logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 4

"Dia aku kurung!"
Tita semakin geram dengan kelakuan Brian. 
"Biadap! Laki laki gak ada akal sehat! Rendah sekali harga dirimu menjadi seorang laki laki! Bisa bisanya berbuat jahat pada perempuan. Kamu itu Eeeeeeeh.... BRENGSEK SEKALI! Cepat kasih tau di mana Kaina sekarang."
Brian tetap diam dan tenang tanpa merasa bersalah sedikit pun.
"JAWAB BRIAN!" Teriak Tita.
Brian diam beberapa detik. "Lebih baik kamu pulang saja. Gak ada gunanya juga kamu disini, lebih baik pergi." Brian menunjuk ke arah pintu.
"Sungguh menyesal aku pernah mencintai kamu Brian! Laki laki biadap paling gila yang pernah aku temukan di dunia ini adalah kamu. Brian Wilson." Tita menekan suaranya ketika menyebutkan nama panjang Brian dengan sangat kesalnya.
"Silahkan pergi Nona, aku sudah meminta mu dengan sangat lembut bukan? Jadi pergilah sebelum aku berperilaku kasar terhadap dirimu." ucap Brian mengingatkan.
"Pesycopat! Di mana Brian yang pernah aku kenal dulu? Di mana akal sehat kamu dulu, dimana?"
"Anda yang membuat saya berubah seperti ini nona Tita terhormat! Ah, sudah gak penting untuk di bahas lagi lagian kamu juga sudah mempunyai suami bukan? Jadi berbahagialah kamu dengan dirinya dan jangan pernah mengurusi hubungan aku dengan adik sepupu kamu yang tolol itu," tutur nya.
"Aku gak peduli sekarang yang aku butuhkan adalah Kaina, di mana dia?"
Brian menatap wajah Tita sebentar lalu dia melangkah pergi.
"BRIAN KASIH TAU AKU DI MANA KAMU MENGURUNG KAINA!!" teriak Tita.
Brian menghentikan langkah nya sekarang posisi Brian membelakangi Tita.
"Aku akan memberi kesempatan kamu untuk bertemu dengan adik sepupu mu itu, tetapi kamu harus janji setelah kamu bertemu kamu dengan dia kamu harus pergi dari rumah ini karena aku tidak kuat melihat wajah murahan kamu, mengerti?"
"Aku ingin berbicara dengan Kaina, jadi berikan aku waktu tiga puluh menit untuk mengobrol dengannya! Sudah lama aku tidak pernah melihat kondisi dia dan berbicara dengan dia, aku berjanji setelah itu aku akan pergi dari sini!" pinta Tita menawar.
"Dua puluh detik. Kamu hanya boleh bertemu dalam waktu dua puluh detik saja setelah itu kamu harus pergi dari rumah aku, bagaimana?"
Tita terkejut dengan ucapan Brian itu, bisa bisanya Brian mengatakan bahwa dia hanya bisa bertemu dengan Kaina dalam waktu dua puluh detik saja, bukannya itu waktu sangat singkat untuk berbicara dan melepas rindu? 
"Dua puluh detik? Pikir Brian! Aku mau berbicara dan melepaskan rindu dengan Kaina, waktu dua puluh detik bukanlah waktu yang lama untuk kami!" sangkal Tita tidak terima.
"Yasudah kamu pulang saja dan jangan kembali lagi ke sini."
"Iya aku mau, dua puluh detik gapapa yang penting aku tau bagaimana keadaan Kaina," jawab Tita cepat.
Tita sudah tau sifat Brian. Brian adalah pria yang tidak mikir dua kali, ia akan menyetujui satu kali setelahnya dia tidak akan mau karena itulah Tita mau menemui Kaina meskipun dalam waktu yang sangat singkat untuk melepaskan kerinduan nya.
"Inget! Dua puluh detik saja tidak lebih." Brian mengingatkan ulang Tita.
"Iya,"
"Ayo ikut aku."
Brian jalan terlebih dulu di depan Tita, mereka berjalan menuju gudang. Sesampainya mereka berdua di depan gudang, Tita langsung terkejut melihat Brian berhenti di sana
"Kenapa berhenti di gudang? Apa....apa jangan jangan kamu mengurung Kaina di dalam gudang? Iya, kamu mengurung Kaina di dalam gudang kan?"
Brian tidak menjawab dia membuka kunci pintu gudang tersebut.
Clek.
Tita langsung membulatkan matanya ketika melihat Kaina tidur meringkuk di gudang tersebut dengan beralaskan kardus dan kedua tangannya sebagai bantal.
"Kamu membiarkan adik sepupu aku tidur menderita seperti ini Brian? Sungguh jahat kamu Brian."
Air mata sudah terbendung di mata Tita, ia sangat terkejut melihat kondisi Kaina saat ini.
"Waktu mu hanya tinggal beberapa detik saja! Cepat katakan apa yang penting jangan buang waktu kamu," ucap Brian.
Tita melihat ke arah Brian rasa benci terhadap Brian saat ini menjadi besar sekali. Tita duduk di dekat Kaina, air mata semakin deras membasahi pipi Tita pagi ini, sedangkan Brian hanya membuang muka ke arah lain. Dia tidak ingin melihat drama kesedihan berputar.
"Kaina maafin kakak. Kakak yang salah hingga kamu harus seperti ini, maafin kakak Kaina," ujar Tita sambil memegangi bahu kanan Kaina.
"Waktu mu habis! Bagun dan pergilah dari rumah aku," Pinta Brian.
Kaina yang merasakan ada sentuhan di bahu kanan nya langsung terbangun. Dia menoleh lalu langsung duduk ketika melihat kehadiran Tita.
"Brian beri aku waktu sebentar lagi! Aku mohon." Tita memohon mohon kepada Brian.
"Kakak," ucap Kaina dengan sangat senangnya. 
Kaina tersenyum ke arah Tita dengan mata yang sudah bengkak akibat menangis semalaman. Dia memilih tersenyum di hadapan Tita sebab menangis lagi mungkin sudah tidak bisa.
Tita langsung memeluk tubuh mungil Kaina. Dia meluapkan semua kerinduannya.
"Kaina kakak minta maaf, ini semua salah kakak seharusnya kamu tidak seperti ini," tutur Tita. 
"Gapapa kok kak, aku ikhlas dengan semuanya," jawab Kaina dengan sangat tegar nya.
Tita menyudahi pelukan itu dia menatap wajah polos Kaina.
"Semoga kebahagiaan selamanya menyertai mu."
"Kamu hampir satu menit di sini! Waktu mu telah habis jadi pergilah dari rumah aku sebelum aku benar-benar marah," ujar Brian.
"Kakak pulang saja, aku gapapa kok!" pinta Kaina.
"Tapi aku khawatir kamu di sini maaf aku baru tau kalau kamu harus terpaksa menikah dengan Brian, maafin kakak ya?"
Kaina mengangguk. "Aku gapapa kak, aku sudah ikhlaskan semuanya yang terjadi kepada aku," balas nya.
"Cepat pergi!" bentak Brian.
"Aku mohon Brian kasih waktu sebentar saja aku mohon!" pinta Tita.
"Gak ada tawar tawaran lagi cepat pergi! Sebelum aku menyeret kasar kamu untuk pergi keluar." ancam Brian.
"Kakak pulang saja. Aku gapapa kok, kakak tenang saja aku baik baik saja di sini, cepat kakak pulang." Kaina panik.
"Tapi Kaina,"
"Gapapa kok kak, kakak pulang saja."
Kaina sekarang panik mendengar ancaman Brian tadi karena Kaina tau bahwa Brian tidak pernah main main dengan ucapannya. Kaina menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia akan baik-baik saja.
Tita mengusap lembut kepala Kaina. Dia langsung bangun dari duduk nya.
"Baik baik di sini ya? Dan untuk kamu Brian aku mohon jangan kasar kasar terhadap Kaina, masalah kita gak ada hubungannya dengan Kaina, jika kamu ingin balas dendam kepada aku jangan kamu bawa bawa Kaina, permisi." tegasnya.
Tita langsung pergi dari tempat tersebut. Dia pergi dengan kondisi hati remuk melihat Kaina yang mengenaskan di rumah Brian, sedangkan Brian hanya tersenyum senang karena kemenangannya. Dia masih belum puas melihat Tita menderita bahkan jika bisa Brian akan menghancurkan hidup Tita dan Kaina sekaligus.
[Maafin aku juga Kak Tita, sebenarnya aku gak kuat dengan ini namun aku gak mau mengeluh aku yakin bahwa es batu dingin akan tiba waktunya untuk mencair. Aku akan sabar dengan ini semua.] batin Kaina.
"Bangun! Tugas mu banyak di rumah ini, cepat bersihkan semua ruangan! Sekarang tugas para pembantu di rumah ini adalah tugas mu, bukannya kamu yang sudah membuat mereka berdua di pecat? Jadi selamat bekerja pembantu baru." Brian pergi meninggalkan Kaina sendirian di gudang tersebut.
Kaina memejamkan matanya sebentar, banyak sekali beban yang harus ia pikul sendirian.
"Jika di hari hari berikutnya aku gak kuat dengan ujian ini, aku mohon Tuhan. Tolong ambilah nyawa aku." gumam Kaina. 
*
"Bos, gue mau lo bunuh kakak kandung gue! Gue capek liat dia yang selalu berlagak hebat dan selalu berperilaku benar, gue mau lo hajar kakak kandung gue hingga mati pun gapapa. Gue sudah ikhlas banget malahan terima kasih banget." Nyerosos Rangga tanpa rem di hadapan Kai.
Pria yang bernama Kai hanya bisa menganga melihat salah satu anak buahnya tiba tiba aneh mendadak.
"Mau kan boss?" tanya Rangga memaksa.
"Gue mau tanya sama lo? Lo waras nyuruh gue habisin nyawa kakak kandung lo, ah?"
"Gue masih waras boss, gue mau ngelakuin ini karena gue udah gak kuat dengan semua kelakuannya yang semenah menah ke gue! Gue capek di larang dan selalu salah di mata nya."
Kai menggaruk garuk kepala nya bingung. Dia masih belum tau persis seperti apa masalah Rangga tersebut namun Rangga sudah mendesak dirinya untuk menghabisi langsung kakak kandungnya sendiri.
"Masalahnya itu gue gak bisa hajar orang sembarangan pea' Bisa bisa gue di hukum. Gue tau gue bisa habisin kakak lo sama semua anak buahnya sampai ke akar akarnya pun gue bisa habisin mereka tapi gue juga harus tau dulu tentang kakak lo baru setelah itu gue habisin tu kakak lo!" tutur Kai.
Rangga duduk di dekat Kai, ia sekarang antusias sekali dengan niatannya itu.
"Begini Boss gue itu ngerasa gak pernah di anggep sama kakak gue! Gue pulang telat sedikit bentar bentar di acam, mau di taruh ke panti asuhan lah mau di  sita semua fasilitas yang gua punya lah begini lah begitulah. Itu yang buat aku gak betah sama orang brengsek itu makanya gue sangat berharap banget boss mau bunuh dia! Biarin orang tua gue nangis gue gak peduli sama sekali!" tutur nya.
Kai menghela nafas. "Itu nama nya sayang sama lo, Ga! Itu tandanya dia peduli sama lo dia gak mau lo salah pergaulan seperti ini makanya dia serba ngelarang lo!" ucap Kai.
"Sayang bagaimana nya? Menurut gue dia itu iblis, setan bahkan bajingan sekali."
"Kenapa bisa begitu?" Kai penasaran.
"Dia itu selalu berprilaku kasar ke gue, kalau memang dia sayang dia gak akan tu kasar ke gue. Bukan itu aja dia itu nikah sama cewek lugu hanya karena ingin balas dendam aja ke kakak si cewek lugu ini. Dia itu selalu nyiksa cewek lugu ini tiap hari." Rangga menjelaskan lebih detail lagi tentang Brian.
Kai mulai penasaran dengan bentuk dan kehebatannya kakak kandung Rangga itu. Kai memanglah bajingan, preman namun dia juga tau caranya baik dan caranya berbuat jahat serta dia tidak suka dengan kata di siksa.
"Seperti apa sih kakak kandung lo? Dia umur berapa?" tanya Kai.
"Dia itu berumur 22 tahun, namanya Brian Wilson dia itu Boss di perusahaan Wilson Company, perusahaan milik Ayah gue. Dia itu selalu pakai mobil Lamborghini veneno berwarna hijau." Penjelasan singkat tentang Brian oleh Rangga.
"Lo punya fotonya?"
"Bentar bentar," Rangga langsung mengambil HP milik nya di dalam jaketnya kemudian dia mencari foto Brian di galeri.
"Ini dia." Rangga memperlihatkan foto Brian di hadapan wajah Kai. 
"Kakak lo ganteng juga Ga," ucap Kai melihat lebih teliti wajah dan postur tubuh Brian.
"Ganteng nya hilang ke tutupi sifat iblis nya!" sahut Rangga.
"Lo sih anak buah gue tapi masalahnya gue masih ingin tau dulu sama kakak kandung lo itu, baru setelah itu gue akan ngelakuin yang lo minta tapi beberapa hari atau bahkan beberapa minggu dan mungkin bisa bisa satu bulan, Jadi tunggu kabar dari gue aja, oke?"
Rangga mengangguk paham.
"Baiklah gak masalah," ucap nya.
*
Kaina kali ini hanya bisa mengusap usap dada, ia melihat dua sejoli sedang bermesraan di ruang tamu. Mereka adalah Brian dan Lamela yang tidak lain adalah kekasih baru Brian. 
"Sayang aku tadi melihat baju baju bagus di online gitu tapi harganya mahal, uang aku gak cukup." rengek Lamela di bahu kanan Brian. 
Brian mengelus elus rambut Lamela dengan sangat mesranya. 
"Memangnya kamu mau beli berapa baju? Lima? Sepuluh? Atau satu toko sekalian?" jawab Brian. 
Lamela melihat wajah Brian, dia memperlihatkan wajah kesal kepada Brian. 
"Berhentilah bercanda sayang! Aku ingin sekali baju itu, itu baju belinya di Dubai ongkir nya pun pasti mahal," ucap nya. 
Brian tersenyum ke arah Lamela, ia gemas melihat ekspresi itu di wajah kekasih nya.  Hubungan mereka memanglah tidak begitu lama terjalin namun dengan kehadiran Lamela, Brian sedikit merasakan bahagia walaupun tidak sepenuhnya.
Brian mungkin tidak akan pernah bisa untuk menghapus Tita di dalam hati nya meskipun Tita telah tega meninggalkan Brian dengan luka lebam di hati. 
"Pesan apapun yang kau mau sekarang juga aku yang akan transfer uang kepada mereka berapa pun harganya, agar kanu tidak merajuk." ujar Brian. 
Ucapan itu berhasil membuat senyuman di bibir Lamela kembali. Dia sontak memeluk erat tubuh Brian dari arah samping. 
"Aku mencintaimu sayang, sangat mencintai mu. I love you. " ucap Lamela. 
"I love you too," jawab Brian sembari membalas pelukan itu. 
Sementara Kaina yang melihat itu dari arah dapur dengan sembunyi sembunyi hanya bisa sabar dan ikhlas. Kaina terduduk lemas di lantai. Dia menangis dengan sangat deras, menutup mulut nya dengan kedua tangannya agar tidak mengeluarkan suara hingga mengganggu mereka berdua. 
Rasa sakit mungkin sudah setiap hari ia dapat, berbagai luka telah Kaina rasakan di hatinya bahkan tetesan air mata sudah setiap hari pasti ada. Kaina menangis dengan sesenggukan dia memukul mukul dadanya agar tidak terasa begitu sesak karena menangis. 
[Aku yang sakit hati mas. Aku yang gak suka melihat kamu bersama wanita lain dan aku yang gak suka kamu bermesraan seperti itu bukan dengan aku. Aku yang sakit hati mas Brian, Aku.]
Kaina hanya bisa mengeluhkan nya di dalam hati saja. Percuma dia memberitahukan kecemburuan itu kepada suaminya karena dia yakin bahwa Brian tidak akan pernah perduli terhadap dirinya.  Kaina semakin menjadi menangis, ia berulang kali mengusap tetesan air mata di pipi nya namun mungkin rasa kecewa tidak bisa berhenti begitu saja saat ini. 
Brian menoleh ke arah dapur. Dia melihat separuh baju Kaina yang sebagian lagi terhalang oleh tembok. Senyuman menang terpancar di wajah nya. 
Brian memang sengaja tidak pergi ke kantor nya karena dia ingin menyiksa Kaina hari ini, hukuman tadi malam pun masih belum seberapa bagi Brian.
Pertemuan dengan Tita dan semua ucapan Tita tadi telah berhasil membuat Brian kesal dan bahkan Brian benci sekali terhadap Tita. 
[Aku memang tidak bisa balas dendam langsung kepadamu Tita namun jangan salahkan aku jika aku nekat berbuat kasar terhadap adik sepupu kamu. Pertemuan tadi telah berhasil memaksa aku untuk kembali kejam, aku begitu benci denganmu Nona Tita.]
Brian bangun dari duduk nya membuat kepala Lamela yang bersandar di bahu kanan Brian terjatuh ke depan. 
"Aw, sayang kok bangun? Mau ke mana?" tanya Lamela sambil cemberut. 
"Aku mau mengambil air minum dulu tenggorokan aku kering sayang." Brian langsung berjalan kearah dapur. 
"Aku belum bilang iya sudah main jalan aja. Dasar tukang ngeselin!" gumam Lamela kesal. 
Brian mendekati Kaina yang masih terus menangis di balik tembok namun Kaina menyadari ada suara langkah kaki mendekat ke arahnya, dengan sangat terburu buru Kaina mengusap bersih air mata nya tetapi Brian masih bisa melihat tangisan itu walaupun hanya sekilas saja. 
[Baru di mulai permainan ini gadis tolol jadi persiapkan mental dan nyawamu,]
Senyuman menang seakan akan tidak ingin pudar hari ini. Senyuman itu kembali bermekaran di bibir indah Brian.
Kaina yang menyadari ada seseorang di dekatnya langsung mendongakkan kepala. Dia terkejut melihat Brian berdiri di situ. 
"Mas Brian," Sapa Kaina berusaha untuk tenang dan baik baik saja. 
Kaina bangun dari duduknya, dia berusaha tersenyum kepada Brian. 
"Ada yang bisa aku bantu mas?" Kaina menawarkan bantuan. 
"Enak Menangis setiap hari?" tanya Brian sambil tersenyum mengejek. 
Kaina diam. Dia langsung menundukkan pandangan nya. 
"Aku harap permainan ini tidak akan pernah padam hingga aku benar benar puas atau bahkan sampai kamu mati, mungkin aku akan jauh lebih puas lagi!" tutur Brian dengan senyuman sinis nya yang menakutkan.

Komentar Buku (127)

  • avatar
    SetiyawanAlif

    200

    6h

      0
  • avatar
    SlankersHilal

    Rangga dan gadis tolol

    20h

      0
  • avatar
    Danu Redmi

    5000

    1d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru