logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Part 6

“Sejak kapan Kamu jadian sama Nanda?”
“Ngapain nanya kayak gitu?” Serena membalikkan tubuhnya jadi menelungkup, dia pikir kakaknya batal bertanya kepadanya setelah melihat wajahnya yang kelelahan.
“Kamu enggak di apa-apain kan sama dia? Sadar Ser, Dia itu playboy banyak pacarnya di kantor maupun di luar kantor, kamu siap sakit hati? Tadi kamu ke mana aja?” Rentetan pertanyaan dari kakaknya itu membuat Serena berasa diinterogasi oleh petugas keamanan saja.
“Cuma ke dufan aja kok naik wahana, terus pulangnya mampir makan malam, sudah itu aja, tenang aja dia enggak ngapa-ngapain aku kok, aku bisa jaga diri Mas, pacaran sama Ari lima tahun aja aku enggak pernah berbuat yang aneh-aneh.”
Pras seperti menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan, sebagai lelaki dia tahu perbedaan Ari dan Nanda. Untuk urusan pacaran sepertinya Nanda lebih terbuka dan sedikit nakal. Dia hanya tidak ingin adik yang baru ditemukannya ini mengalami sakit hati karena ditinggal Nanda begitu saja seperti beberapa wanita lain yang secara tak sengaja diketahuinya. Siapa lagi kalau bukan Marco yang memberinya gosip itu.
“Pokoknya kalau kamu sampai kenapa-kenapa sama dia, aku enggak akan lepasin dia, inget itu Ser.”
“Mmmm,” gumam Serena, dan beberapa detik kemudian Serena sudah pulas tertidur, Pras menyelimutinya dengan penuh kasih sayang, sesaat dia memandangi wajah pulas adiknya itu. Hatinya terasa sedikit sakit, pantas saja waktu itu dia merasa ada yang beda dari Serena, awalnya dia mengira bahwa dia jatuh cinta lagi dengan wanita lain, tapi ternyata tidak, perasaan itu menunjukan adanya ikatan batin antara kakak beradik yang tak pernah bertemu sebelumnya.
Pantas saja rasanya dia ingin menolong dan melindungi Serena, ungkapan dan sikap Serena yang berani malam itu membuatnya tertarik dan mungkin saat itulah perlahan Tuhan membuka tabir antara ikatan mereka berdua.
***
Hari-hari yang tak diinginkan bagi Serena pun datang juga, hari Senin, aktifitas kantor telah mulai, pagi-pagi dia sudah melihat Nanda menggandeng Bella, wanita cantik yang bekerja sebagai sekretaris direksi tepat dihadapannya, dan dia hanya tersenyum ke Serena.
Ingin Serena meninju mukanya saat itu juga, tapi diurungkan niatnya itu. Dan siang hari ketika makan siang Nanda makan bersama Rina, karyawan bagian wardrobe artis. Itu pun dilakukan di depan Serena, sore harinya Nanda menawarkan tumpangan untuk pulang ke Serena, namun Serena menolaknya, dia membawa motor sendiri hari ini.
Dia pikir Nanda akan sadar kalau dia sedang merajuk, namun tak lama seorang wanita menghampiri Nanda dan menggandengnya, wanita yang entah bernama siapa? Serena tak mengenalnya. Astaga segitu playboynya Nanda? Akhirnya Serena pulang sambil bersungut-sungut sebal, dia menyetel musik sangat kencang di kamarnya, tak perduli Viana menggedor-gedor karena besok mau ujian di sekolah dan dia membutuhkan ketenangan.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Nanda sudah menampakkan batang hidung di depan rumah Serena, sedang berbincang dengan Ayah serena yang juga akan berangkat kerja, sementara Serena baru saja keluar, dia tak tahu ada Nanda karena pria itu tidak mengirimi pesan teks untuk memberitahunya bahwa dia akan menjemput Serena pagi ini.
“Nah itu Serena sudah keluar, ya sudah Om tinggal dulu ya,” pamit ayah Serena, Nanda tersenyum sopan dan mengangguk.
“Iya om, hati-hati di jalan,” ucap Nanda menyalami ayahnya Serena, membuat bibir Serena semakin manyun.
“Mau ngapain Kamu?”
“Mau jemput pacar lah, masa mau antar koran haha,” ujar Nanda terbahak. Sangat garing, bahkan Serena tidak tersenyum sedikitpun.
“Enggak ah, nanti yang ada pulangnya aku disuruh jalan sendirian lagi?” Serena melipat kedua tangannya ke dada, tiba-tiba Nanda mengeluarkan bunga dari belakang celananya, setangkai bunga mawar berwarna putih.
“For you,” ucap Nanda dengan senyum mautnya membuat Serena meleleh, selama ini dia belum pernah mendapatkan setangkai bungapun dari Ari.
“Hari ini, aku full sama kamu.” Nanda mengambil helm dan memakainya, dia segera menggandeng tangan Serena dan mengajaknya menaiki motor besarnya itu. Sepanjang perjalanan Nanda menggenggam tangan Serena, kecuali jika dia terpaksa harus memegang kopling motornya. Pagi itu berjalan indah sekali. Serena pun mengetatkan pelukannya ke Nanda. Dia mencoba tidak peduli dengan kekasih Nanda yang lain.
“Oiya kamu sudah tahu belum?” tanya Nanda.
“Apa?” ujar Serena setengah berteriak karena suara Nanda yang tidak terlalu terdengar jelas.
“Ari hari ini akan nyebar undangan pernikahan,” ucap Nanda dengan suara lebih keras, mengalahkan desau angin.
“Ari?” tanya Serena.
“Iya, aku kasih tahu aja biar kamu enggak terlalu kaget nanti.”
“Ari?” tanya Serena lagi, lebih kepada memastikan ke dirinya sendiri. Nanda melihat perubahan wajah Serena dari kaca spionnya. Membuatnya yakin bahwa Ari belum menceritakan hal ini ke pada Serena sebelumnya.
Sejujurnya Serena cukup terkejut, bukankah mereka belum satu tahun putus? Namun Ari sudah berkomitmen dengan wanita lain. Bukan berarti Serena masih mencintainya, rasa itu memang dipastikan telah hilang, dia hanya merasakan sebuah perasaan yang sulit dijelaskan, yang membuatnya merasa rendah diri. Apakah dia seburuk itu selama menjalin hubungan dengannya, hingga tak pernah ke luar kata pernikahan dalam hubungan mereka?
“Kenapa? Kok diam?” tanya Nanda.
“Enggak apa-apa hanya sedikit kaget aja, nikah sama siapa?”
“Teman kantor juga, nanti kamu juga tahu yang mana orangnya. Jangan bilang kamu belum move on?” goda Nanda membuat Serena mendengus dan semakin mengeratkan pelukannya.
“Jangan ngaco,” cibirnya. Nanda tertawa mengusap lembut jemari Serena yang melingkar di perutnya.
Sesampainya di kantor, Nanda terus saja menggandeng tangan Serena seakan memamerkannya ke semua orang di sana bahwa dia mempunyai satu lagi kekasih. Sebenarnya Serena agak canggung, dia merasa seperti orang bodoh yang sudah tau kekasihnya itu playboy tapi masih saja mau jadi pacarnya. Namun hati kecil Serena juga membuatnya ingin dipublikasikan seperti kekasih Nanda lainnya.
Sementara itu, di kejauhan Pras melihat mereka berdua dengan tangan bersedekap, disampingnya ada Marco, sepertinya Pras terlihat marah melihat kelakuan Nanda yang sudah kelewatan batas.
Serena dan Nanda berpisah tepat di depan ruang kerja Serena, Nanda tak sengaja berpapasan dengan Ari yang membawa surat undangan. Nanda menepuk bahu Ari dan tersenyum lalu dia membiarkan Ari menghampiri kekasihnya itu.
“Ri?” tanya Serena. Ari menyodorkan surat undangan dengan wajah sedikit rasa bersalah. Bahkan dia tak juga mengucapkan sepatah kata pun.
“Maaf,” ujar Ari seraya menunduk. Serena mengerti tujuan dari permintaan maaf Ari terhadapnya.
“Enggak apa-apa Ri, memang kita enggak berjodoh, mau dibilang apa?” kekeh Serena berusaha menghibur Ari dan dirinya sendiri mungkin.
“Selama ini, sebenarnya orang tua aku kurang setuju hubungan kita, itu sebabnya aku enggak bisa mengajak kamu menikah, mereka mengenalkan aku ke wanita anak dari kenalan mereka, rupanya wanita itu bekerja di sini juga, kamu pasti pernah bertemu dengannya. Dan keluarga kita berdua meminta kita untuk segera menikah. Sekali lagi maafin aku ya Ser, aku sama sekali enggak selingkuh selama kita berhubungan, aku hanya enggak mau membawa kamu ke penderitaan jika kita menikah tanpa restu. Kamu berhak mendapat pria yang jauh lebih baik dari aku,” ucap Ari dengan nada sedih.
Serena tersenyum dan menepuk bahu Ari. Ari mengangkat wajahnya menatap wanita yang tampak jauh lebih cantik sekarang. Wanita yang pernah amat sangat dicintainya, namun seiring berjalannya waktu rasa cintanya itu kian pudar. Dia juga merasa ragu, apakah hatinya menginginkan Serena untuk menjadi istrinya? Dan ke raguan itu yang membuat hubungan mereka kian renggang meski sudah lama menjalin hubungan.
Ari pun berpamitan pada Serena dengan senyumnya yang tampak terpaksa, dia takut menyakiti Serena meskipun dia juga tahu bahwa Serena tidak lagi memiliki perasaan khusus kepadanya, dia hanya tak mau Serena malu karena dia menikah lebih dahulu seolah meninggalkan Serena untuk wanita lain. Serena terlalu baik untuk menjadi bahan gosip, meskipun memang rentetan peristiwa sudah membuatnya menjadi bahan bulan-bulanan dan pusat perhatian.
***

Komentar Buku (46)

  • avatar
    SintaNeng

    sangat seru

    06/08

      0
  • avatar
    RaAnggra

    lumayan juga

    20/07

      0
  • avatar
    RibetRibot

    senang skali

    09/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru