logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 Starting to Miss

Seperti biasa, sebelum berangkat sekolah anak-anak berkumpul bersama dimeja makan untuk
sarapan rame-rame. Suasana disana begitu akrab dan berkeluarga. Saling tawa canda bersama
tanpa ada perbedaan apapun.
Senyum Keyren terhenti ketika melihat kedatangan Lexy yang begitu cerah dipagi hari. Tidak
biasanya Lexy datang ke meja makan, biasanya Keyren atau pengurus lainnya yang datang
mengantarkan makanan untuknya, tapi pagi ini berbeda. Dia datang dengan senyum dinginnya
berjalan mendekati meja makan dan disambut oleh bunda Ita dengan sangat ramah "Selamat
pagi, senang sekali melihatmu sudah semakin membaik. Ayo sini, sarapan bersama kita.
Duduklah disamping Keyren." pinta bunda Ita secara tidak langsung memposisikan Keyren
sebagai umpan. Namun memang betul, kursi disamping Keyren kosong jadi tidak salah kalau
bunda Ita memberikan tempat untuk Lexy dikursi kosong tersebut.
Lexy mengangguk pelan lalu menuju kursi tersebut dan duduk dengan tenang, sementara
Keyren yang masih teringat ucapan Lexy malam itu membuat dirinya canggung didekat lelaki
ini.
Keyren meneguk segelas air putih diatas meja tanpa memandang kearah Lexy yang meliriknya,
dia takut jika gejolak-gejolak dalam hatinya muncul lagi. Kemudian Lexy melihat hidangan di
meja dan cukup tertarik untuk memakannya,lalu dia melihat disekelilingnya saat ini.
Suasananya beda, berbeda ketika dia berada dirumah. Setiap hari dia makan dimeja makan
sendiri tanpa siapapun. Tidak ada kebisingan atau keramaian apapun. Hanya ketenangan.
Sementara disini berbeda jauh, ditambah lagi suasana kekeluargaan begitu kental dirasakan.
Ada yang menarik-narik lengan Lexy, pandangan Lexy langsung mengarah kelengannya dan
mendapati Cleo disana dengan membawa sepiring nasi yang ditemani tumis buncis dan
sepotong ayam goreng "Apa kakak mau aku suapi?" tawar Cleo begitu polos membuat Lexy
mengangkat alis, bahkan belum ada orang lain yang dengan sopan bertanya dulu jika ingin
menyuapinya "Kata kak Key, jika sakit harus banyak makan juga biar cepat sembuh" tambah
bocah kecil itu.
Sebenarnya diam-diam Keyren memperhatikan Cleo dan Lexy tetapi ketika Lexy tersadar dirinya
sedang diperhatikan lalu menoleh, Keyren lekas-lekas buang muka berlagak acuh tak
memperhatikannya. Tapi Lexy terlalu cerdik, dia bisa membaca situasi dengan baik.
Lexy mengangguk lalu membuka mulut lalu Cleo menyuapinya dengan senyum lebar. "Kata
kamu...aku harus tidur dengan siapa biar cepat sembuh?" tanya Lexy kepada Cleo.
"Kakak harus tidur dengan kak Key." sahut Cleo menuding Keyren yang sedang minum langsung
tersedak habis sementara Lexy tersenyum puas menggoda perempuan ini.
"Key, kamu kenapa? Pelan-pelan..." tegur bunda Ita yang ternyata tidak mendengar ucapan
Cleo barusan. Beliau lagi sibuk berbincang-bincang dengan yang lain. Untung saja.
Cleo dan Lexy lagi berbisik-bisik tidak jelas disamping Keyren yang jadi penasaran. Lalu Cleo
mendekati Keyren dan meminta Keyren membungkuk kemudian Cleo berbisik ke telinganya.
"Kakak, kasihan kak Lexy..." Keyren mendongak melihat Lexy yang memperhatikannya dengan
penuh tanda tanya "kak Lexy masih sakit, tidurlah dengan kak Lexy supaya biar cepat sembuh
seperti aku..." mata Keyren langsung terbelalak, tak kalah kagetnya seperti malam itu.
Mulutnya menganga lebar-lebar tidak percaya, bocah berumur empat tahun sudah diajari
bicara yang tidak sopan seperti itu.
Keyren mengecup kening Cleo lalu tersenyum menyembunyikan malu yang sangat amat
"kembalilah ketempat dudukmu dan sarapan, ok." Cleo dengan patuh berlari kembali ke
kursinya lalu Keyren pergi meninggalkan meja makan. Sekali lagi, Lexy sangat puas membuat
perempuan itu ketakutan. Bukan ketakutan karena akan dibunuh, tetapi ketakutan yang belum
dia mengerti.
Keyren menutup pintu kamarnya dengan perasaan tidak karuan. Oh astaga kakak...apa yang
terjadi dengan Keyren. Pikirannya kacau, dia terus memikirkan Lexy tanpa henti. Ketika Lexy
tidak terlihat, dia mencari dimana keberadaan Lexy tetapi ketika Lexy berada dekat dengannya,
gejolak dalam dirinya muncul, dekupan jantungnya tidak teratur, terasa mati kutu, bahkan tidak
tau apa yang harus dilakukan kecuali lari dan menjauh darinya.
Glek, terdengar suara pintu tertutup membuat Keyren terlonjak kaget dan berbalik badan
mencari tahu siapa yang masuk kamarnya. Lexy??! mata Keyren kelayapan dan bertanya-tanya
kenapa Lexy datang dan masuk kamarnya begitu saja. "Ap, apa yang mas lakukan disini??"
gagap Keyren melangkah mundur sementara Lexy berjalan mendekatinya.
Rasanya Keyren berlari saja menjauh dari laki-laki yang bertampang dingin ini, tetapi belum
sempat lari tangannya ditarik Lexy dengan cepat sehingga tubuhnya menubruk sebidang dada
Lexy. Begitu dekat, Lexy menunduk melihat Keyren yang terpana sekejab kemudian berniat
menjauh namun gerakannya bisa terbaca oleh Lexy yang lebih cepat melingkarkan tangannya
ketubuh Keyren dengan protektif sembari tersenyum manis. Oh, benar-benar manis sekali
senyuman yang dimiliki Lexy. Sungguh pemberian Tuhan yang sangat indah.
"Apa kamu takut?"
"Le, lepaskan aku."
Lexy kembali tersenyum manis "Ada apa?" godanya "apa kamu mendengar Cleo?" memancing
gejolak dalam diri Keyren.
"Kamu...apa kamu tidak berpikir kalau kata-kata mas tadi sangat tidak baik didengar apalagi
diucapkan oleh anak kecil." protes Keyren sembari memberontak agar tangan Lexy melepasnya
namun Lexy cukup kuat sehingga tidak memerlukan tenaga ekstra untuk Keyren.
"Oh ya? yang aku tau...aku mendapatkan saran itu dari bocah yang berumur empat tahun itu"
godanya.
Benar juga apa yang dikatakan Lexy, tetapi maksud mereka berbeda. "Tetapi itu..."
"Keyren apa kamu melihat Lex..." Selly terdiam ketika dia membuka pintu kamar mendapati
Lexy yang dia cari sedang bersama Keyren dalam posisi yang cukup dekat bahkan tangan Lexy
melingkari tubuh Keyren.
Keyren terlonjak tetapi Lexy tidak melepaskan tangannya malah tersenyum manis kepada Selly
dan menyapanya "Hai, Selly."
Tersenyum canggung sembari melihat Keyren yang mengernyit sambil geleng-geleng kepala.
"Ok, sebaiknya aku ke kamar dan menunggumu disana, Selly." barulah Lexy melepas tangannya
lalu keluar dengan senyuman puas.
Selly menutup pintu sembari mengangkat kedua tangannya bertanya-tanya. Keyren duduk
dibibir tempat tidur sembari memegangi kepala. Mungkin dia merasa seperti tersengat aliran
listrik yang amat dasyat "Gue nggak ngerti, Sell. Gue rasa dia sudah mulai gila karena luka
dikepalanya." memijat kecil kepalanya.
Selly duduk disamping Keyren penuh tanda tanya "Lalu, tadi?" mempertanyakan apa yang baru
dia lihat.
Menoleh kearah Selly "tadi apa? aku saja enggak tau kenapa dia begitu." bingung sendiri.
"Aku rasa, Lexy bukan orang biasa. Maksudku..." memegang lengan Keyren "dia bisa bicara
dalam bahasa Prancis." lanjutnya.
Membuka mata lebar-lebar "Yah, aku juga tahu itu. Aku dengerin dia ngobrol begitu luwes
pakai bahasa Prancis. Dan dia...dia terlihat menakjubkan..." lagi-lagi Keyren terbawa emosi
karena membayangkan Lexy. Selly melirik aneh dan bertanya "kamu suka sama dia?" tanpa
sadar dengan senyum kesemsem nganggukin kepala tanpa ragu. "Really??" seru Selly cukup
terkejut.
Keyren mengangkat bahu belum yakin akan perasaannya, tapi yang dia tahu hanya selalu
memikirkan Lexy saat ini.
******
Hari ini sedikit berbeda rasanya, apalagi ketika tanpa sengaja Lexy dan Keyren berpapasan di
dapur. Keyren sudah berancang-ancang ngumpulin tenaga cepat-cepat lari kalau Lexy tiba-tiba
berbuat aneh seperti kemarin.
Ternyata dugaan Keyren beleset, ketika mereka berdua berpapasan, Lexy sama sekali tidak
meliriknya apalagi memandangnya. Laki-laki itu hanya berjalan menuangkan air putih kedalam
gelas lalu berlalu sembari meneguk minumannya tanpa memperdulikan siapa yang ada
dihadapannya. Bahkan mungkin tidak menganggap Keyren ada didepannya. Aneh.
Bahkan tidak hanya didapur saja, beberapa hari ini sikapnya menjadi berubah. Dia tidak banyak
bicara dan terlihat begitu dingin, tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya. Apa karena
efek dari luka dikepalanya? jadi membuat dirinya kurang normal. Entahlah.
Perban dikepala Lexy pelan-pelan dilepas oleh Selly penuh teliti. "Aku harap, kepalamu tidak
sering sakit lagi. Jangan terlalu banyak berpikir, itu bisa mempengaruhi kepalamu." tutur Selly
menggulung perban. "Kamu tinggal dimana Lexy?" tanpa melihat kearah Lexy lalu suasana
menjadi hening. Selly menoleh karena lelaki itu tidak langsung menjawab "Tinggal dimana?"
mengulang pertanyaanya.
Lexy berdehem kemudian berkata "Apa kamu datang jika aku mengundangmu kesana?"
Mengerutkan kening sembari tersenyum "Tentu." sahut Selly penuh tanda tanya sedangkan
Lexy tersenyum simpul.
******

Komentar Buku (306)

  • avatar
    LuthfiLuthfi

    seru juga

    15d

      0
  • avatar
    YyyNnn

    novel ini menarik saya penasaran dengan pembacaanya

    20/08

      0
  • avatar
    Asrul Gea

    aku mau 💎 diakun Facebook aku udah like dan sucribe

    23/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru