logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 12 Jalan Yuk?

Another Lovely Day~
Matthew bangun lebih pagi, berhubung mobilnya masih berada di bengkel. Jadi, ia harus memakai kendaraan umum untuk sampai ke kafe. Setelah mengunci pintu juga merapatkan jaket. Ia bersiap melangkahkan kakinya menusuri beberapa blok. Tatapannya terpaku pada sosok lucu memakai cardigan berwarna hijau pastel di depannya. Mereka tak terlalu dekat. Tapi, tidak terlalu jauh juga. Jarak antara keduanya sekitar tiga meter saja.
Headset dusty purple yang terpasang pada telinganya kini menggantung di leher. Ia melambaikan tangan kanannya untuk menyapa seorang nenek. Kadang sosok itu berhenti, menyempatkan diri bermain dengan Golden Retriever atau Samoyed yang berpapasan dengannya. Ternyata wanita ini cukup terkenal di sekitaran komplek rumahnya.
"Katherine. Oh My God. Hey cutie."
Matthew kembali berhenti, masih menjaga jarak. Mengamati Daniella menyapa wanita bernama Katherine dan berkenalan dengan warga baru yang tak lain adalah putri kecilnya. Matt melihat jam tangannya, pantas saja Danny selalu berangkat pagi. Ia punya banyak jadwal selama perjalanan.
Setelah Danny meneruskan langkah. Matt turut menyapa Katherine dan menyentuh pipi si kecil Daisy. Lalu melanjutkan perjalanannya. Gadis di depannya itu kini bersenandung, tidak. Lebih tepatnya berkaraoke sembari menggerakkan anggota tubuh seiring nada. Matt khawatir Danny akan terkilir karena gerakannya terlalu energic.
Mereka berdua menaiki bis beriringan. Tapi, tampaknya Daniella belum sadar jika sedari tadi Matt ada bersamanya. Laki - laki itu menahan punggung Danny yang hampir terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangannya di dalam keramaian bus.
"Mas?" Danny menatap Matt tak percaya.
"Good mornin beautiful," sapa Matt masih meletakkan satu tangan di punggung Daniella.
Mereka berdua terdiam, menikmati cepatnya pemandangan yang berlalu selama bisa melaju.
"Mobilku lagi di bengkel." Matt seakan tahu pertanyaan yang akan meluncur dari bibir Danny.
Gadis itu tertawa kecil, lalu memberi tahu Matthew jika mereka harus turun di halte selanjutnya. Danny merasa kikuk berjalan beriringan dengan Matthew seperti ini. Tak ada percakapan lebih lanjut. Sesekali Danny menoleh, mendapati Matthew tersenyum menampakkan lesung pipi. Padahal matahari belum tinggi, kenapa rasanya panas sekali?
***
Sesampainya di kafe, Danny mengambil kunci dari dalam saku. Membuka pintu dan mempersilahkan Matt masuk terlebih dahulu. Sementara ia mengaktifkan speaker bluetooth dan mengatur koneksi akun musik online dari handphonenya. Matthew memasuki ruang kerjanya yang ada di lantai dua. Melepas jaket, urung menekan tombol on pada ipad. Ia malah membuka pintu kerjanya lebar. Mendengarkan musik apa yang kali ini Danny putar.
Sekarang terdengar suara Danny ikut menyanyi. Matt tak kuasa menahan tawa, melihat gadis itu kini tengah menggunakan sapu sebagai standing microphone. Menari kesana kemari, menimang benda merah jambu dalam pelukan. Bahkan ia menabrak salah satu kaki meja karena terlalu menghayati. Ia mematung saat Matt menyilangkan kedua tangan di depan dada. Menatap Danny dari ujung tangga.
Matt mendekat, mengambil alih sapu dari tangan Danny dan meletakkannya di sudut ruangan. Tangan kanannya meraih tangan kanan Daniella. Kemudian ia menaruh tangan kiri Danny di bahu kirinya. Sementara tangan kirinya menyentuh pinggang partner dansanya.
"Ready?" Tanya Matt ketika lagu mulai mengalun.
Danny menatap ujung kakinya, takut kalau kalau akan menginjak kaki Matt selama berdansa.
"I'll catch you if you fall. Don't worry." Perkataan Matt membuat Dannya mengangkat dagu, kini pandangan kedua insan itu bertemu. Senyuman mengembang pada wajah masing - masing.
Memori Danny beberapa taun lalu kembali mengisi pikirannya. Terakhir kali ia berdansa dengan sang ayah saat umurnya 16 taun. Masih memakai seragam osis SMA. Sepulang sekolah, ia mendapati ayahnya tengah mencoba alat piringan hitam. Walaupun penat, Danny tersenyum ketika cinta pertama dalam hidupnya mengulurkan tangan.
Danny menyandarkan pipi ke bahu Matthew. Pantang baginya menangis di pagi hari.
"Sabtu pagi kita jalan ke Victoria Park yuk," ajak Matthew menempelkan ujung hidung ke rambut Danny, wangi mint tercium sangat segar.
Danny tak menjawab.
"Kita harus mulai mengenal satu sama lain biar nanti wawancaranya lancar." Matthew berbisik, memastikan jika Danny tak tersinggung atas ajakan kencannya setelah penolakan cintanya tempo hari.
"Modus. Bilang aja mau ajak aku kencan." Danny menjauhkan wajah dari bahu Matt, menatapnya tajam.
"Yakan kalo aku bilang gitu nanti kamu nggak mau." Matt mencebikkan bibir.
"Trus aku harus mau apa nggak?" Danny berusaha membuat Matt menatapnya. Tapi, pria itu malah memutar tubuhnya. Kemudian menangkap tubuh tak seimbang Danny dalam pelukannya setelah berputar.
Danny terbahak, hampir saja jantungnya copot karena takut Matt akan membiarkannya jatuh.
"Iya. Aku mau." Danny melingkarkan kedua tangan di leher Matthew.
Matthew berusaha memotong jarak antata wajahnya dan Danny. Terdengar suara sapaan Lucas dari luar. Membuat mereka berdua segera menjauhi satu sama lain dengan cepat. Danny mengambil lap dan semprotan dari sisi meja. Ia harus membersihkan dinding kaca kafe. Sementara Matthew sibuk memanggang biji kopi untuk esspressonya.
***
Hari ini mereka kedatangan dua orang karyawan baru. Lia dan Jaz, usianya beberapa tahun lebih muda di bandingkan Danny dan itu membuatnya bahagia. Serasa punya dua adik perempuan. Sesuai dengan instruksi Minara. Danny dan yang lainnya akan mengajari semua hal mengenai Nusantara Coffee kepada Newbie.
Daniella melihat Matthew yang menuruni tangga lengkap dengan jaket dan tas notebook di tangan. Minara menyenggol lengan Danny.
"Kalo kerja matanya jangan kemana – mana."
Danny hampir saja menelan permen karetnya yang tengah ia kunyah. Ia terbatuk, berusaha meludahkan benda itu pada tisyu. Minara tertawa, menepuk punggung Danny. Kemudian menuangkan segelas air. Danny mencubit paha managernya karena kesal.
"Oh iya. Ini gue isi aja kan? Nanti lo yang certified? Perlu apa aja buat dokumen pendukungnya?" Minara mengacungkan form 888 yang baru saja Danny emailkan padanya.
"Fotokopi biopage/halaman depan passport sama bukti visa permanent residen di granted aja kak. Nanti tinggal temennya Mas. Hadeh, maksud aku temennya Pak Matthew yang certified," kata Daniella.
"Panggil mas aja lagih. Kan bentar lagi uda jadi alumni sini." Minara mencoba menggoda Daniella lagi.
"Pergi sana! Aku mau kerja!" Usir Danny.
"Galak pisan euy. Eh, Kia ada kabar kabar ke lo nggak?" Minara mengalihkan pandangannya dari handphone.
Danny menggeleng, sudah setengah bulan studio foto milik Kiana tutup. Tak ada yang bisa menghubunginya. Membuat Wilmer hampir tiap hari menghabiskan waktunya di bar jika pekerjaannya sedang tidak hectic. Kemarin Alex yang mengantar Will pulang. Menggagalkan rencana kencan antara Alex dan Minara saat itu.
"Kalo lo takut sama pernikahan nggak Dan?" Tanya Minara pelan.
"Apa yang mau di takuttin? Takut salah milih? Takut nggak sadar baru cocok? Takut nanti nggak bisa jadi istri sama ibu rumah tangga yang baik?"
Minara terdiam, Danny sudah menyebutkan semuanya.
"Kalo terus takut. Ya nggak bisa bahagia kak. Mau sampe kapan lari dari tantangan? Ya anggap aja menikah itu tantangan. Cuma bertahap tantangannya, dari sendiri jadi berdua, nanti bertiga. Dari dewasa, tua sampe sahabatan sama malaikat pencabut nyawa. Nggak selamanya gampang, nggak selamanya sulit juga asal ada komunikasi dan kerja sama yang excellent dari kedua belah pihak. Pasti bisa."
Minara terdiam, kemudian mencubit pipi Daniella gemas. Karyawannya yang satu ini memang bijak dalam pemikiran. Jarang kan ada anak broken home mempunyai jiwa besar seperti ini?
"Sok tua kamu. Kalo gitu kamu dong nikah sama Matthew. Uda cukup umur kan?" Minara melihat Danny masih mengusap pipinya yang merah.
"Dia cuma jadi sponsor partner visa aku ya kak. Belum tentu jodoh kaleeee," kata Danny menggembungkan kedua pipi.
"Sotoy! Tuhan denger lho." Minara tertawa, begitu juga Danny.

Komentar Buku (2781)

  • avatar
    Rg Magalong

    Sana Mas madali

    11d

      0
  • avatar
    yantiely

    😭😫

    22/07

      0
  • avatar
    PratamaZhafran

    aku sama sekali tidak bosan membaca ini dengan ska

    12/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru