Tak seperti pertama kali Derrick datang ke sekolah ini dan tiba-tiba Juliet datang menawarkan diri untuk menunjukkan jalan ke ruang bimbingan meski jalan yang ditunjukkan Juliet salah. Karena ketika itu Juliet memang sengaja agar bisa menghabiskan waktu bersama untuk sesaat. Tapi sekarang begitu berbeda. Juliet terlihat menjaga jarak dan waspada jika sewaktu-waktu pria disebelahnya ini menyerang seperti beberapa waktu yang lalu. Bahkan kedua telapak tangannya sudah mengepal yang pertanda bahwa Juliet siap untuk melawan, membela diri, berlari atau semacamnya. Yang pasti dirinya tidak akan membiarkan pria disampingnya ini berbuat tak senonoh lagi kepadanya. Sementara, Juliet yang sudah siap siaga didalam sana. Derrick justru sebaliknya. Pria ini sama sekali tidak berbicara atau melihat Juliet. Hanya ada suara sepatu yang mengiringi langkah mereka. Bak model profesional, Derrick terlihat begitu mempesona. Sungguh. Sesaat Juliet kembali kambuh. Cepat-cepat ia menonyol jidatnya sendiri agar segera sadar dan kembali ke akal warasnya. Meskipun Derrick seperti tidak memberi tanda-tanda membahayakan, Juliet harus tetap waspada. Hingga akhirnya sampailah mereka di depan mobil jaguar F-type P380
Dan barulah Derrick menoleh kearah Juliet dengan tatapan datar. Tentu saja, gerakan Derrick itu membuat Juliet harus menjauhkan wajahnya dari pria itu. Sesaat Derrick mengamati reaksi Juliet lalu berkata. "Terima kasih." Kemudian masuk kedalam mobil dan melaju meninggalkan Juliet yang hampir kena serangan jantung. Sampai tangannya harus memegang dada untuk mengatur pernapasan. Untung saja tidak terjadi apa-apa. Leganya sembari memperhatikan sisa-sisa kepergian Romeo-nya.
* Malam harinya, rumah Juliet sudah disulap menjadi club malam yang tak kalah bagusnya dengan club di luaran sana. Suara musik yang menggema seisi rumah begitu menggugah semangat. Dan ternyata, Hannah tidak hanya mengundang teman sekelas tetapi juga teman yang entah didapat dari mana. Yang pasti semua mengenal Hannah. Semoga orang tua Juliet tidak tahu kalau pesta Hannah diluar pesta pada umumnya. Karena rumahnya benar-benar disulap menjadi club malam. Jika sampai tahu, habislah sudah. Bisa- bisa rumah ini akan di sita oleh orang tuanya. Banyak sekali yang datang dan berpesta begitu tidak aturan. Tetapi Juliet sudah tidak bisa mengendalikan mereka lagi, karena sudah terhanyut dalam pesta. "Sudahlah. Biarkan saja. Hannah besok pagi akan membereskan semuanya!!!" Teriak Amanda mencoba menghibur Juliet yang mulai stres. "Kita nikmati pesta ini saja, ok!!!" Ada benarnya juga apa yang dikatakan Amanda. Kenapa dirinya begitu memusingkan mereka semua. Toh, besok pagi Hannah akan mengembalikan semua seperti sedia kala. It's ok. Kemudian Juliet pun turut terhanyut dalam pesta malam ini. Entah sudah berapa lama mereka menikmati pesta malam ini. Yang pasti, semua turut bersuka ria. "Dimana Hannah? Dari tadi aku belum melihatnya?" Tanya Juliet ditengah alunan musik yang energik sehingga ia harus mendekat pada telinga Amanda. "Dia sama kekasihnya." "Oh..." Beberapa saat kemudian Juliet teringat sesuatu lalu ia melangkah pergi menuju kamar untuk mengambil ponselnya. Dan betapa terkejutnya Juliet ketika mendapati sepasang kekasih sedang bergumul di kamar pribadinya. "What the hell?!!" Kejutnya yang membubarkan kegiatan percintaan dua insan diatas kasurnya. "Pergi dari sini sebelum aku mengusir kalian berdua!!!" Bentak Juliet yang cukup shock melihat adegan syur dengan kedua mata kepalanya sendiri. Sementara dibawah teman-teman sekelas Juliet dikejutkan dengan kedatangan Delota. Dan yang lebih mengejutkan lagi Delota datang mengenakan pakaian yang cukup seksi yang mengekspos bahu, lengan serta punggung atasnya. Tentu saja semua terpana olehnya karena Delota terlihat begitu berbeda dan berani dengan rambut yang diikat ke bahu kiri sehingga terlihat jelas lehernya yang jenjang. Sebenarnya Delota sendiri tidak nyaman dengan pakaian ini. Hanya saja ia terpaksa memakai pemberian dari Hannah khusus untuk acara ini. Sebab Hannah bilang kalau teman-teman sekolah berjanji akan berdamai dan tak akan mengganggu dirinya lagi jika dirinya datang mengenakan gaun ini. * Juliet yang geram saat ini sedang menunggu didepan pintu kamarnya untuk memberi kesempatan dua insan yang sedang kasmaran itu memakai baju. Huuft. Sungguh gila pesta ini. Sampai-sampai kamarnya dijadikan tempat mesum oleh orang asing. Otaknya sudah memanggil-manggil nama Hannah. Dimana anak itu berada? Juliet terus bertanya-tanya tak sabar memaki habis-habisan dia. Setelah beberapa saat kemudian suara pintu terbuka dan sepasang kekasih itu keluar dari kamarnya dengan rasa kecewa, malu dan ya sudahlah. Yang pasti mereka keluar dari kamar pribadi Juliet. Dengan kedua tangan terlipat, wajah musam dan tatapan sinis Juliet pasang di paras cantiknya sembari melihat kepergian mereka. Kemudian barulah ia masuk kedalam kamar. Ketika melihat kasurnya yang berantakan, memorinya teringat jelas hubungan seks yang tertangkap oleh kedua bola matanya. Sungguh, menjijikan. Sepertinya ia harus buang sprei itu dan menggantinya dengan yang baru.
Setelah emosinya cukup reda kemudian ia mengambil ponselnya dan terlihat ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari mama dan papanya. Lalu pesan singkat sebanyak enam. Huuft, bisa jadi mala petaka malam ini. Pikirnya jika sampai ketahuan. Cepat-cepat Juliet telepon balik mamanya lalu ganti telepon papanya setelah selesai. * Di pojok ruangan teriakan histeris Delota tak seberapa dibandingkan alunan musik DJ malam ini. Bagaimana tidak, Delota dikerumuni oleh empat lelaki tak dikenal dan dengan beraninya bergerilya menyentuh kulit Delota. Dengan sekuat tenaga Delota berusaha memberontak meski dirinya sudah dibekuk sehingga tak bisa berbuat apa-apa. Air matanya mulai tak terbendung lagi. Dan tak ada satu pun yang mau menolongnya. Sungguh menyedihkan sekali dirinya. Delota hanya bisa menangis ketika tangan dan kaki dicekal oleh empat lelaki didepannya. Bahkan ada yang berani mencecap lehernya sehingga meninggalkan bekas kissmark disana. "Lepaskan aku...lepaskan...please..." Hanya kalimat rintihan itu yang keluar dari bibir bengkak Delota karena cumbuan mereka yang kasar secara bergantian. Sedangkan empat orang itu tertawa puas menikmati pemanasan ini. Tangis histeris Delota semakin pecah ketika tangan kasar itu meremas payudaranya dibalik gaunnya. "Jaanggann....!!!" * "Astaga!!!!" Teriak Juliet ketika mendapati Hannah melakukan hubungan intim selayaknya suami istri di kamar tamu. Seketika Hannah dan kekasihnya terkejut setengah mati dan harus menghentikan percintaan mereka yang sedang nikmat-nikmatnya. "Apa kamu sudah gila?! Ini bukan rumah bordil!!" Bentak Juliet begitu marah. Tetapi Hannah dan kekasihnya tidak begitu memperdulikannya. Mereka malah berpelukan dibalik selimut. Dengan kasar Juliet membanting pintu dan harus menunggu sepasang kekasih untuk mengenakan pakaian lagi. Jangan-jangan kamar lainnya juga dibuat tempat mesum. Setelah penuh sumpah serapah menunggu Hannah mengenakan pakaian. Akhirnya keluar juga mereka berdua. "Hentikan pesta ini sekarang juga!! Ini rumahku!! Bukan rumah bordil!!!" Tekan Juliet sekali lagi penuh amarah. "Tapi-" "Bawa pergi semua orang-orang ini!!" Bentak Juliet sudah kehabisan kesabaran. Bukannya segera pergi, Hannah malah terbengong melihat amarah Juliet. "Aku akan mengobrak-abrik pesta ini jika dalam lima belas menit tidak ada yang pergi dari sini. Ngerti!!!" Kecamnya lalu pergi menuju ke kamarnya. Terdengar jelas Juliet membanting pintu kamarnya begitu keras, sampai-sampai Hannah yang terpaku cukup tersentak. * Pukul sebelas malam. Derrick baru saja merebahkan diri di kamar setelah keluar bersama Sean. Kantuk pun sudah tidak tertahankan, pelan-pelan matanya mulai tertutup padahal belum mengganti pakaiannya. Belum lama tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dengan malas Derrick mengambil ponsel di saku jasnya, tetapi setelah tahu siapa yang menelepon. Ia pun terduduk dan menerima telpon tersebut. "Ada apa Bu?" "Delota menangis histeris di kamarnya. Tidak ada yang bisa masuk karena Delota sepertinya mengganjalkan sesuatu." Jelas ibu Frisca, penanggung jawab panti. "Apa yang terjadi dengan Delota?" Tanya Derrick berubah cemas. "Ibu tidak tahu. Entah dari mana datang-datang dia sudah berlari sambil menangis." "Saya kesana sekarang." Tanpa basa-basi Derrick segera bergegas. Kantuk yang tadi menempel seperti perangko hilang begitu saja. * Jika saja diatas tadi Juliet tidak menyuruh Hannah menghentikan pestanya dalam waktu lima belas menit, mungkin saja Delota telah dibawa ke kamar dan digilir oleh empat lelaki asing itu. Oh, sungguh miris. Apalagi kalau Delota sudah dibawa ke kamar pasti akan tambah sangat mengenaskan. "Delota..." Suara serak Derrick terdengar berusaha tenang tetapi menyimpan amarah yang membara didepan pintu kamar Delota. Tak ada jawaban dari dalam kecuali hanya isakan tangis. "Delota, biarkan kakak masuk..." Bujuk Derrick. Tak lama kemudian, suara pintu terbuka mempersilahkan Derrick masuk tetapi Delota tak menunjukkan diri, ia bersembunyi dibalik pintu. Dan setelah Derrick masuk ia menutupnya kembali. Derrick dipamerkan pemandangan kamar Delota yang mengenaskan. Pecahan kaca dimana- mana, selimut serta sprei berserakan tak karuan, dan semua isi lemari terlihat berantakan tak karuan. Mata yang membara berusaha terlihat lembut ketika kepalanya menoleh kearah Delota yang mengenakan jaket berlapis-lapis untuk menutupi dirinya. Mata lebam dan cucuran air mata masih terlihat jelas di wajah cantik Delota. Belum sampai Derrick bertanya Delota sudah lebih dulu memeluk Derrick bersamaan tangisnya yang memecah. "Kakak...." Panggilnya ditengah histerisnya. "Katakan, apa yang terjadi?" Balas Derrick memeluk Delota yang masih menangis. Karena tak kunjung mendapat jawaban, Derrick membawa Delota untuk duduk di tepi kasur yang mengenaskan. "Apa yang terjadi Delota?" Tanya Derrick lagi. Pelan-pelan Delota melepas pelukannya kemudian melepas jaket dengan tangisan yang tak bisa terhenti. Betapa terkejutnya Derrick melihat pakaian yang dikenakan Delota, ditambah lagi Derrick tahu jelas bekas merah yang menyebar di area leher hingga pundak itu adalah kissmark dan bekas cakaran di lengan hingga pergelangan tangan Delota. Amarah Derrick seketika melejit bak roket hingga tubuhnya berdiri tegap melihat sekujur tubuh Delota. Lalu ia memegang kedua lengan Delota supaya adiknya berdiri didepannya. "Siapa yang melakukan semua ini?!" Derrick menggoyah kedua lengan Delota karena sangking terbawa emosi yang membludak-bludak. "Katakan Delota?!!!" Suara Derrick itu sampai mampu membuat beberapa orang yang menunggu diluar kamar tersentak kaget. Tangis Delota semakin pecah saja ketika ia menggeleng kepala lalu berkata. "Aku tidak mengenal mereka kakak...ak, aku tidak tahu siapa mereka..." Derrick yang semakin kalut sepertinya sudah tak bisa menahan diri lagi untuk membunuh lelaki itu. Tapi ketika mendengar Delota berkata 'mereka' emosi Derrick semakin membabi buta. "Me, Meraka?!! Apa maksud kamu dengan 'mereka'!!?? Katakan Delota!!" Suara Derrick semakin mengeras dan membuat yang diluar kamar semakin kawatir. Delota sendiri merasakan amarah besar yang sedang menyelimuti Derrick "Ada empat orang yang melakukan ini kepadaku, kakak..." Meski berkali-kali Delota mengusap air matanya, tetap saja tak kering-kering. Mata Derrick membulat ketika mendengar kenyataan yang dialami Delota semakin pahit karena digilir empat orang sekaligus. Muka Derrick sudah merah hitam dan matanya memancarkan mata pembunuh. "Apa lagi yang mereka lakukan? Katakan!! Apa mereka memperkosa mu?" Derrick berharap dirinya belum terlambat untuk menyelamatkan keperawanan adiknya. Dengan tertunduk Delota menggelengkan kepala. Derrick mendongakkan kepala sembari memejamkan mata sesaat. "Delota." Derrick mengangkat dagu Delota dengan jemarinya. "Dimana? Dimana mereka melakukan ini kepadamu?" Bola api di mata Derrick seakan semakin membara dan akan memberi pelajaran kepada siapapun yang telah membuat adiknya seperti ini. "Di pesta rumah Juliet." Lagi-lagi Derrick dibuat tercengang oleh pengakuan adiknya. Dan sekarang hanya ada nama Juliet di kepalanya. Juliet. "Hannah yang memintaku kesana. Dan dia bilang..." Belum selesai menjelaskan semuanya Derrick sudah memotong kalimatnya. "Istirahatlah." Kedua telapak tangan Derrick mendarat di masing-masing pipi Delota yang masih basah. "Kakak akan menguliti orang-orang yang sudah berani menyentuh mu." Tekan Derrick yang tak bisa lagi menahan diri kemudian pergi meninggalkan Delota setelah mengecup keningnya. Tap, tap, tap. Derap langkah Derrick bak iblis yang sedang berjalan ditengah bara api keluar dari kamar Delota. "Apa yang terjadi Derrick?" Tanya Bu Frisca begitu kawatir dengan mata berkaca-kaca.
Dengan tatapan dingin yang tak bisa disembunyikan Derrick berkata. "Biarkan Delota istirahat. Jangan ada yang mengganggunya sampai dia keluar kamar sendiri." Kemudian Derrick melanjutkan langkah kakinya untuk pergi menemui seseorang. * Ting Tong Ting Tong Ting Tong Bunyi bel yang tak henti-hentinya itu pun akhirnya menggugah tidur nyenyak Juliet. Dengan malas ia membuka mata, dan lebih memilih menarik selimutnya lagi. Ting Tong Ting Tong Ting Tong Terus saja bel itu berbunyi hingga membuat Juliet benar-benar terganggu dan ingin melabrak tamu yang datang tengah malam begini. "Ah siapa sih!!!?" Kesalnya turun dari ranjang. Sangking mengantuknya, Juliet tidak memperhatikan jalan sehingga terjatuh karena tersandung sprei dan selimut bekas mesum teman Hannah yang tak tahu diri itu. Dengan kesalnya ia menyingkirkan selimut itu dengan kakinya, lalu berusaha berdiri dan segera menuju pintu untuk mencaci maki tamu yang dari tadi membunyikan bel rumahnya.
Ketika pintu terbuka, betapa terkejutnya Juliet melihat Derrick didepan pintu. "Rom, Romeo?" Mata Derrick hanya mengamati gadis didepannya ini dengan menyimpan kemarahan yang tak bisa dibendung lagi. "Dimana mereka melakukannya?" Suara dingin yang mencekam itu membuat Juliet mengerutkan keningnya. Mata Derrick menatap tajam Juliet yang tak memberi jawaban. "Apa ini ide mu untuk balas dendam denganku, sampai-sampai kamu membayar pria untuk menyakiti Delota?!" Nada suara Derick mulai meninggi hingga Juliet tersentak tak mengerti. "Apa yang sedang kamu katakan?" Derrick manggut-manggut mendengar Juliet malah balik bertanya. Kakinya memaksa masuk meski tidak persilahkan oleh tuan rumah. Melihat gerakan maju dari Derrick membuat Juliet secara spontan memundurkan langkah Derrick mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang masih berantakan sisa pesta tadi. "Seharusnya kamu mengundang ku di pesta mu." Sindir Derrick. "Ini bukan pesta ku. Tapi Hannah yang mengadakan pestanya." Jelas Juliet berusaha tenang. Mata Derrick yang tajam menatap kearah Juliet yang berdiri di daun pintu. Sebab jika Derrick melakukan sesuatu yang buruk, Juliet bisa langsung melarikan diri. "Hannah?" Derrick berjalan mendekati Juliet. "Iya." Jawab polos Juliet. "Apa kamu kira aku akan percaya begitu saja. Dan meskipun ini pesta Hannah lalu kenapa kamu membiarkan Delota dilecehkan oleh empat laki-laki disini yang bahkan tidak dikenalnya!!! Apa kamu yang menyuruh mereka untuk menyakiti Delota, huh?!! Katakan!!!" Bentak Derrick sambil membanting daun pintu yang dari tadi dipegang erat oleh Juliet. Dan tertutup sudah pintu itu bersamaan dengan rasa takut yang tiba-tiba menyerang. "Ap, apa maksud kamu? Ak, aku tidak bertemu dengan Delota, bahkan aku tidak tahu kalau Delota datang." Juliet berusaha menjelaskannya. "Oh begitu rupanya...Lalu bagaimana dia bisa tahu kalau di rumah mu ada pesta." Derrick mulai kehilangan kendali. Ia terus berjalan mengarah ke Juliet yang melangkah mundur. "Sumpah demi apapun, aku tidak tahu kalau Delota datang." Juliet mulai benar-benar ketakutan. "Selama ini Delota meminta pindah sekolah karena semua temannya mem-bully-nya. Dan sekarang aku mengerti kenapa dia tetap minta pindah sekolah..." "Ok, aku mengakui memang beberapa kali aku mengerjai Delota. Tapi tidak malam ini. Aku bersumpah tidak melakukan apapun malam ini kepada Delota. Bahkan aku tidak tahu dia datang." Derrick mendengus kesal. "Apa aku bisa mempercayai mu setelah pengakuan mu ini." "Ok, akan ku buktikan besok pagi kalau aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Delota. Sekarang kamu pulanglah. Kita bicarakan besok pagi." Ucap Juliet berusaha meredam emosi Derrick yang membara di matanya. Bukannya mengiyakan permintaan Juliet, tangan Derrick justru melepas kancing atas kemejanya. "Kamu pikir aku akan menunggu mu sampai pagi, sementara Delota menangis semalaman." Derrick melempar jas nya ke sembarang arah. "Ap, apa yang akan kamu lakukan??" Mata Juliet mulai kalut melihat Derrick melepas kancing kemejanya. "Aku akan memberi tahu rasa sakit Delota yang sebenarnya." Kecam Derrick dengan suara bak es batu yang sangat keras. Tidak. Juliet langsung meringsut dan cepat-cepat berlari menuju kamar kemudian menguncinya. Sayangnya baru beberapa tangga Derrick berhasil mendekapnya lalu melempar tubuh Juliet hingga ke lantai. "Kamu harus membayar mahal air mata Delota." "Kamu salah! Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Delota." Teriak Juliet berusaha berdiri lalu mencoba keluar dari rumah. Tetapi gerakannya tak secepat Derrick sehingga dengan mudah Derrick mendekap Juliet lalu melumat kasar bibir gadis itu hingga tubuh mereka terjatuh di atas sofa. "Tak kan kubiarkan kamu pergi kemanapun." Desis Derrick membuat Juliet menangis, memberontak dan menahan tubuh berat Derrick yang sudah menindihnya. "Lepaskan aku, Romeo!!!" Teriaknya terdengar sumbang. "I am not Romeo." Tekan Derrick mulai bergerilya ke seluruh tubuh Juliet "Jangan...aku mohon..." Derrick seakan kerasukan iblis, ia sama sekali tidak memiliki rasa kasihan. Bahkan dengan kasar ia merobek singlet yang dikenakan Juliet dan mengekspos bra pink. "Jangannn!!!" Jerit Juliet berusaha menutupi dirinya. Ketika Derrick sedang melepas kemejanya, dengan sekuat tenaga Juliet mendorong tubuh Derrick dan berlari naik tangga menuju kamarnya. Jantung Juliet saat ini benar-benar sedang diuji. Dekupan jantungnya begitu kencang. Pintu kamarnya sudah didepan mata dan sekuat tenaga ia harus masuk kedalam kamarnya. Sebelum itu terjadi Derrick sudah lebih dulu mendekapnya kemudian masuk ke kamar Juliet. Dengan kasar Derrick melempar tubuh Juliet yang setengah telanjang itu di atas ranjang. "Jangan lakukan ini. Aku mohon...aku mohon..." Mata Derrick yang sudah seperti bola api sama sekali tak bergeming. Ketika melihat Juliet akan kabur lagi, cepat-cepat Derrick menindihnya lalu mencumbu, melumat, mengecap sekujur tubuh Juliet yang masih kesat. "Lepaskan aku..." Rintih Juliet tidak bisa berbuat apa-apa karena kedua tangannya dicekal oleh Derrick. Tubuh Juliet semakin menegangkan saat Derrick melumat gundukan kenyal disana kemudian menyesapnya. "Sakiit..." Isak tangis Juliet. Kemudian Derrick menyatukan tangan Juliet dan mencekalnya diatas kepala Juliet, sedangkan tangan satunya mulai meremas lalu mencengkeram bagian-bagian sensitif Juliet. Banjir air mata pun sudah tak bisa dibendung lagi. Hatinya tercabik-cabik dan hancur jika benar dirinya diperkosa. "Tidaakkk!!!" Tanpa bersuara Derrick melepas celana kain milik Juliet. Ternyata Juliet mengenakan bra dan celana dalam senada. So seksi. Dan kini satu tangan Derrick sudah mengusap-usap lembut paha, selakangan hingga titik kewanitaan. Perasaan Juliet sudah bercampur aduk tak karuan. Benar-benar tak karuan. Sentuhan Derrick mampu membuat tubuh Juliet menggeliat tak karuan merasakan rangsangan yang belum pernah ia rasakan. "Lepaskan aku...lepas..." Sama sekali Juliet tidak bisa berkutik. Jemari Derrick pun sudah mulai berani meraba dibalik celana dalam Juliet dan mengelus-elus disana. "Tidaakkk!!! Hentikan!!! Please!!! Hentikan!!!" Derai air mata Juliet semakin menjadi-jadi. Sementara Derrick cukup terkejut ketika jemarinya tidak bisa masuk ke lubang nikmat itu dengan mudah. Matanya kemudian menatap Juliet yang mengenaskan dalam kuasanya. "Virgin, huh? Seharusnya kamu tidak melakukan itu juga terhadap Delota karena dia juga masih virgin." Ujar Derrick kemudian mencecap lagi gundukan itu. "Aku mohon, lepaskan aku....lepaskan aku..." Pinta Juliet memohon setengah mati. "Kamu sudah melakukan kesalahan besar, jadi tak mungkin aku melepaskan mu dengan mudah sebelum kamu menerima akibat atas perbuatan mu." "Aku tidak melakukan apa-apa kepada Delota. Kumohon lepas kan aku..." "Oh, aku tak cukup percaya kepada mu. Dan sekarang kamu harus membayar semua ini." Derrick mulai melepas celananya. Mata Juliet terpejam ketika Derrick benar-benar telanjang di depannya. "Please... please...don't..don't.." Juliet takut setengah mati. Tangis Juliet sama sekali tak bearti di mata Derrick. Ia pun tanpa belas kasihan mulai memasukkan kejantanannya ke lubang yang belum pernah terjamah oleh siapapun. "Jangan!!! Jangan!!! Lepaskan aku!!! Lepas!!!" Jerit Juliet ketika merasakan sesuatu yang keras menyentuh inti tubuhnya. Dengan mengabaikan suara jerit tangis itu. Meski kesulitan, Derrick terus saja berusaha membobol keperawanan Juliet. Dan akhirnya. Bleesshh. "Aaahhhsss." Bersamaan jerit tangis Juliet yang merasa kesakitan. Sementara nikmat yang tiada Tara bagi Derrick hingga ia memejamkan mata dengan penuh kenikmatan. "Aaaa!!! Saakiiitttt!!! Sakkiitt!!! Lepaskan aku!!! Sakiitttt!!!" Tangis Juliet semakin pecah saat Derrick berhasil membobol keperawanannya. "Saakiiitttt....!!!" "Ini sangat nikmat. Senikmat saat kamu menyiksa Delota." Bisik Derrick kemudian pelan-pelan menggerakkan pinggulnya. "Saakiiitttt. Hentikaaan. Sakkiitt." Rasanya sayang jika tidak diteruskan. Jadi tanpa memperdulikan rasa sakit Juliet disana. Derrick tidak perlu menghormati keperawanan Juliet yang baru saja ia bobol. Ia tidak peduli rasa sakit disana. Karena air mata Delota lebih bearti ketimbang orang-orang yang telah berani menyakiti adiknya Dengan kasar Derrick mendorong keluar masuk kejantanannya yang begitu menyiksa Juliet. Sama sekali Derrick tidak memberi kesempatan untuk Juliet bernapas. Pria itu terus saja menggenjotnya penuh nafsu dan amarah. Hingga tak butuh waktu lama Derrick mencapai klimaks dan mengeluarkan cairan hangat ke perut Juliet. "Sudah baik aku tidak memasukkan sperma ku kedalam kantong rahim mu." Ucap kasar Derrick berdiri kokoh menatap Juliet yang terus menanangis tanpa henti merasakan sakit di selangkangan dan hancur di hatinya. "Lihat. Darah keperawanan mu ini sudah menjadi milik ku. Lain kali berpikir lah matang-matang sebelum menyakiti Delota." Ucapnya kemudian beranjak pergi meninggalkan Juliet yang menyedihkan sendiri diatas tempat tidurnya.
Terima kasih
Dukunglah penulis untuk menghadirkan kisah-kisah yang luar biasa untuk Anda
good novel
12/08
0Bagus👍
14/05
0keren
02/04
0Lihat Semua