logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 4 ANYTHING FOR YOU

Ternyata memang benar apa yang dikatakan Derrick tempo hari mengenai De'luxury.
Juliet diusir oleh penjaga berbadan besar disana karena tidak bisa menunjukkan identitas diri
kependudukan ketika berniat masuk. Meski Juliet memberikan beberapa lembaran uang dollar
pun, dia tetap diminta menjauh dari tempat hiburan tersebut.
Baru kali ini Juliet menemui penjaga yang tidak bisa disogok dengan lembaran dollar. Sungguh
mengecewakan. Lantas bagaimana bisa Juliet memenangkan taruhan itu. Yang ada dia malah
akan kehilangan Romeo-nya. Tidak. Itu tidak akan terjadi. Kecamnya dalam hati.
Tetapi ketika kepalanya menoleh kebelakang rasanya berat sekali melewati penjaga itu. Apa
yang harus dilakukan.
Sementara saat ini Derrick berada didalam sedang bersenang-senang dengan para wanita
disana.
*
Pagi ini Juliet terlihat kucel dan frustasi. Semalaman ia tidak bisa tidur hanya karena
memikirkan cara untuk bisa masuk ke tempat hiburan itu. Rasanya ia tidak terima jika
kehilangan Romeo-nya. Oh, God. Apa yang harus dilakukan.

Suasana hatinya yang kurang baik pun sampai terbawa di kelas. Bukannya memperhatikan
pelajaran ia malah melamun.
Ketika jam istirahat pun, Juliet hanya mengotak-atik ponselnya diatas meja dengan menopang
kan kepala dengan satu sikunya. Ia pandang nama 'Romeo' disana, rasanya ingin sekali
menelpon atau sekedar mengirim pesan. Tetapi dalam perjanjian taruhan ini salah satunya
adalah dilarang menghubungi pria itu. Jika dilanggar maka dianggap kalah.
Huuft. Juliet menghela napas panjang. Bagaimana ini. Frustasinya.
"Sebenarnya kamu ini kenapa?" Tanya Hannah yang sedang melahap makanannya.
Juliet hanya menatap malas temannya tanpa memberi jawaban kemudian kembali melihat layar
ponselnya yang terpampang nama 'Romeo'
"Kamu sakit?" Tanya Amanda.
Lagi, Juliet hanya diam sembari menarik satu ujung bibirnya ke kanan dengan malasnya.
Amanda dan Hannah saling melempar pandang tidak mengerti apa yang sedang dialami Juliet.
Tak lama kemudian terjadi kegaduhan di kantin. Terdengar sorakan dari beberapa murid.
Ternyata ada dua murid laki-laki sedang adu mulut disana.
Tentu saja, semua tertarik melihat tontonan itu bahkan ada yang sampai merekam mereka
berdua. Hannah dan Amanda pun ikut penasaran kemudian datang ke kerumunan itu.
Sementara Juliet, sama sekali tidak tertarik. Dia tetap duduk di mejanya dengan malas.

Beberapa saat kemudian Hannah dan Amanda datang dengan hebohnya membicarakan
perkelahian yang baru saja dilerai oleh beberapa guru dan membubarkan semuanya.
"Nggak nyangka kalo ternyata dia seperti itu." Nyinyir Amanda kembali duduk lagi bergabung
dengan Juliet.
"Emang nggak tau terima kasih sih. Kamu bayangin coba. Udah dikasih kunci jawaban. Eh, dia
malah menduplikat jawaban yang salah." Heran Hannah.
"Iihss, cerdas sekali dia merubah duplikat kunci jawabannya." Tambal Amanda.
Mata Juliet hanya bisa memperhatikan kedua temannya yang sedang asyik mengobrol.
"Jadi mereka berdua bakalan dapat hukuman berlapis dong. Selain ketahuan mencontek,
mereka juga berantem." Kejut Amanda baru sadar yang dihebohkan juga dengan Hannah
disana.
"Pasti mereka bakalan kena skorsing." Seru Hannah.
*
Suasana di De'luxury malam ini begitu meriah sebab kedatangan DJ terkenal yang tiada
duanya. Alunan musik berdentum begitu menggugah gairah serta lampu-lampu germelap turut
menari-nari diantara pengunjung. Semua orang didalam sana bersenang-senang tanpa ada
yang melarang. Sungguh, tak ada yang melarang.

Pria wanita berhamburan disana dengan berbagai penampilan.
Dan Derrick yang berada di meja bar, sedang dikerumuni tiga wanita sekaligus. Mereka bertiga
mencumbu mesra Derrick secara bergantian. Bahkan tangan liar salah satu wanita disana
dengan berani mengelus selangkangan Derrick dengan begitu menggoda.
Diselimuti rasa gairah, Derrick pun mencumbu leher jenjang salah satu wanitanya.
Dan wanita lainnya mencari bagian tubuh Derrick yang menggoda. Sepertinya ia sudah siap
untuk bertempur dengan tiga wanita sekaligus malam ini.
Tapi sebelum itu terjadi, Derrick masih ingin bersenang-senang disini. Lalu ia berganti
mencecap bibir wanita lainnya yang begitu sensual menyerangnya lebih dulu.
Cukup lama ciuman itu berlangsung. Dan mereka sama-sama saling menikmati. Memberikan
rangsangan antara yang satu dengan yang lain. Sangat menggairahkan dan tidak ingin
melepas ciuman ini.
Sampai pada akhirnya Derrick tak sengaja menggigit bibir wanita itu ketika mendengar suara
yang sangat familiar menggema dalam telinganya.
"Kapan kita akan kencan???"

Seketika Derrick melepas ciumannya dan terkejut setengah mati mendapati gadis gila ini
ditempat yang tidak seharusnya dimasuki.
"What the-" Bagaimana bisa. Derrick tidak percaya gadis gila ini ada dihadapannya. Gairah
yang tadi sedang menyelimuti dirinya kini hilang entah kemana.
Dengan tatapan dingin, bola mata Juliet mengarah pada selangkangan Derrick yang dielus-elus
oleh salah satu wanita didepannya.
Tanpa basa-basi, Derrick menarik salah satu tangan Juliet untuk dibawa ketempat yang
setidaknya tidak terlalu bising.
"Are you crazy, huh? Apa yang kamu lakukan disini? D-dan bagaimana kamu bisa masuk
kesini?" Bertubi-tubi pertanyaan dilontarkan oleh Derrick. Sedangkan Juliet begitu cueknya
malah memeriksa cat kuku-nya sambil menunggu Derrick selesai bicara.
Matanya menatap Derrick setelah tak mendengar lagi suara dari pria itu. Kemudian dengan
senyum kemenangan ia mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya.
Kartu identitas diri. Mata Derrick cukup melebar bercampur penasaran. Dari mana gadis gila ini
mendapatkan kartu tersebut.
"Semalam aku sudah datang kemari. Tempatnya boleh juga." Penilaian Juliet. "Tapi sayangnya
kamu tidak ada. Dan sekarang, look." Juliet memperlihatkan wajah kemenangan.
"Dari mana kamu dapat kartu itu?" Delik Derrick.
Juliet pun hanya tersenyum. Ia teringat obrolan Hannah dan Amanda tentang duplikat kunci
jawaban. Saat itu otak Juliet langsung berputar dan menemukan ide cara mendapatkan kartu
identitas diri. Pulang sekolah, ia pun bergegas menemui Gio, si pen-duplikat. Dan akhirnya,
tercetak lah sudah kartu yang selama berhari-hari membuatnya frustasi.
"Yang terpenting aku bisa masuk kesini, bukan? Dan memenangkan taruhan ini." Juliet merasa
bangga dengan kepintarannya.
"Pasti itu ilegal." Tebak Derrick.
Juliet terdiam sejenak memikirkan sesuatu lalu berkata. "Emmmphh, seingat ku... Legal atau
tidak. Itu tidak ada di aturan main kita. Yang pasti aku berada disini sekarang." Jelasnya begitu
pandai mengolah kata.
"Pulanglah sekarang. Ini bukan tempat mu." Tutur Derrick.
"Tidak." Sahut Juliet keras kepala. "Bagaimana aku bisa pulang kalau kamu sendiri bersenang-
senang dengan tante-tante itu." Jelas Juliet dengan wajah cemberut.
"Tan, tante-tante???" Kejut Derrick dengan sebutan Juliet itu. "O,ok. Mereka tante-tante. Bearti
aku om-om karena aku lebih cocok dengan mereka." Derrick menjelaskan begitu penuh
pengertian.
"Tidak. Kamu tidak cocok dengan mereka. Tapi kamu cocok dengan ku." Sahut Juliet.
Derrick bertolak pinggang sembari menundukkan kepala. Menyadari bahwa dirinya kalah dan
harus menerima semua konsekuensinya.
Tanpa memperdulikan Derrick yang sangat menyesal telah menerima tantangan ini. Juliet
sudah lebih dulu melangkahkan kaki berniat kembali ke tempat semula untuk menikmati malam
gemerlap ini.
Tetapi karena Derrick tak kunjung bergerak, Juliet pun akhirnya menghentikan langkahnya lalu
dengan tangan kiri bertolak pinggang lalu tubuhnya setengah memutar ke belakang mengarah
pada Derrick kemudian berkata.
"It's the time to disco."
Derrick mengangkat kepalanya dan mendapati pose Juliet saat ini terlihat sangat seksi dengan
dress mini berwarna hitam menonjolkan setiap lekuk tubuhnya yang belum pernah terjamah.
Juliet pun kembali ke meja bar dimana dia menemukan Derrick tadi. Bagusnya ketiga wanita
tadi sudah tidak ada lagi di tempat. Kemudian ia memanggil salah satu waiters.
"Berikan aku minuman terbaik disini." Pintanya.
"Semua yang ada disini adalah minuman terbaik." Jawab waiters itu membuat Juliet cukup
linglung karena belum pernah ditempat seperti ini. "Bagaimana dengan Sunrise Tequilla?"
Tawar waiters yang langsung dibalas senyuman oleh Juliet.
"Yah, itu."
Sembari menyebarkan pandangannya keseluruhan sudut tempat, tanpa sadar kepala Juliet
bergerak mengikuti alur musik. Dan beberapa saat kemudian, minumannya datang.
Dengan penuh rasa penasaran ia mengambil minuman tersebut yang entah tadi namanya apa.
"Kamu tidak boleh meminumnya." Larang Derrick yang tiba-tiba datang dan berniat mengambil
minuman tersebut dari tangan Juliet. Namun gadis itu malah menjauhkan gelasnya dari tangan
Derrick.
"No!" Protes Juliet.
"Terserah kamu saja. Minumlah sesuka hati kamu." Kesal Derrick tidak mau peduli lagi dengan
gadis gila ini.
Lalu Juliet meminum sedikit. Dan reaksinya begitu kurang baik. Ia menjulurkan lidahnya seakan
berusaha memutahkan minumannya yang sudah masuk ke kerongkongan.
"Sudah kubilang. Jangan diminum."
Cepat-cepat ia meletakkan minuman itu diatas meja bar dan tak akan lagi meminum minuman
seperti itu lagi.
"Kalau begitu, ajaklah aku ke lantai dansa untuk merayakan kemenangan ku." Rayu Juliet tetapi
tidak digubris oleh Derrick.
"Tidak." Jawab pria itu sangat dingin.
"Oh, come on. Apa aku kurang menarik?" Rayu Juliet sembari mengangkat rambutnya yang
terurai hingga terekspos seluruh bagian leher jenjang Juliet.
Kesan seksi pun melekat pada diri Juliet. Dan tentu, pria mana yang tak tergoda dengan tubuh
yang belum pernah tersentuh ini.
Rasanya terlalu kejam jika Derrick memanfaatkan gadis gila itu untuk bisa menikmati tubuh
molek tersebut.
Ah, tidak. Cepat-cepat ia buang pikiran kotor. Ia hanya menatap gadis gila yang terlihat sangat
senang dihadapannya.
Gadis gila ini terlalu cantik dan terlalu muda berada ditempat seperti ini. Bahkan jika ada orang
lain memperhatikan Juliet, pasti dia dianggap seperti berlian murni. Pikir Derrick.
"Aku antar kamu pulang sekarang." Ajak Derrick memberikan keputusan yang terbaik sebelum
pengunjung lain ada yang menyadari keberadaan Juliet.
Tetapi gadis ini masih saja keras kepala. Dengan menggerakkan kepala ia berkata. "Kita akan
pulang setelah aku mencoba lantai dansa disana. Please." Pintanya memohon.
Daripada terus berdebat, malah membuat semakin lama. Akhirnya Derrick pun mengijinkan
Juliet tapi dirinya tidak ikut.
"Ok. Tapi jangan lama-lama."
Seketika Juliet terlonjak kecil lalu menuju lantai dansa menikmati irama musik.
Seluruh tubuhnya berlenggak-lenggok disana. Sementara Derrick hanya memperhatikan dari
meja bar.

Beberapa saat kemudian, ponsel Derrick bergetar. Segera ia mengambil ponsel dari saku
jasnya. Mr. Sean. Tulisan yang muncul di layarnya.
Derrick harus menerima telepon itu. Matanya sesaat melihat Juliet yang begitu menikmati
disana. Sepertinya gadis itu akan baik-baik saja jika ditinggal sebentar untuk menerima telepon
dari Mr. Sean. Kemudian Derrick pun beranjak pergi mencari tempat yang lebih sepi.
Setelah selesai dengan urusannya, Derrick pun berniat kembali ke meja bar-nya dan mengajak
Juliet pulang. Namun belum sampai disana, ia melihat Juliet dikerumuni oleh sekumpulan pria.
Terlihat jelas tubuh Juliet dipepet oleh mereka, ditambah lagi Derrick melihat Juliet dicekoki
minuman disana.
Bergegas Derrick berlari untuk menyelamatkan Juliet yang kewalahan disana. Dengan kasar
Derrick menarik satu per satu kerah belakang pria-pria itu, berusaha menjauhkan dari Juliet
yang tubuhnya sempoyongan mungkin karena pengaruh minuman.
"Hei, take easy man." Protes salah satu pria yang membawa botol minuman.
Dengan tatapan tajam Derrick mengancam mereka semua. "Aku akan mematahkan tangan
kalian jika menyentuhnya lagi." Ancamnya kemudian membawa Juliet keluar dari tempat ini.
Derrick tak menyangka, hanya sebentar saja ia meninggalkan Juliet. Hasilnya seperti ini.
Didalam mobil, ia mengambil napas panjang sembari menoleh kearah Juliet yang telah mabuk.
Seharusnya taruhan ini tidak pernah ada. Derrick merasa bersalah melihat kondisi gadis ini.
Memori nya kembali memutar, dimana ia melihat dengan mata kepala sendiri ketika Miracle
diperkosa. Sungguh, tontonan yang sangat menyedihkan. Dan kejadian barusan, hampir
membuat jantung Derrick berhenti berdetak melihat Juliet dikerumuni para pria yang menyekoki
dengan minuman.
Oh ya Tuhan, rasanya hampir mati saja jika ia harus melihat kejadian yang sama seperti yang
terjadi dengan Miracle.

Komentar Buku (82)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    12/08

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus👍

    14/05

      0
  • avatar

    keren

    02/04

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru