logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 15 Yes

Danny sebenarnya sangat tidak menyukai pesta perpisahan. Di mana kegiatan seru - seruan akan berakhir dengan prakata sedih yang membuatnya ingin menangis seperti ini. Apalagi saat Lucas memeluknya lama sekali. Semakin membuatnya ingin menangis kencang. Chris memegangi kedua pipi Danny, sempat menjadikan Lucas dan Matthew salah paham karena menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.
Ia menghapus air mata di pipi Danny, memberinya sebuah kecupan kecil pada ujung hidungnya yang merah seperti Rudolph. Baru memeluknya erat. Kemudian Danny beralih pada Minara, ia sudah kenal dengannya sejak satu setengah taun yang lalu. Minara sudah seperti kakak kandungnya sendiri.
"Why you so sad? Bayi gue ya ampun." Minara mendekap kepala Daniella ke dadanya.
Sampai pada Matthew, bukannya menangis. Danny malah tak bisa menahan tawanya. Iya, lucu sekali harus berpura - pura sedih seakan tak akan bertemu lagi. Padahal jelas - jelas ia masih berada dalam rumah yang sama. Danny tidak memberi Matthew sebuah pelukan. Justru mengulurkan tangan, mengajaknya berjabat tangan dan itu membuat Matthew cemberut.
Minara terkekeh, bagaimanapun tidak mungkin kan seorang karyawan memeluk atasannya saat perpisahan. Apalagi di depan karyawannya yang lain. Danny mengeluarkan hadiah perpisahannya.
Mengulurkan kotak cantik pada tiap orang di ruangan. Termasuk Matthew.
"Wow!" Lucas menatap Danny dan kembali memeluk sahabatnya. Ia mendapat parfum solid dan jam tangan.
"Bakalan gue pake sampe buluk," ujar Chris mengusak rambut Daniella.
Ketika semua berbahagia karena kado dari Danny. Matthew justru bingung, ia tak menemukan apapun di dalam kotak hadiahnya. Ia mengantongi benda itu dalam diam.
***
Danny baru saja selesai mandi setelah pintu kamar terketuk.
"Hei. Mas," sapa Danny.
"Mau ngomong sama kamu. Enaknya di mana?" Tanya Matthew.
"Mau di living room?" Sahut Danny. Matt mengangguk, terlebih dahulu menuruni tangga.
Danny duduk di sofa yang tak jauh dari Matthew. Pria itu tengah menyelonjorkan kakinya sembari memilah channel tv.
"Gimana tadi makan - makannya?" Tanya Matthew tanpa melihat Danny.
"Ya enak lah mas. Mas sih tadi nggak ikutan," kata Danny memeluk bantal sofa.
Selepas perpisahan tadi, Daniella mengajak seluruh personil untuk makan malam bersama di China Town. Tapi, Matthew tidak ikut karena ada urusan di kantor pusat atas permintaan Miley. Matthew membenarkan posisi duduknya. Kemudian mengeluarkan kotak kosong pemberian Danny. Sekarang gadis itu mengerti kenapa sedari tadi Matthew terlihat bad mood. Ia berusaha menahan tawa.
"Gimana hadiahnya? Suka?" Danny menatap Matthew.
"Kamu ngapain ngasi aku kotak kosong?" Balas Matthew jutek.
"Enak aja! Itu ada isinya lagi mas," kata Danny memasang tampang serius.
"Coba aja kamu liat sendiri." Matthew menatap kotak di hadapan mereka berdua.
Danny meraih kotak silver itu, kemudian tersenyum. Membuat Matthew tak mengerti apa arti senyuman Daniella barusan.
"Mas nggak bisa liat ya? Ini isinya sayang sama cinta aku ke mas tau. Udah ah, aku ngantuk. Good night mas."
Danny merasakan kegelian di seluruh tubuhnya sehabis menggombal. Dengan cepat ia menaiki tangga untuk masuk ke kamar. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Menghentak hentakkan kedua kakinya sehingga menimbulkan bunyi pantulan per tempat tidur.
"Dannyy. Lo barusan ngapain sih? Bego bego bego." Danny menutup wajahnya menggunakan bantal.
Knock knock
Danny langsung bangun, merapikan stelan piyama satin pendeknya. Pastilah Matthew yang mengetuk.
"Al." Panggil Matthew karena Danny tak kunjung membuka pintu.
"Uda tidur ya? Hmm, good night," lanjut Matthew berniat pergi.
Danny membuka pintunya pelan, menyembulkan kepala dari sela pintu untuk menilik keadaan. Karena tak dapat menemukan Matthew, ia keluar dari kamar. Memastikan jika pria itu sudah kembali ke kamarnya sendiri.
"Aku masih di sini." Suara berat Matthew membuat Danny terkejut.
Ternyata Matt bersandar pada dinding sebelah kamar Danny.
"Hehe. Mas." Daniella merapikan rambutnya asal, grogi.
"Aku nggak nyangka," balas Matthew masih memutar kotak hadiah dari Daniella.
Danny memandangi Matthew tak mengerti.
"Rasa sayang sama cinta kamu ke aku kecil banget. Cuma segini?" Matthew bertukar pandang dengan Danny.
"Eyes on me." Danny membuka kotak itu di tapak tangan Matthew.
Mengambil barang tak kasat mata, lau mendekatkannya ke bibir. Seolah meniup balon, ia memasang mimik muka kesusahan karena kehabisan nafas. Satu tangannya terangkat, seakan meminta jeda. Tangannya yang lain memegangi ujung balon fiktif. Danny kembali meniup, kemudian mengikatnya. Kedua tangan terentang, mencoba menampakkan wajahnya dari balik benda besar.
"Keliatannya memang kecil. Tapi, aslinya lebih dari itu. Nih." Daniel melempar balon perasaannya pada Matthew.
Matthew tertawa, menarik Danny ke dalam pelukannya.
"Mas. Aku nggak janji bisa jadi pacar yang baik buat kamu. Tapi, kita belajar ngedampingin satu sama lain sama - sama ya?"
Matthew menatap Danny.
"Akupun begitu. Aku juga nggak sempurna. Tapi, kita bisa saling melengkapi. Get it?" Matthew mengusap pipi Daniella.
Gadisnya mengangguk, kini Matthew dapat melihat indahnya galaksi dalam tatapan Danny.
"Sekarang mas boleh cium kamu secara baik - baik dan nggak bar bar kayak kemarin - kemarin? Duh, pokoknya mas minta maaf atas ciuman kasar tempo hari ya Al."
Matthew mendadak malu mengingat kejadin yang sudah lalu.
"Baru kali ini ada cowok mau nyium aja minta ijin dulu. Iya, boleh. Mas Matthew sayang." Danny tertawa.
Matthew memiringkan sedikit wajahnya agar leluasa menempelkan bibirnya ke bibir Danny. Mereka berdua memejamkan mata, menikmati setiap lumatan demi lumatan yang membuat bibir keduanya basah.
"Mmmmh." Danny terlebih dahulu melepas pagutan.
Melihat ekspresi kekasihnya membuat Matthew menautkan kedua alis.
"Kakiku kesemutan," ucap Danny berhenti berjinjit.
Matthew terbahak, ia kira telah melakukan kesalahan. Matt meraih kepala Danny, mengecup kening gadis itu gemas.
"Tidur sana, udah malem." Matt masih memegangi kepala bagian belakang Daniella.
"Iya. Good night, bee," tutur Danny.
Mereka bahkan tak dapat melepaskan pandangan saat harus pergi ke kamar masing - masing untuk beristirahat. Menenangkan detak jantung yang tak karuan. Menaikkan suhu ac karena merasakan panas yang tak biasa. Namanya juga jatuh cinta.

Komentar Buku (2781)

  • avatar
    Rg Magalong

    Sana Mas madali

    11d

      0
  • avatar
    yantiely

    😭😫

    22/07

      0
  • avatar
    PratamaZhafran

    aku sama sekali tidak bosan membaca ini dengan ska

    12/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru