logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 Bertemu

Rutinitas pagi Draga bagi semua orang mungkin terkesan sangat monoton terlalu penuh perhitungan hingga terlihat mengerikan, sangat terorganisir dan yang pasti terlalu perfeksionis, begitu pula menurut Yara, saat memperhatikan Draga yang sedang bersih-bersih dan menata rumah dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan adik sepupunya itu. Setiap inci rumah Draga begitu tertata bahkan terukur dengan begitu seksama, Tidak kurang dan tidak lebih, kesejajaran, kesetaraan dan kesenadaan menjadi hal mendasar di setiap sudut rumah Draga.
"Apa kau tidak pergi ke psikiater lagi? sepertinya gejala OCD mu belum membaik?"
Yara yang sudah berpakaian santai dan hanya duduk menonton sang pemilik rumah sedang merapikan setiap sudut ruangan akhirnya jengah dan menghampiri Draga yang sedang menata vas bunga beberapa foto dan lilin aromaterapi.
"Aku baik-baik saja."
Draga menjawab tenang sambil tetap fokus menata dan membersihkan ruangan dengan vacum cleaner, lap bersih dan desinfektan.
"Bagaimana dengan emosi mu? apa masih terkendali?"
Yara ingat betul kejadian waktu sekolah tingkat atas dulu, saat itu teman Draga tidak sengaja menggeser posisi tempat makannya saat di kantin sekolah dan Draga melempar nampan yang penuh dengan makanan itu kearah temannya dan memintanya membawakan lagi nampan makanan baru dan meletakkannya di tempat sebelum nampan makanan itu bergeser dengan isi menu yang harus sama.
"Sebaiknya kau konsultasi rutin, Bagaimana jika hari ini? kau tidak ada kegiatan dan lagi pula sekarang bukannya kau libur bekerja?" Yara mencoba membuat Draga pergi ke psikiater.
"Aku tidak sempat." Draga menjawab tanpa menoleh.
"Harus sempat." Yara menghampiri Draga dan membuatnya berhenti beraktivitas.
"Jadwal ku penuh." Draga mengacuhkannya.
"Harus di batalkan beberapa." Yara tetap menghalangi langkah Draga.
"Kau wanita keras kepala."
Draga mulai kesal berdebat dengan Yara.
"Kau memang tidak sayang diri sendiri, mau bagaimana nanti jika kau akan menikah membangun hidup baru? ini demi kebaikan mu, aku akan mengantar mu, cepat berkemas."
Yara kemudian pergi ke kamarnya, dia mengenakan jeans santai dengan kemeja lengan panjang putih polos dan topi baseball yang senada.
"Pakai mobil ku."
Draga paling tidak suka menggunakan atau naik kedalam mobil orang lain tapi entah jika dalam keadaan darurat.
Perjalanan memakan waktu setengah jam menuju dokter psikiater yang sudah merawat Draga dari belasan tahun lalu. Tidak lupa Yara juga sudah melakukan reservasi terlebih dahulu jadi tidak perlu menunggu antrian.
"Selamat siang Dr.Alana."
Yara menyapa dengan hangat terlebih dahulu, sedangkan Draga hanya berdiri kaku dan tersenyum canggung di belakang Yara.
"Wah... sudah lama sekali aku tidak melihat kalian, dan ternyata kalian tumbuh dengan baik, Draga juga semakin tampan, apa kau ingin konsultasi dengan ku?"
Sang dokter yang sudah tau maksud kedatangan mereka langsung mengajak Yara dan Draga ke ruang konsultasi.
Dengan sangat keibuan Dr.Alana memulai sesi konsultasi secara pribadi dengan Draga, dia mulai mengarahkan Draga untuk bercerita mengungkapkan yang ada di pikiran dan perasaannya, serta memberitahukan kegiatan sehari-hari yang dia lakukan dan berapa banyak dia berinteraksi dengan orang lain.
"OCD mu masih cukup dominan, kau harus tau cara-cara menangani OCD, untuk saat ini kita hanya bisa menangani, untuk kesembuhan total itu kau yang menentukan."
Draga terdiam dan hanya tersenyum canggung tanpa komentar apapun.
"Aku akan meresepkan obat Antidepresan dan Ansiolitik, tapi usahakan kau meminumnya hanya saat keadaan mu tidak terkontrol, lalu nanti kita coba beberapa terapi seperti Terapi Kelompok dukungan, Terapi perilaku kognitif, Terapi aversi, Psikoedukasi dan Terapi perilaku emotif rasional, kita akan coba satu per satu."
Dr.Alana tersenyum ramah setelah menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk menangani OCD Draga.
Setelah semua selesai Yara dan Draga berpamitan dengan Dr.Alana.
"Aku lapar."
Yara bersuara, setelah sejak tadi hanya terdiam.
"Kau yang traktir."
Draga mengambil keputusan sendiri, meminta Yara untuk mentraktirnya makan.
"Dasar anak kecil." Yara menggerutu ke arah Draga yang hanya mendapat tanggapan senyum sinis.
Akhirnya mereka tiba di sebuah restoran mewah nan megah, Draga dan Yara masuk bersama dengan Yara merangkul lengan Draga seperti pasangan kekasih, jika orang yang melihat salah mengartikan hubungan mereka.
Mereka pun duduk di meja yang sudah di booking Yara saat dalam perjalanan melalui telpon. Suasana mewah dan elegan restoran tersebut membuat siapapun nyaman berlama-lama menyantap hidangan di sana.
"Kau selalu boros."
Draga mengeluarkan pendapatnya.
"Ya! ini semua demi kenyamanan mu adik manis..."
Yara seolah berbicara dengan seorang anak kecil. Namun apa yang dilakukan Yara dengan memesan restoran mewah adalah memang demi Draga, karena pria OCD itu tidak suka tempat kumuh dan keramaian.
"Hentikan itu, kau hanya lebih tua 15 bulan dari ku."
Draga sedikit terganggu dengan sikap Yara yang terus menggodanya.
Akhirnya suasana makan pun berlangsung tenang, setelah Yara berhenti mengganggu adik sepupunya itu.
Setelah selesai menyantap hidangan Yara pamit untuk pergi ke toilet, sekedar merapikan diri. Di toilet Yara menambahkan makeup tipis dengan sedikit liptint, saat Yara sedang mengaplikasikan liptint tiba-tiba seorang gadis tanpa sengaja menabrak bahunya membuat liptint merah itu menetes ke kemeja putih yang dia kenakan.
"Maafkan aku, aku sedang mencari sesuatu didalam tas ku jadi aku tidak sengaja menabrak mu, maafkan aku?"
Gadis itu meminta maaf pada Yara dengan sungguh-sungguh sambil menyimpan ekspresi nya yang seperti sedang menahan sakit.
"Harusnya kau bisa berhenti sejenak untuk fokus mencari benda apapun itu didalam tas mu agar tidak terjadi hal yang merugikan orang lain."
Yara berucap dengan tatapan dingin menusuk, setelah itu Yara mencoba membersihkan sedikit demi sedikit tetesan liptint itu di kemeja putihnya, namun hasilnya malah menambah parah noda merah itu.
Yara mulai frustasi dan menatap gadis itu, dia tidak mempedulikan ketukan seseorang dari luar.
"Sekarang kau lihat hasil dari kecerobohan mu? kalau sudah begini bagaimana cara mu bertanggung jawab?" Yara menunjuk-nunjuk noda liptint merah yang malah semakin melebar di kemeja putihnya didepan wajah gadis itu. Namun ketukan pintu toilet itu menambah jengkel Yara.
Pintu terbuka dan seorang pria tampan masuk untuk memberikan sebuah bungkusan pada seseorang dan seseorang itu ternyata gadis di hadapannya. Yara terkejut saat melihat pria itu namun dia mencoba bersikap biasa.
"Bagaimana jika kakak tunggu disini? biar dia membelikan pakaian ganti untuk kakak." Gadis itu menawarkan solusi dengan penuh rasa bersalah.
Namun tanpa gadis itu sadari bahwa sebenarnya dia sudah di acuhkan, karena tatapan Yara terus tertuju lurus pada pria itu dengan dingin dan sedikit berkaca-kaca.
"Tidak perlu."
Tanpa diduga Yara membuka kancing kemejanya satu per satu dengan gerakan tergesa-gesa, beruntung saat itu Yara mengenakan Crop top hitam tanpa tali sebagai bagian dalam kemejanya, lalu dengan santai dia membuang kemeja itu kedalam tong sampah dan berlalu meninggalkan gadis yang masih ternganga melihat tindakan Yara.
Namun saat Yara melangkah melewati pria itu, raut wajahnya terlihat seperti akan menangis. Yara pun keluar dari toilet bergegas kembali ke mejanya dan saat melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa, terasa benda hangat menutupi tubuhnya dengan aroma maskulin yang sangat kuat.
"Tutup tubuh mu, diluar dingin."
Si pria mengenakan jasnya ke tubuh Yara, Jas itu terlihat kebesaran namun Yara tak menolak dan juga tak menoleh sedikitpun, dia terus berjalan menyusuri lorong restoran menuju mejanya.
Si Pria hanya bisa melihat punggung itu menjauh dengan tatapan sendu dan penuh rindu.
"Art, maafkan aku merepotkan mu, aku tidak tahu kalau datang bulan ku datang lebih awal."
Gadis itu ternyata Dhandeli yang sudah membuat Yara membuang kemejanya.
Dhandeli menatap Arthem dan mengikuti arah pandangannya, dia bingung apa yang sebenarnya Arthem lihat dengan pandangan aneh seolah akan meledak oleh sesuatu perasaan.
"Apa yang sedang kau lihat Art?"
Dan Arthem pun tersadar saat Dhandeli menepuk bahunya dan memanggilnya kembali
"Tidak ada, oh ya apa kemeja wanita itu masih ada di toilet ?"
Dhandeli mengangguk, Arthem kemudian setengah berlari masuk ke toilet yang kebetulan kosong dan mengambil kemeja Yara yang teronggok di atas tempat sampah.
"Apa Arthem sedang jatuh cinta pada pandangan pertama? aneh sekali sikapnya saat melihat wanita tadi."
Dhandeli bergumam dan menyusul Arthem.
Draga sudah menghela nafas berkali-kali menunggu Yara kembali dari toilet, dan saat sosok yang dia tunggu datang dengan wajah yang begitu muram, dia yang sejak tadi hendak mengeluarkan kata-kata protes menjadi tertahan seketika dan raut wajahnya berubah penuh kekhawatiran.
"Kita pulang."
Draga langsung menarik Yara ke luar restoran menuju mobilnya yang terparkir di depan restoran.

Komentar Buku (104)

  • avatar
    Wan Wandix

    jahgejgakudna

    8d

      0
  • avatar
    SakinahImratus

    cukup bagus

    20/08

      0
  • avatar
    FarhanLambao

    kisah ini sangat seru

    18/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru