logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 Disapa Masa Lalu

Pandu, dia adalah mantan pacar Qila yang tidak datang di saat hari pertunangan mereka. Saat acara akan digelar dengan mewah, Qila didampingi sahabat satu-satunya, Karin menunggu dengan cemas.
Tamu undangan sudah berdatangan, keluarga Qila juga sudah tiba. Hanya satu yang belum datang, Pandu dan keluarganya.
“Permisi, Mba Qila,” ucap seseorang sopan dari arah pintu. Qila dan Karin menoleh, Qila terlihat senang karena yang sekarang datang adalah salah satu dari orang yang dekat dengan Pandu.
“Mas Pandu sudah datang?” tanya Qila. Raut wajah yang semula murung kini menjadi ceria.
“Ayo, Karin. Kita lihat calon tunangan aku!” ajak Qila. Dia bangkit dari duduknya dan menarik pergelangan tangan Karin. Karin juga terlihat senang dan antusias mengikuti Qila. Tetapi, orang tadi menghalangi mereka dari pintu.
“Maaf, Mba. Saya harus menyampaikan kabar ini ke Mba Qila.”
Perasaan Qila mulai tidak enak, dia cemas.
“Kenapa?” tanya Qila.
“Mas Pandu membatalkan pertunangan kalian.”
Brukk
Qila ambruk mendengar perkataan itu. Bagai tersambar petir di siang bolong, Qila benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
“Apa maksud kamu?” tanya Karin.
“Mas Pandu membatalkan pertunangan ini. Untuk pembayarannya tidak perlu dipikirkan. Semua akan ditanggung oleh Mas Pandu,” jawabnya.
Qila terdiam, bulir-bulir kesedihan terjatuh dari matanya. Beberapa kali dia mencubit dirinya, seakan berharap ini adalah mimpi.
“Ini bukan soal bayar membayar. Ini soal hati, lalu bagaimana dengan Qila? Apa Pandu sama sekali tidak memikirkan perasaan Qila?” bentak Karin.
“Maaf, saya hanya menyampaikan pesan dari Mas Pandu, saya permisi.”
“Mas Pandu ada di mana?” tanya Qila disela isak tangisnya.
“Mas Pandu sudah berangkat ke luar negeri. Pesan nyonya jangan cari Mas Pandu lagi karena dia akan segera menikah.”
Hati Qila menjerit mendengar perkataan itu. Sudah keluarganya tidak bisa datang, kini calon tunangannya juga tidak bisa datang.
“Menikah? Bagaimana bisa sedangkan dia masih berkata bahwa dia mencintaiku tiga jam yang lalu. Apa karena aku orang miskin? Apa karena aku tidak sederajat dengan keluarga mereka? Kenapa! Harusnya dari awal, kenapa di saat yang seperti ini!” ucap Qila sambil menangis.
Karin segera memeluk sahabatnya itu.
“Karin,” ucap Qila.
“Hm,” jawab Qarin sambil mengelus punggung Qila.
“Aku harus apa?” tanya Qila yang sorot matanya mulai sendu.
Prakk
Hati Karin yang berusaha kuat sejak tadi seakan patah setelah mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu. Dia juga tidak tahu harus menjawab apa. Apalagi suara Qila terdengar begitu putus asa.
“Tenang, Qila. Masih ada aku,” ucap Karin. Hanya itu yang bisa dia katakan untuk sahabatnya yang kini menatap jauh tamu undangan.
Air mata Qila tumpah, dia menangis seperti anak kecil.
“Karin, apa masih ada kemungkinan bahwa Mas Pandu nge-prank aku? Mungkinkah dia sekarang sedang mengerjai aku?”
Hati Karin semakin sedih saat mendengar itu. Rasanya hal itu tidak mungkin terjadi. Tetapi apa salahnya berharap dengan kemungkinan kecil itu.
“Bagaimana kalau kita coba hubungi dulu,” ucap Karin setelah melepas pelukannya.
Qila hanya mengangguk, Karin membantunya untuk menghapus air mata. Qila mengambil ponsel yang terletak dintas meja, tangannya gemetaran sambil mencari nama Pandu di kontak.
Perasaan Qila was-was sambil menunggu teleponnya terhubung. Qila semakin lesu, tatapannya kosong saat menatap ponsel.
Tanpa bertanyapun Karin sudah tahu jawabannya, Pandu lelaki brengsek itu pasti sudah tidak bisa dihubungi.
Karin merangkul Qila. “Mari kita pulang, Qila,” ajak Karin.
Qila melepaskan diri dari rangkulan Karin. “Aku akan tunggu Mas Pandu di sini. Dia sudah berjanji akan datang hari ini. Dia tidak mungkin melanggar janjinya, Karin,” ucap Qila.
“Dia tidak mungkin datang! Dia sudah pergi, Qila!”
“Dia pasti datang!”
Karin menggeleng melihat sahabatnya yang ngeyel. Karin keluar untuk mengurusi tamu undangan yang sudah sejak tadi menunggu dan meninggalkan Qila sendirian di ruang tunggu.
“Apa salah aku sampai Mas Pandu tega melakukan ini kepadaku? Dia bahkan sudah akan menikah. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Bagaimana aku akan menyelamatkan wajah keluargaku dan wajahku di depan orang-orang? Mereka pasti semakin menertawakan keluargaku,” batin Qila.
Hatinya hancur, dia juga malu. Dengan bangga Qila selalu menceritakan Pandu sebagai seorang pacar yang sangat perhatian. Sekarang, Qila malu harus mengakui hubungannya dengan Pandu hanya sebatas ini.
“Pengkhianat!” seru Qila. Dia membuang peralatan make up yang pernah dibelikan oleh Pandu.
Tangisnya tersedu-sedu. Qila melihat dirinya di cermin hias. Dia terlihat berantakan.
“Arghhhh!” teriak Qila sambil melempar botol foundation kaca ke cermin. Keduanya pecah.
“Hiks, hiks.” Qila menangis sambil meringkuk, menutup wajahnya.
Qila masih duduk di lantai ruang tunggu yang dihias cantik dan sangat wangi. Dia bahkan belum mendengar suara Mas Pandu pagi ini, tetapi pesannya sudah sampai ke sini. Pesan membatalkan pertunangan.
“Qila!” seru Karin yang melihat seisi ruangan berantakan, belum lagi serpihan-serpihan kaca di mana-mana.
“Maaf, seharusnya aku tidak meninggalkan kamu,” ucapnya sambil menahan tangis.
“Aku tidak apa-apa. Bisakah kamu mengantarkan ku pulang?” tanya Qila.
“Ya, ayo kita pulang!”
***
Bayangan perpisahan yang menyakitkan itu bahkan masih membekas di ingatan Qila. Tidak satu katapun yang terlupakan olehnya.
Sekarang, Qila bertemu lagi dengan Pandu. Luka lama yang sudah terkubur itu, membekas lagi. Sakitnya tidak berkurang sedikitpun.
“Qila, maaf,” ucap Pandu lirih.
“Saya tidak mengerti apa yang Bapak katakan. Saya permisi dulu,” ucap Qila kemudian berlalu pergi. Sampai saat Qila pergi pun, Pandu tidak mengangkat wajahnya. Dia terus menunduk, karena malu dan rasa bersalah.
Erzan melihat Qila yang berjalan mendekati mereka, dia melemparkan senyuman manis untuk Qila hingga Qila duduk di samping Erzan. Pandangannya tidak teralihkan dari Qila.
Tidak lama setelah itu, Pandu pun kembali. Dia duduk tepat di depan Qila hingga Pandu bisa melihat Qila dengan jelas.
“Kamu kenapa, Nak? Kok matanya merah?” tanya Bu Wijarsono.
“Gak kenapa-napa, Ma. Kelilipan aja mungkin,” jawabnya.
Qila terlihat tidak perduli dengan itu, dia sibuk mendengarkan Erzan dan Pak Wijarsono berbicara. Tidak sedikitpun matanya melirik Pandu.
“Kalian berdua ini terlalu mesra untuk dinilai sebagai hubungan sekretaris dan bos,” ucap Pak Wijarsono.
Qila kaget mendengarnya, matanya berbinar saat bertukar pandang dengan Erzan. “Bagaimana menurut Bapak? Saya mau mendengarkan pendapat yang sudah berpengalaman seperti Bapak.”
“Erzan, maju terus! Kalian terlihat serasi saat bersama,” jawab Pak Wijarsono sambil menepuk pelan bahu Erzan.
Erzan menyenggol tangan Qila, sambil berekspresi malu.
“Aduh, Mama jadi teringat masa muda ya, Pa,” ucap Bu Wijarsono diikuti oleh anggukan suaminya.
"Kapan rencana kalian akan menikah?" tanya Bu Wijarsono.
Brakk
Sebuah gelas pecah. Mereka semua menatap kearah suara.
“Pandu, kamu kenapa?” tanya Pak Wijarsono.
“Gak apa-apa, Pa. Kesenggol,” jawabnya.
“Jangan bikin Papa malu, dong. Kamu sebagai calon pemimpin harusnya lebih berhati-hati. Contoh Erzan, dia tidak pernah melakukan kesalahan,” puji Pak Wijarsono.
“Ah, Bapak terlalu memuji. Saya juga tidak akan bisa seperti ini tanpa bantuan dari Qila. Selama dua tahun ini Qila yang selalu mengurus saya, saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan tanpa dia. Saya juga tidak bisa hidup tanpa Qila, Pak,” jelas Erzan. Dia begitu terus terang dengan perasaannya.
Ya, memang hubungan mereka itu sangat dekat dibanding dengan rekan bisnis yang lain. Pak Wijarsono juga sering mengundang Erzan ke rumah mereka untuk makan malam atau sebaliknya, Erzan yang mengundang mereka. Jadi, wajar kalau Erzan begitu terbuka terkait perasaannya kepada Qila.
“Ha, ha, ha. Anak muda zaman sekarang ya.”
Qila hanya tersenyum malu mendengar itu. Sedangkan di sisi lain ada yang sedang murka.
“Aku akan mendapatkan Qila kembali. Mereka tidak boleh menikah, Qila hanya untukku," batin Pandu.
Bersambung...

Komentar Buku (163)

  • avatar
    AriantiNi Kadek ica

    bagus

    8d

      0
  • avatar
    YuliandaFitra

    crtnya bgus

    14d

      0
  • avatar
    DestriantoRegi

    👍😎bagus

    19d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru