logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 Almost Close

Lexy berusaha bangun dari tempat tidur meski kepalanya masih terasa sakit. Ia harus tau,
dimana dirinya sekarang dan hrus segera menghubungi Herman. Tersadar tangannya merasa
lebih ringan dan bebas, pandangannya langsung mengarah ke bekas infusnya.
Bearti Selly sudah datang lagi dan melepas infusnya. Berapa lama ia tertidur sampai-sampai
tidak mengetahui kalau infusnya sudah dilepas.
Beberapa saat kemudian terdengar pintu terbuka, pikirannya yang penuh tanda tanya terpecah
begitu saja lalu menatap kearah pintu dan berpikir siapa yang masuk.
"Apa kamu tidak bisa ketuk pintu dulu?" seru Lexy yang tidak suka orang lain masuk kamarnya
sebelum ketuk pintu.
Tentu perkataan Lexy yang terkesan dingin dan sok berkuasa itu sangat menyebalkan. Dan
Keyren pun yang membawa beberapa tumpukan baju tak kalah ketusnya.
"Aku kira mas masih tidur." Tapi Lexy masih dengan dinginnya tidak merespon balik. "ini aku
bawain baju. Ini baju kakakku yang belum sempat dia pakai, jadi ini masih baru." Tambah
Keyren menjelaskan maksud dan tujuannya masuk kedalam kamar itu. Mata dingin Lexy
mengarah pada baju yang dilingkari lengan Keyren.
“Apa ini rumah mu?” tanya Lexy ingin tahu.
“Bukan. Ini panti asuhan.” Jawab Keyren yang membuat Lexy berpikir sejenak.
"Ponselmu bisa dibuat telepon?" tanya Lexy tanpa basa-basi.
Entah kena mantra apa Keyren patuh begitu saja. Ia merogoh kantong celananya untuk
mengambil ponsel lalu memberikannya kepada Lexy.
Tanpa membuang waktu, Lexy memasukkan sebuah nomor, sementara Keyren masih
mematung menunggu Lexy selesai menggunakan ponselnya.
Herman begitu terkejut mendengar suara Lexy dibalik telepon, nada suaranya terdengar lega
"Oh astaga Lexy...Apakah ini benar-benar dirimu?" memastikan ini bukan sarbotase. Dan saat
mendengar Lexy berbicara menggunakan bahasa prancis, Herman yakin dan bahkan benar-
benar yakin kalau ini adalah Lexy.
Bahasa apa yang digunakan laki-laki ini. Keyren mengernyitkan kening tidak mengerti apa yang
dikatakan Lexy. Sementara Lexy menceritakan kejadian malam itu sampai diditolong oleh
wanita yang ingin ia bunuh. Herman cukup terkejut, lalu bertanya apakah Lexy masih mau
membunuh wanita yang sudah masuk kedalam list targetnya sedangkan wanita itu telah
menyelamatkan nyawanya. Saat ini Lexy belum bisa menjawabnya, dia masih belum tau apa
yang harus dilakukan kepada wanita itu.
Herman memutuskan mengirim pengawal untuk Lexy, ia tidak mau hal buruk terjadi pada Lexy.
Herman sangat lega masih bisa berbicara dengan bos-nya ini. Meski Lexy menolaknya tetapi
Herman tetap bersikeras mengirim beberapa pengawal. Dengan kekeras kepala-an pelayan
setianya ini, Lexy tidak bisa menghalangi niat baiknya, namun Lexy hanya meminta agar orang
yang dikirim Herman tidak begitu mencolok saat mengawalnya.
Lexy meminta Herman supaya menangkap kelima orang yang telah mengeroyoknya malam itu.
Dia bilang bahwa salah satu dari mereka mengambil jam tangan miliknya, dia mau jam
tangannya kembali beserta kelima orang itu hidup-hidup. Karena hanya Lexy yang pantas
membunuh mereka.
Setelah Lexy puas mengatakan semuanya, barulah Herman memberikan kabar yang kurang baik
didengar. Bahwa kabar yang beredar kalau Lexy sudah mati dan beberapa investasinya dijarah
oleh sekutu yang ketakutan. Markus pun berhasil mengambil alih pasar.
Lexy menutup teleponnya sembari menerawang kesal, banyak yang mengambil keuntungan
atas menghilangnya Lexy beberapa hari ini. Hal ini benar-benar menyulut emosinya dan tidak
sabar menghancurkan semua. Sangking terbawanya emosi, ia banting ponsel itu sekuat tenaga
hingga hancur tak karuan.
Keyren yang masih terpesona memperhatikan gaya bahasa Lexy yang begitu menawan
menggunakan bahasa ala prancis, seketika terbelalak kaget saat ponselnya hancur di lantai.
"Oh demi Tuhan, apa masalahmu sampai membanting handphone gue??!!" seru Kyren
memandang handphone-nya yang hancur lebur. Tetapi Lexy tidak menggubris, pikirannya
malah ngelayar mencari cara mengatasi semua masalahnya.
Keyren yang masih sibuk memunguti belahan ponsel-nya terus bersumpah serapah penuh
umpatan. Sementara pria dingin itu tidak memperdulikan semuanya, ia justru sibuk dengan
dirinya sendiri.
"Tidak ada gunanya kamu memunguti itu." Ucap datar Lexy yang sudah berdiri tepat didepan
Keyren yang masih memunguti sisaan belahan ponselnya.
"Terus? Apa...." kepala Keyren mendongak keatas, dan seketika berhenti bicara sambl
mengatupkan rahangnya. Seolah-olah tersihir dalam sebuah rasa yang entah dia juga tidak
mengerti. Pipinya langsung berubah merah padam melihat pemandangan didepannya begitu
beda dari yang lain, bahkan tidak pernah melihat sedekat dan seintim ini.
Lexy dengan santainya membiarkan separuh tubuh bagian atas terbuka begitu saja tanpa rasa
malu meski ada seorang wanita yang sangat gugup tidak karuan menelan saliva.
Cepat-cepat Keyren bangkit, dan berdiri tepat dihadapan Lexy yang begitu menawan
memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Waow, sungguh sempurna bentuk tubuh
pria ini. Keringat dingin dan rasa yang aneh seperti menyerangnya namun ia tutupi dengan lagi-
lagi menelan saliva. Oh ya Tuhan, semua ini bisa membuatnya gila. Bagaimana tidak, semua
yang ada didepannya begitu menawan dan menggoda.
Sebenarnya Lexy mengetahui apa yang sedang dirasakan Keyren. Ia memang sengaja membuat
wanita polos ini mati gaya dan bahkan lebih dari itu. Tetapi Lexy tidak menyangka respon
wanita ini terlihat berlebihan. Pipi Keyren yang memerah tidak bisa disembunyikan, bahkan
gelagatnya sangat aneh ketika berhadapan dengan Lexy. Wanita itu tidak berani menatap
wajah Lexy yang begitu mempesona, tetapi ketika Keyren memandang lurus, justru mendapati
sebidang dada yang menawan. Oh my God, Keyren bener-bener seperti orang gila.
"Aku butuh baju yang kamu pegang dari tadi." Ucap Lexy yang tiba-tiba suaranya berubah
sensual.
Dengan jantung yang seperti genderang, segera Keyren memberikan baju itu. Dengan berlahan
Lexy mengambil satu baju itu lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Keyren dan berkata lirih
disana. "Sebaiknya kamu jaga jarak denganku. Jika tidak, niat untuk membunuhmu akan muncul
lagi." Bisiknya begitu sensual tetapi mampu membuat bulu kuduk berdiri.
Dengan tatapan tak kalah tajam, Keyren menatap Lexy lalu pergi sambil tertunduk malu keluar
dari kamar. Oh my God. So hot.
Melihat kepergian Keyren yang terbirit-birit itu membuat Lexy tersenyum simpul. Cukup
menggelikan kalau melihat ekspresi Keyren tadi. Kalau saja Monica atau wanita lain yang
diperlakukan seperti ini, pasti mereka malah mencubunya. Sementara Keyren malah seperti
orang gila dan buru-buru menjauh darinya.
******
Ditengah menikmati cuci piring, tiba-tia ada suara di samping telinga. "Kamu bisa menggunakan
ini dulu." Tentu saja Keyren cukup terlonjak kaget dan langsung berbalik badan dengan tangan
kanan yang seakan memegang jantungnya.
"Astaga..." sekilas menutup mata "bikin jantungan saja." protesnya seketika terhenti saat
melihat Lexy bertelanjang dada lagi dengan celana berbahan ringan berwarna hitam sepanjang
kakinya.
Lagi-lagi Lexy mendapati ekspresi aneh dari Keyren, dan membuat Lexy semakin
menggencarkan niatnya untuk bermain-main dengan wanita polos itu. Ia pun berjalan
mendekati Keyren. Sementara wanita itu melangkah mundur berusaha menjaga jarak.
Setelah taka da jalan lagi karena Keyren sudah menumbur dinding, Lexy pun tersenyum lancip
dengan tatapan tajam. Terlihat jelas Keyren ketakutan dan was-was sampai pada akhirnya Lexy
menyodorkan sebuah box kepadanya.
"Apa ini?" suara Keyren terdengar gemetar.
"Terimalah, ini sebagai ganti ponselmu yang aku rusak." Jawab Lexy yang kemudian
menjauhkan diri dari wanita itu.
"Serius?" Keyren mencoba meyakinkan diri "tapi...dari mana kamu dapat secepat ini?"
tatapannya berubah menyidik.
"Aku hanya tidak mau ada hutang budi." ucap Lexy masih saja terdengar dingin "ambil"
“Ok, jika kamu memaksa.” Sahut Keyren menerima dengan penuh tanda tanya dan keraguan.
Darimana lelaki ini mendapatkan ponsel baru sedangkan dia belum keluar dari panti semenjak
kejadian malam itu.
Lexy berbalik badan berniat pergi namun dicegah oleh Keyren "Boleh aku menanyakan
sesuatu?" Lexy terhenti lalu dengan elegan menoleh kearah Keyren yang seketika terpana.
Keadaan hening sejenak karena Lexy tidak langsung menjawabnya. "Ok, dengan secangkir kopi
manis. Aku tunggu diluar." sahut Lexy kemudian berjalan lalu tanpa memberi kesempatan
Keyren bertanya.
Diluar? semalam ini? Apa dia enggak kedinginan tidak memakai baju? pikir Keyren sembari
mengangkat bahu kemudian membuat dua cangkir kopi manis.
Angin malam ini cukup tenang dan hening, tetapi tidak setenang dan sehening hati Keyren yang
bercampur aduk, berkecamuk entah emosi apa yang dia rasakan. Ingin tersenyum bahagia
tetapi juga ingin berteriak karena sikap Lexy yang seperti bunglon. Terkadang dia merasa Lexy
seperti ancaman baginya, seperti sesuatu yang sangat bahaya dan harus berhati-hati
dengannya namun disisi lain, matanya seperti memiliki medan magnet yang kuat sehingga dia
tidak bisa berpaling dari Lexy yang begitu tampan dan menawan. Keyren selalu berpikir tidak
mungkin dia jatuh cinta dengan laki-laki hanya dilihat dari fisiknya saja tetapi harus dilihat dari
hatinya juga. Bahkan sikap dan gaya bicara Lexy sangan dingin dan kejam, bisa saja Lexy bukan
pria yang baik. Tapi, ketampanan Lexy, oh demi Tuhan...dia benar-benar tampan, bahkan
teman-teman kampusnya tidak ada yang setampan Lexy.
Setelah menyesep kopi panas kemudian menaruk dimeja depan dengan suara parau
memecahkan keheningan malam ini "Apa yang mau kamu tanyakan?"
Astaga, karena sibuk memikirkan hatinya yang bergejolak tidak jelas, Keyren lupa mau bertanya
apa. Raut mukanya gelapan mencoba mengingat apa pertanyaannya tadi sementara Lexy hanya
melirik dingin tanpa respon. "Oh ya." baru kembali ingat "malam itu, ya...malam itu sebenarnya
apa yang terjadi?" memandang penuh penasaran.
"Aku dirampok" jawaban yang singkat jelas dan padat. Sementara Keyren cukup kaget "kenapa
malam itu mas melarangku memanggil polisi atau ambulan?" mata Lexy menyipit melihat
Keyren.
"Apa kamu keberatan?"
"Bukan. Cuma aneh aja. Dalam kondisi sekarat seperti itu mas tidak mau dibawa ke rumah
sakit." Saat ini Lexy belum menyiapkan jawaban untuk itu, lalu Lexy mengernyit sembari sedikit
mendesah sakit "Mas kenapa?" cemas Keyren
"Tidak apa-apa, kepalaku tiba-tiba sakit." memegang kepalanya menahan sakit.
"Oh astaga, maaf. Seharusnya aku tidak terlalu banyak bertanya. Maaf, maaf "kebingungan
sembari memegangi lengan Lexy dengan cemas "sebaiknya kita masuk kedalam aja, dan
menyelimutimu. Mungkin kamu juga kedinginan." mengajak Lexy bangkit dari duduk.
"Tidak...tidak..." menahan tangan Keyren "aku masih ingin disini. Biarkan aku bersandar
dipundakmu." Lexy memposisikan kepalanya dipundak Keyren dengan mata terpejam.
Tertegun, menelan ludah. What's going on??? dekup jantung Keyren benar-benar tidak karuan.
Dia sama sekali tidak bergerak sedikitpun, terlihat kaku dan kaku. Sementara Lexy yang
mengetahui apa yang sedang dirasakan Keyren hanya tersenyum simpul. Dia memang sengaja
melakukan itu, dia sengaja mempermainkan perasaan Keyren, dengan ketampanan yang dia
miliki pasti Keyren tidak bisa menahan gejolak dihatinya.
Setelah Lexy mengetahui siapa yang sudah menolongnya. Dia memutar otak, dia tidak mungkin
membunuh Keyren bahkan perempuan ini merawatnya dengan sangat baik. Dia tidak bisa
membunuh orang yang menyelamatkan nyawanya yang tidak meminta imbalan. Tapi, dia tidak
bisa meloloskan daftar orang yang akan dia bunuh. Lalu dari situlah terpikir oleh Lexy, dia
memanfaatkan ketampanannya untuk membunuh hati Keyren. Memberikan rasa dimana
Keyren akan bergejolak kebingungan tentang apa yang dia rasakan sehingga membuat Keyren
tidak bisa jauh dari Lexy, dan ketika itu terjadi Lexy akan mencampakannya begitu saja dengan
kenangan yang tidak akan bisa Keyren lupakan bersama Lexy, selamanya. Sehingga hati Keyren
mati karena tidak bisa mencintai laki-laki lain kecuali Lexy.
Dalam mata terpejam Lexy berbicara dengan nada yang sangat lembut "Tadi aku bertemu
dengan anak yang bernama Cleo." kepala Lexy sedikit menggeliat mencari posisi nyaman
dipundak Keyren yang masih diam seperti patung dengan penuh kecanggungan yang
menyerang dirinya. "dia bilang, kalau mau cepat sembuh...aku harus tidur bersamamu..." Mata
Keyren terbelalak lebar dan sangat terkejut sekaligus malu mendengar ucapan Lexy yang vulgar
itu "haruskah aku menidurimu dulu supaya cepat sembuh?" seketika dengan pipi yang
memerah bangkit dari duduknya membiarkan kepala Lexy kehilangan sandaran kepala.
Dengan tenang Lexy membuka matanya lalu duduk tegap melihat Keyren yang merah padam
tidak karuan "kenapa?" tanya Lexy tanpa punya rasa malu sudah berbicara tidak sopan "aku
hanya bertanya? jika kamu tidak keberatan...aku tidak masalah." lanjut Lexy semakin membuat
Keyren tidak bisa berkata hanya ekspresi bodoh dan aneh yang dia tunjukan.
Dalam hati Lexy tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi yang keluar dari Keyren, dia sangat
puas telah mempermainkan Keyren seperti ini. Bahkan mungkin lebih puas daripada
membunuhnya. Dia sudah membayangkan jika dia melakukan lebih untuk mempermainkan hati
Keyren pasti akan lebih menyenangkan.
Keyren tidak bisa lama-lama lagi bersama Lexy, sebuah kesalahan besar mengajak Lexy
berbicara lalu tanpa ada kata Keyren melangkah pergi meninggalkan Lexy sendiri. Setelah
Keyren masuk kedalam Lexy tersenyum puas melakukannya. Ada kepuasan tersendiri selain
membunuh Keyren.
******

Komentar Buku (306)

  • avatar
    LuthfiLuthfi

    seru juga

    15d

      0
  • avatar
    YyyNnn

    novel ini menarik saya penasaran dengan pembacaanya

    20/08

      0
  • avatar
    Asrul Gea

    aku mau 💎 diakun Facebook aku udah like dan sucribe

    23/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru