya. Kali in tanpa banyak bicara, lelaki itu langsung menarik Hani ke dalam dekapannya.
Hani berusaha meronta, melepaskan diri. Tubuh kecilnya tak berarti apa-apa bagi Reza.
"Jangan nolak aku," bisiknya. Reza mengangkat tubuh itu, hingga kini wajah mereka sejajar. Hani membuang muka, tidak mau melihat wajahnya
"Lepas. Kenapa Bapak maksa saya terus?!" katanya setengah membentak. 
"Aku enggak suka ditolak cewek."
"Tapi ini enggak boleh, Pak!" 
"Kamu bisa apa kalau aku maksa?" Lelaki itu tersenyum sinis. 
"Tolong. Jangan!"
"Oke. Tapi ..." Senyum evil menghiasi wajahnya. Inilah yang dia tunggu. 
"Kalau cuma makan siang, saya mau!" Hani memotong ucapannya. Lebih baik begitu, dari pada terus diperlakukan seperti ini karena menolaknya. Dia meronta juga sepertinya tak berpengaruh pada lelaki ini. Justru Reza semakin mengeratkan pelukannya. 
"Kiss."
"Sinting!" umpatnya. Sepertinya Reza memang perlu dibawa ke rumah sakit jiwa. Pasti ada yang error di kepalanya. 
"Kamu ngatain aku?"
"Itu ..."
"Buruan!" Reza mulai mendesaknya.
"Saya nggak mau!" Tangan kecil itu memukul tubuh besar yang mendekapnya. Tidak be-efek apapun. Reza malah semakin senang tubuhnya disentuh. 
"Kenapa? Kamu udah biasa, kan? Masa sekali aja sama aku nggak mau?" Tangan besarnya mengelus pipi. Halus. Harum tubuh dan rambut Hani membuatnya melayang. 
"Saya melakukan itu dengan suami, bukan dengan orang lain!"
Reza tertawa geli. Begitu kuat pendirian wanita ini mempertahankan harga dirinya. Siapapun lelaki itu, beruntung sekali memilikinya.
"Kiss dulu. Baru lepas."
Hani menggeleng. Melihat itu, Setitik air wanita itu jatuh. Apalah lagi yang bisa dilakukan selain menangis, melawan pun tak bisa. Hanya itu satu-satunya cara untuk tetap bisa mempertahankan diri.
Reza akan mengulanginya sekali lagi, ketika dengan cepat Hani menggigitnya. Lelaki itu berteriak kesakitan. Kedua tangannya terlepas kemudian memegang bibirnya yang berdarah. 
Hani dengan sigap mengambil tindakan selanjutnya. Tangannya melayang menampar pipi. Reza merasakan perih pada wajahnya. Si mungil ini ternyata tenaganya kuat juga. Tamparannya cukup keras, hingga pipi Reza memerah. 
Setelah melakukan itu Hani malah ketakutan. Melihat mata Reza yang kini penuh amarah. Lelaki itu tidak terima, karena belum pernah diperlakukan seperti ini oleh wanita manapun sebelumnya. 
Dia kembali menarik tubuh itu. Tindakannya kali ini dikuasai hasrat dan amarah. Hani masih berusaha mempertahankan diri. Ketika Reza lengah, dia melakukan langkah selanjutnya. 
Reza menjerit kesakitan. Saat dia lengah, wanita itu menendang bagian vitalnya. Dia masih terduduk di lantai dengan luka hati yang mendalam. Penolakan Hani meruntuhkan harga dirinya sebagai seorang lelaki yang selama ini digilai banyak perempuan.
Setengah berlari Hani keluar. Teriakan Agnes yang memanggilnya bahkan sudah tidak dipedulikan lagi. Dia segera masuk ke toilet untuk menenangkan diri sebelum kembali ke ruangannya. 
Tiba di sana air matanya jatuh tak tertahankan. Dia merasa terhina diperlakukan seperti itu oleh atasannya sendiri. Tidak menyangka Reza akan berbuat nekat dengan memanfaatkan situasi yang ada.
Harusnya sejak awal Hani sudah curiga dengan adanya meja kopi yang tiba-tiba saja ada di ruangan lelaki itu dalam sekejap. Ternyata dia memasang perangkap. Kebaikan Hani selama ini hanyalah untuk mengakrabkan diri malah dimanfaatkan. 
"Cepatlah pulang, Mas," isaknya. Untunglah pada jam seperti ini, toilet wanita sepi. Tidak ada siapapun, kecuali petugas kebersihan yang sedari tadi mengepel lantai. 
Di ruangannya, Reza duduk termenung sambil meremas rambutnya. Dia benar-benar kesal dengan kejadian tadi. Harusnya dia bersabar sedikit dan tidak memaksakan. Posisinya masih terduduk di lantai dengan luka hati yang mendalam. Penolakan Hani meruntuhkan harga dirinya sebagai seorang lelaki idaman yang selama ini digilai banyak perempuan.
Hani memang jual mahal sekali. Memang suaminya itu punya apa sih? Dia bahkan bisa memberikan materi yang lebih banyak dari yang selama ini suaminya berikan. Apa saja yang Hani mau, asalkan ....
Suatu saat kamu akan menjadi milikku. Tunggu saja hari itu akan tiba. Reza mengepalkan tangannya.

Komentar Buku (11612)

  • avatar
    DITAPUSPAADYTIA

    fix perasan2 seperti di aduk2 antara baper bimbang di lema bingung dan sedih terus bahagia awal suami nya seperti idaman dan retak karna masalah ekonomi meski hubungan sudah lama gak menjamin keutuhan . patut di pelajari kehudupan cerita ini. seperti kayalan tapi terasa di dunia nyata best saya jujur terharu😢 apalagi awal keluarga sempurna masalah selalu ada dikehidupan di setiap cerita ❤

    17/08/2022

      0
  • avatar
    Yona Astuti

    saya suka bnget ceritanya ada kelanjutan gak..soalnya seru menginspirasi banyak bnget pelajaran yg dapet dipetik dari cerita ini..semangat ya semoga makin sukses dan ttap dalam lindungan Allah SWT aamiin☺️

    27/01/2022

      0
  • avatar
    lavoisierrz

    keren banget selalu bikin penasaran buat ngelanjutin ceritanya, bahasanya juga mudah dipahami, semangat kak

    21/01/2022

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru