logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 - Terbongkar

King Stephan menghabiskan banyak waktu untuk menemani dan mejaga Putri Sophia. Ia bersikap layaknya teman hingga Putri Sophia terus merasa nyaman berada di dekatnya. Sang putri kini menjadi lebih periang dari biasa. Ia menceritakan banyak hal kepada King Stephan.
“Berapa usiamu, Zhafran?”
“Dua puluh sembilan tahun, Putri.”
“Kau tak berniat menikah?”
King Stephan memandang mata sang putri. “Saya sedang mencari gadis yang tepat untuk saya nikahi.”
“Tetapi jika kau masih terikat dengan ayah dan tak bisa keluar dari istana ini, bagaimana kau akan mendapatkan gadis itu?”
“Mungkin saya akan mencari orang dalam saja.”
Putri Sophia berhenti menyulam. “Setelah kau menikah, apa kita masih bisa berteman?”
“Ya.”
“Tidak juga tak apa. Aku akan mengerti.” Putri Sophia tersenyum kecil. “Mungkin aku juga akan menikah nantinya. Atau tetap terkurung di paviliun ini seorang diri.”
“Saya akan menemani Anda.”
Kali ini sang putri tertawa geli. “Baiklah. Kalau begitu kuminta kau untuk tak meninggalkanku. Kau sanggup?”
“Ya.”
Jawaban mantap itu membuat senyum Putri Sophia memudar untuk kemudian tersenyum kikuk. “Aku hanya bercanda, Zhafran.”
King Stephan tidak menjawab. Putri Sophia kembali menyulam. Gangguan lain dari seorang dayang datang. Dayang itu berkata bahwa King Stephan harus menemui Raja Handaru di ruang singgasana. Sebelum pergi, King Stephan meminta beberapa pengawal untuk menggantikan perannya menjaga sang putri.
“Sepertinya kau mulai akrab dengan Putri Sophia.” Adalah kalinat pertama Raja Handaru saat King Stephan menghadap.
“Ampun, Yang Mulia. Putri meminta saya bersikap layaknya teman.”
“Kalau begitu bisakah kau membujuknya untuk menerima pinangan Raja Medina?”
King Stephan terdiam. Kepalanya kemudian terangkat. “Maaf atas kelancangan saya, Yang Mulia. Namun, saya pikir Raja Medina tidaklah tepat untuk Putri Sophia. Raja Medina memiliki banyak istri di istananya. Saya yakin sebagai seorang ayah, Yang Mulia pasti tak ingin Putri Sophia bersedih.”
Di luar dugaan, Raja Handaru mengangguk tenang. Raja Whitesands Kingdom itu berdiri dari singgasananya dan berjalan mendekat dengan tenang.
“Aku tahu, Zhafran. Semua yang kau katakan benar adanya. Kulakukan ini hanya agar Sophia marah padaku dan mulai memberontak. Percayalah, daripada melihatnya melamun dan selalu berduka, aku lebih senang bila dia marah dan melawanku.”
King Stephan tidak mengerti dengan maksud perkataan Raja Handaru. Jadi Raja Handaru memang sengaja membuat masalah agar Putri Sophia marah?
“Sophia selalu menganggap dirinya aneh. Aku memperlakukannya berbeda, semata-mata karena aku ingin melindunginya. Semua saudaranya menganggap bahwa aku melakukan diskriminasi dengan lebih mengistimewakan Sophia. Mereka mulai menganggap Sophia musuh. Maka dari itu dengan terpaksa kutempatkan Sophia di Paviliun Timur. Hanya untuk meminimalisir kebencian anak-anakku yang lain padanya.”
King Stephan mulai bisa memahami alasan mengapa Raja Handaru seolah bersikap keras kepada Putri Sophia. Raja Handaru hanya tidak ingin anak-anaknya saling membenci. Terlebih Sophia adalah putri dari sang permaisuri yang pasti sangat Raja Handaru cintai. Tentu saja Raja Handaru ingin Sophia aman, ingin anak-anaknya bersaudara dengan baik.
“Aku memaksanya menerima pinangan Raja Medina hanya agar Sophia melakukan pemberontakan padaku. Agar aku tahu bahwa putriku tumbuh seperti anak-anak lain yang bisa melakukan perlawanan.”
“Saya mengerti, Yang Mulia.”
“Sophia tak bisa membuka dirinya pada siapapun. Kau bisa mengambil hatinya. Jadi kupikir aku tak salah menceritakan ini semua padamu. Usiaku sudah cukup tua, aku sudah lelah menanggung beban ini. Aku ingin Sophia cepat menikah agar dia bisa keluar dari istana ini, sebelum aku meninggal. Bangunlah, Zhafran.”
King Stephan yang menekuk satu lututnya, bangkit sesuai perintah sang raja. Raja Handaru menepuk pundak King Stephan dua kali. King Stephan curiga bahwa Raja Handaru menyadari penyamarannya.
“Kupercayakan putriku padamu. Aku senang melihatnya tersenyum. Mengenai apa yang kukatakan tadi, jadikan itu rahasia.”
“Baik, Yang Mulia.”
“Kau boleh pergi.”
King Stephan keluar dari ruang singgasana. Jenderal Maddhika mencegat dan mengajaknya berbicara di tempat lain.
“Ampun, Yang Mulia. Akhir-akhir ini Anda terlihat sangat dekat dengan Putri Sophia. Maaf jika saya lancang, apakah Anda masih tetap pada tujuan yang semula?”
Ya, untuk mencari permaisuri. Dan tidak, untuk menguasai Whitesands Kingdom. King Stephan merasa keinginannya untuk menguasai Kerajaan Whitesands memudar seiring berjalannya waktu. Ia hanya ingin memperistri Putri Sophia, sekaligus melengkapi elemen kekuatannya. Tanpa menguasai Whitesands Kingdom, dengan menikahi Putri Sophia pun cukup membuatnya bisa mengambil alih kerajaan itu. Namun kini, yang ingin dilakukannya hanya memperistri Putri Sophia.
“Lupakan tujuan yang lain, Jenderal. Satu-satunya tujuanku adalah menjadikan Putri Sophia permaisuriku.”
Keramaian terjadi. Membuat King Stephan dan Jenderal Maddhika memasang sikap waspada. King Stephan berlari ke arah keramaian pengawal berasal. Di tempat tadi Putri Sophia menyulam, sang putri nampak tak sadarkan diri. King Stephan yang memahami bahwa ada penyusup yang mengincar nyawa Putri Sophia lagi, menggertakkan gerahamnya marah. Teringat malam saat ia melihat sekelebat bayangan hitam yang tak berhasil dikejarnya.
“Dapatkan orang itu bagaimana pun caranya, Jenderal,” geramnya yang segera Jenderal Maddhika laksanakan.
King Stephan berderap menyusul para dayang yang membawa Putri Sophia. Di dalam peraduan sang putri, tabib istana sedang berusaha membuat Putri Sophia sadar. Tak lama kemudian, Raja Handaru datang.
“Bagaimana bisa ini terjadi?” seru sang raja marah.
“Ampun, Yang Mulia. Seseorang telah membubuhkan racun ke dalam minuman Putri Sophia.”
“Kumpulkan para dayang yang bertugas menyiapkan makanan dan minuman Putri Sophia, aku akan mengadili mereka segera!”
“Tunggu, Yang Mulia," cegat King Stephan. “Anda tak bisa melakukan peradilan ini sebab belum tentu yang bersalah akan tertangkap.”
Raja Handaru menarik napas tajam. “Zhafran, ikut denganku.”
King Stephan mengikuti Raja Handaru. Mereka bicara emlat mata. King Stephan tak menyangka Raja Handaru akan meminta pendapatnya seorang daripada berbicara dengan para petinggi istana yang lain.
“Ampun, Yang Mulia. Tetapi mengapa Anda begitu mempercayai saya?”
“Karena kau adalah Raja Stephan dari Negeri Zouphirrow.”
Dan kecurigaan King Stephan terbukti. Harusnya ia tahu untuk ukuran raja dengan kerajaan kecil namun dapat menyejahterakan seluruh rakyatnya tanpa terkecuali, Raja Handaru pastilah seorang raja yang hebat. Raja Handaru meminta King Stephan menjadi pengawal Putri Sophia hanya karena King Stephan menyelamatkan sang putri sebanyak satu kali. Raja Handaru memberi kepercayaan untuk membawa sang putri keluar dari istana. Raja Handaru tak melakukan banyak penyelidikan tentang King Stephan dan Jenderal Maddhika. Harusnya King Stephan sadar bahwa Raja Handaru tahu siapa dirinya sejak awal.
***

Komentar Buku (238)

  • avatar
    AhkamAqila

    Sangat menarik! Penulisannya rapi, alurnya teratur, dan diksinya beragam. Sangat nyaman untuk dibaca dan dinikmati sembari bersantai👍🏻 Best of luck, author!

    20/01/2022

      1
  • avatar
    Nur Ellie Syafiqa Iqa

    👍🏻.... 💞

    27d

      0
  • avatar
    AlexAlex

    nice story

    11/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru