Lexy berusaha bangun dari tempat tidur meski kepalanya masih terasa sakit. Ia harus tau, dimana dirinya sekarang dan hrus segera menghubungi Herman. Tersadar tangannya merasa lebih ringan dan bebas, pandangannya langsung mengarah ke bekas infusnya. Bearti Selly sudah datang lagi dan melepas infusnya. Berapa lama ia tertidur sampai-sampai tidak mengetahui kalau infusnya sudah dilepas. Beberapa saat kemudian terdengar pintu terbuka, pikirannya yang penuh tanda tanya terpecah begitu saja lalu menatap kearah pintu dan berpikir siapa yang masuk. "Apa kamu tidak bisa ketuk pintu dulu?" seru Lexy yang tidak suka orang lain masuk kamarnya sebelum ketuk pintu. Tentu perkataan Lexy yang terkesan dingin dan sok berkuasa itu sangat menyebalkan. Dan Keyren pun yang membawa beberapa tumpukan baju tak kalah ketusnya. "Aku kira mas masih tidur." Tapi Lexy masih dengan dinginnya tidak merespon balik. "ini aku bawain baju. Ini baju kakakku yang belum sempat dia pakai, jadi ini masih baru." Tambah Keyren menjelaskan maksud dan tujuannya masuk kedalam kamar itu. Mata dingin Lexy mengarah pada baju yang dilingkari lengan Keyren. “Apa ini rumah mu?” tanya Lexy ingin tahu. “Bukan. Ini panti asuhan.” Jawab Keyren yang membuat Lexy berpikir sejenak. "Ponselmu bisa dibuat telepon?" tanya Lexy tanpa basa-basi. Entah kena mantra apa Keyren patuh begitu saja. Ia merogoh kantong celananya untuk mengambil ponsel lalu memberikannya kepada Lexy. Tanpa membuang waktu, Lexy memasukkan sebuah nomor, sementara Keyren masih mematung menunggu Lexy selesai menggunakan ponselnya. Herman begitu terkejut mendengar suara Lexy dibalik telepon, nada suaranya terdengar lega "Oh astaga Lexy...Apakah ini benar-benar dirimu?" memastikan ini bukan sarbotase. Dan saat mendengar Lexy berbicara menggunakan bahasa prancis, Herman yakin dan bahkan benar- benar yakin kalau ini adalah Lexy. Bahasa apa yang digunakan laki-laki ini. Keyren mengernyitkan kening tidak mengerti apa yang dikatakan Lexy. Sementara Lexy menceritakan kejadian malam itu sampai diditolong oleh wanita yang ingin ia bunuh. Herman cukup terkejut, lalu bertanya apakah Lexy masih mau membunuh wanita yang sudah masuk kedalam list targetnya sedangkan wanita itu telah menyelamatkan nyawanya. Saat ini Lexy belum bisa menjawabnya, dia masih belum tau apa yang harus dilakukan kepada wanita itu. Herman memutuskan mengirim pengawal untuk Lexy, ia tidak mau hal buruk terjadi pada Lexy. Herman sangat lega masih bisa berbicara dengan bos-nya ini. Meski Lexy menolaknya tetapi Herman tetap bersikeras mengirim beberapa pengawal. Dengan kekeras kepala-an pelayan setianya ini, Lexy tidak bisa menghalangi niat baiknya, namun Lexy hanya meminta agar orang yang dikirim Herman tidak begitu mencolok saat mengawalnya. Lexy meminta Herman supaya menangkap kelima orang yang telah mengeroyoknya malam itu. Dia bilang bahwa salah satu dari mereka mengambil jam tangan miliknya, dia mau jam tangannya kembali beserta kelima orang itu hidup-hidup. Karena hanya Lexy yang pantas membunuh mereka. Setelah Lexy puas mengatakan semuanya, barulah Herman memberikan kabar yang kurang baik didengar. Bahwa kabar yang beredar kalau Lexy sudah mati dan beberapa investasinya dijarah oleh sekutu yang ketakutan. Markus pun berhasil mengambil alih pasar. Lexy menutup teleponnya sembari menerawang kesal, banyak yang mengambil keuntungan atas menghilangnya Lexy beberapa hari ini. Hal ini benar-benar menyulut emosinya dan tidak sabar menghancurkan semua. Sangking terbawanya emosi, ia banting ponsel itu sekuat tenaga hingga hancur tak karuan. Keyren yang masih terpesona memperhatikan gaya bahasa Lexy yang begitu menawan menggunakan bahasa ala prancis, seketika terbelalak kaget saat ponselnya hancur di lantai. "Oh demi Tuhan, apa masalahmu sampai membanting handphone gue??!!" seru Kyren memandang handphone-nya yang hancur lebur. Tetapi Lexy tidak menggubris, pikirannya malah ngelayar mencari cara mengatasi semua masalahnya. Keyren yang masih sibuk memunguti belahan ponsel-nya terus bersumpah serapah penuh umpatan. Sementara pria dingin itu tidak memperdulikan semuanya, ia justru sibuk dengan dirinya sendiri. "Tidak ada gunanya kamu memunguti itu." Ucap datar Lexy yang sudah berdiri tepat didepan Keyren yang masih memunguti sisaan belahan ponselnya. "Terus? Apa...." kepala Keyren mendongak keatas, dan seketika berhenti bicara sambl mengatupkan rahangnya. Seolah-olah tersihir dalam sebuah rasa yang entah dia juga tidak mengerti. Pipinya langsung berubah merah padam melihat pemandangan didepannya begitu beda dari yang lain, bahkan tidak pernah melihat sedekat dan seintim ini. Lexy dengan santainya membiarkan separuh tubuh bagian atas terbuka begitu saja tanpa rasa malu meski ada seorang wanita yang sangat gugup tidak karuan menelan saliva. Cepat-cepat Keyren bangkit, dan berdiri tepat dihadapan Lexy yang begitu menawan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Waow, sungguh sempurna bentuk tubuh pria ini. Keringat dingin dan rasa yang aneh seperti menyerangnya namun ia tutupi dengan lagi- lagi menelan saliva. Oh ya Tuhan, semua ini bisa membuatnya gila. Bagaimana tidak, semua yang ada didepannya begitu menawan dan menggoda. Sebenarnya Lexy mengetahui apa yang sedang dirasakan Keyren. Ia memang sengaja membuat wanita polos ini mati gaya dan bahkan lebih dari itu. Tetapi Lexy tidak menyangka respon wanita ini terlihat berlebihan. Pipi Keyren yang memerah tidak bisa disembunyikan, bahkan gelagatnya sangat aneh ketika berhadapan dengan Lexy. Wanita itu tidak berani menatap wajah Lexy yang begitu mempesona, tetapi ketika Keyren memandang lurus, justru mendapati sebidang dada yang menawan. Oh my God, Keyren bener-bener seperti orang gila. "Aku butuh baju yang kamu pegang dari tadi." Ucap Lexy yang tiba-tiba suaranya berubah sensual. Dengan jantung yang seperti genderang, segera Keyren memberikan baju itu. Dengan berlahan Lexy mengambil satu baju itu lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Keyren dan berkata lirih disana. "Sebaiknya kamu jaga jarak denganku. Jika tidak, niat untuk membunuhmu akan muncul lagi." Bisiknya begitu sensual tetapi mampu membuat bulu kuduk berdiri. Dengan tatapan tak kalah tajam, Keyren menatap Lexy lalu pergi sambil tertunduk malu keluar dari kamar. Oh my God. So hot. Melihat kepergian Keyren yang terbirit-birit itu membuat Lexy tersenyum simpul. Cukup menggelikan kalau melihat ekspresi Keyren tadi. Kalau saja Monica atau wanita lain yang diperlakukan seperti ini, pasti mereka malah mencubunya. Sementara Keyren malah seperti orang gila dan buru-buru menjauh darinya. ****** Ditengah menikmati cuci piring, tiba-tia ada suara di samping telinga. "Kamu bisa menggunakan ini dulu." Tentu saja Keyren cukup terlonjak kaget dan langsung berbalik badan dengan tangan kanan yang seakan memegang jantungnya. "Astaga..." sekilas menutup mata "bikin jantungan saja." protesnya seketika terhenti saat melihat Lexy bertelanjang dada lagi dengan celana berbahan ringan berwarna hitam sepanjang kakinya. Lagi-lagi Lexy mendapati ekspresi aneh dari Keyren, dan membuat Lexy semakin menggencarkan niatnya untuk bermain-main dengan wanita polos itu. Ia pun berjalan mendekati Keyren. Sementara wanita itu melangkah mundur berusaha menjaga jarak. Setelah taka da jalan lagi karena Keyren sudah menumbur dinding, Lexy pun tersenyum lancip dengan tatapan tajam. Terlihat jelas Keyren ketakutan dan was-was sampai pada akhirnya Lexy menyodorkan sebuah box kepadanya. "Apa ini?" suara Keyren terdengar gemetar. "Terimalah, ini sebagai ganti ponselmu yang aku rusak." Jawab Lexy yang kemudian menjauhkan diri dari wanita itu. "Serius?" Keyren mencoba meyakinkan diri "tapi...dari mana kamu dapat secepat ini?" tatapannya berubah menyidik. "Aku hanya tidak mau ada hutang budi." ucap Lexy masih saja terdengar dingin "ambil" “Ok, jika kamu memaksa.” Sahut Keyren menerima dengan penuh tanda tanya dan keraguan. Darimana lelaki ini mendapatkan ponsel baru sedangkan dia belum keluar dari panti semenjak kejadian malam itu. Lexy berbalik badan berniat pergi namun dicegah oleh Keyren "Boleh aku menanyakan sesuatu?" Lexy terhenti lalu dengan elegan menoleh kearah Keyren yang seketika terpana. Keadaan hening sejenak karena Lexy tidak langsung menjawabnya. "Ok, dengan secangkir kopi manis. Aku tunggu diluar." sahut Lexy kemudian berjalan lalu tanpa memberi kesempatan Keyren bertanya. Diluar? semalam ini? Apa dia enggak kedinginan tidak memakai baju? pikir Keyren sembari mengangkat bahu kemudian membuat dua cangkir kopi manis. Angin malam ini cukup tenang dan hening, tetapi tidak setenang dan sehening hati Keyren yang bercampur aduk, berkecamuk entah emosi apa yang dia rasakan. Ingin tersenyum bahagia tetapi juga ingin berteriak karena sikap Lexy yang seperti bunglon. Terkadang dia merasa Lexy seperti ancaman baginya, seperti sesuatu yang sangat bahaya dan harus berhati-hati dengannya namun disisi lain, matanya seperti memiliki medan magnet yang kuat sehingga dia tidak bisa berpaling dari Lexy yang begitu tampan dan menawan. Keyren selalu berpikir tidak mungkin dia jatuh cinta dengan laki-laki hanya dilihat dari fisiknya saja tetapi harus dilihat dari hatinya juga. Bahkan sikap dan gaya bicara Lexy sangan dingin dan kejam, bisa saja Lexy bukan pria yang baik. Tapi, ketampanan Lexy, oh demi Tuhan...dia benar-benar tampan, bahkan teman-teman kampusnya tidak ada yang setampan Lexy. Setelah menyesep kopi panas kemudian menaruk dimeja depan dengan suara parau memecahkan keheningan malam ini "Apa yang mau kamu tanyakan?" Astaga, karena sibuk memikirkan hatinya yang bergejolak tidak jelas, Keyren lupa mau bertanya apa. Raut mukanya gelapan mencoba mengingat apa pertanyaannya tadi sementara Lexy hanya melirik dingin tanpa respon. "Oh ya." baru kembali ingat "malam itu, ya...malam itu sebenarnya apa yang terjadi?" memandang penuh penasaran. "Aku dirampok" jawaban yang singkat jelas dan padat. Sementara Keyren cukup kaget "kenapa malam itu mas melarangku memanggil polisi atau ambulan?" mata Lexy menyipit melihat Keyren. "Apa kamu keberatan?" "Bukan. Cuma aneh aja. Dalam kondisi sekarat seperti itu mas tidak mau dibawa ke rumah sakit." Saat ini Lexy belum menyiapkan jawaban untuk itu, lalu Lexy mengernyit sembari sedikit mendesah sakit "Mas kenapa?" cemas Keyren "Tidak apa-apa, kepalaku tiba-tiba sakit." memegang kepalanya menahan sakit. "Oh astaga, maaf. Seharusnya aku tidak terlalu banyak bertanya. Maaf, maaf "kebingungan sembari memegangi lengan Lexy dengan cemas "sebaiknya kita masuk kedalam aja, dan menyelimutimu. Mungkin kamu juga kedinginan." mengajak Lexy bangkit dari duduk. "Tidak...tidak..." menahan tangan Keyren "aku masih ingin disini. Biarkan aku bersandar dipundakmu." Lexy memposisikan kepalanya dipundak Keyren dengan mata terpejam. Tertegun, menelan ludah. What's going on??? dekup jantung Keyren benar-benar tidak karuan. Dia sama sekali tidak bergerak sedikitpun, terlihat kaku dan kaku. Sementara Lexy yang mengetahui apa yang sedang dirasakan Keyren hanya tersenyum simpul. Dia memang sengaja melakukan itu, dia sengaja mempermainkan perasaan Keyren, dengan ketampanan yang dia miliki pasti Keyren tidak bisa menahan gejolak dihatinya. Setelah Lexy mengetahui siapa yang sudah menolongnya. Dia memutar otak, dia tidak mungkin membunuh Keyren bahkan perempuan ini merawatnya dengan sangat baik. Dia tidak bisa membunuh orang yang menyelamatkan nyawanya yang tidak meminta imbalan. Tapi, dia tidak bisa meloloskan daftar orang yang akan dia bunuh. Lalu dari situlah terpikir oleh Lexy, dia memanfaatkan ketampanannya untuk membunuh hati Keyren. Memberikan rasa dimana Keyren akan bergejolak kebingungan tentang apa yang dia rasakan sehingga membuat Keyren tidak bisa jauh dari Lexy, dan ketika itu terjadi Lexy akan mencampakannya begitu saja dengan kenangan yang tidak akan bisa Keyren lupakan bersama Lexy, selamanya. Sehingga hati Keyren mati karena tidak bisa mencintai laki-laki lain kecuali Lexy. Dalam mata terpejam Lexy berbicara dengan nada yang sangat lembut "Tadi aku bertemu dengan anak yang bernama Cleo." kepala Lexy sedikit menggeliat mencari posisi nyaman dipundak Keyren yang masih diam seperti patung dengan penuh kecanggungan yang menyerang dirinya. "dia bilang, kalau mau cepat sembuh...aku harus tidur bersamamu..." Mata Keyren terbelalak lebar dan sangat terkejut sekaligus malu mendengar ucapan Lexy yang vulgar itu "haruskah aku menidurimu dulu supaya cepat sembuh?" seketika dengan pipi yang memerah bangkit dari duduknya membiarkan kepala Lexy kehilangan sandaran kepala. Dengan tenang Lexy membuka matanya lalu duduk tegap melihat Keyren yang merah padam tidak karuan "kenapa?" tanya Lexy tanpa punya rasa malu sudah berbicara tidak sopan "aku hanya bertanya? jika kamu tidak keberatan...aku tidak masalah." lanjut Lexy semakin membuat Keyren tidak bisa berkata hanya ekspresi bodoh dan aneh yang dia tunjukan. Dalam hati Lexy tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi yang keluar dari Keyren, dia sangat puas telah mempermainkan Keyren seperti ini. Bahkan mungkin lebih puas daripada membunuhnya. Dia sudah membayangkan jika dia melakukan lebih untuk mempermainkan hati Keyren pasti akan lebih menyenangkan. Keyren tidak bisa lama-lama lagi bersama Lexy, sebuah kesalahan besar mengajak Lexy berbicara lalu tanpa ada kata Keyren melangkah pergi meninggalkan Lexy sendiri. Setelah Keyren masuk kedalam Lexy tersenyum puas melakukannya. Ada kepuasan tersendiri selain membunuh Keyren. ******
Terima kasih
Dukunglah penulis untuk menghadirkan kisah-kisah yang luar biasa untuk Anda
Biaya 42 berlian
Keseimbangan: 0 Berlian ∣ 0 Poin
Komentar Buku (306)
LuthfiLuthfi
seru juga
15d
0
YyyNnn
novel ini menarik saya penasaran dengan pembacaanya
20/08
0
Asrul Gea
aku mau 💎 diakun Facebook
aku udah like dan sucribe
seru juga
15d
0novel ini menarik saya penasaran dengan pembacaanya
20/08
0aku mau 💎 diakun Facebook aku udah like dan sucribe
23/07
0Lihat Semua