logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 4 Luka Sang Pangeran

11 tahun yang lalu.... Woon sedang bertarung dengan pasukan Cheol yang nampak tak pernah habis jumlahnya. Lelaki itu begitu kewalahan dengan serangan bangsa Cheol yang tak berujung. Semakin dia bertarung semakin dia kehabisan tenaganya namun jumlah monster itu malah semakin banyak dan tak terkendali. Pangeran itu tidak sadar ketika ada bangsa Cheol yang akan menyerangnya dari belakang.
"Pangeran Woon!" jerit seorang gadis berambut panjang perak dengan kulit porselen sambil berlari ke belakang punggung sang pangeran. Gadis itu memiliki mata berwarna hijau menyala dan bibir lembut merah muda, dia nampak begitu cantik dan bersih meskipun telah bertarung selama berhari-hari melawan monster Cheol yang sepertinya tak akan pernah terkalahkan, Pysche namanya.
Pysche menghalangi serangan monster Cheol pada pangeran Woon dengan busur indahnya kemudian menendang keras bangsa Cheol itu dan memanahnya tepat di jantung. Tembakan panahnya sangat akurat dan menembus rongga dada si monster. Setelah satu Cheol telah tumbang ada dua lagi Cheol yang menyerang Pysche. Gadis cantik dan lembut itu terfokus pada kedua Cheol yang menyerangnya dan tidak menyadari bahwa ada Cheol lain yang dari kejauhan sedang membidiknya dengan anak panah.
"swiiiiiiiiiiinggg..... Jleebbb!!" tiba-tiba satu anak panah tajam menembus jantung Pysche dan menyalakan sinar terang pada kalung yang dikenakan di lehernya.
"swiiiiiiiiiiinggg.... Jleb! Jleb!" ada dua anak panah lain yang baru saja menembus dadanya. Serangan itu membuat kalung kristal di dadanya menyala lebih terang kemudian padam dan terjatuh di tanah yang menjadi pijakan kakinya. Tubuh Pysche yang melemah pun ikut tumbang dan terjatuh di samping kalungnya.
Woon yang sebelumnya sedang bertarung dengan lima bangsa Cheol lainnya menoleh dan mendapati Pysche tengah terkapar di tanah dengan tiga anak panah yang menusuk di jantungnya. Pangeran itu panik ketika melihat darah mengalir deras dari tubuh Pysche dan membasahi tanah di sekitarnya.
"kita mendapatkan kalung putihnya" ucap salah satu bangsa Cheol mengambil kalung kristal yang terjatuh di tanah di samping tubuh Pysche. Cheol itu dengan segera mengambilnya dan berlari pergi diikuti oleh pasukan lain di belakangnya. Mereka telah mendapatkan tujuan mereka. Kalung kristal milik Pysche yang menyerap semua sihir putihnya.
"Pysche!!!" Woon berteriak panik saat melihat gadis cantik itu sedang terkapar di tanah dan menyabetkan kedua pedangnya pada dua Cheol yang tersisa di hadapannya. Sang pangeran menebas leher keduanya. Woon berlari cepat ke arah Pysche dan mengangkat gadis tak berdaya itu ke dalam pelukannya. Rombongan lainnya yang baru saja mengalahkan monster Cheol di hadapannya segera berlari menghampiri Woon yang sedang memeluk erat tubuh Pysche yang lemah.
"pangeran Woon...." desah Pysche pelan dengan lemas. Ada garis darah yang menetes dari kedua ujung bibirnya. Gadis itu mencoba menggapai pipi Woon yang nampak kemerahan. Sang pangeran memandangnya dengan pandangan horor dan mata nanar penuh ketakutan saat tubuh Pysche semakin melemah. Sebelum gadis muda itu berhasil mengangkat tangannya dan memegang pipi Woon, tangan putih itu telah terjatuh lemas ke tanah dan tidak ada lagi gerakan apapun dari Pysche.
"Pysche... Putri Pysche...." Woon memanggilnya pelan dan mengguncang-guncangkan tubuh sang gadis yang telah melemas. Tidak ada jawaban apapun dari Pysche.
"Pysche!!!" sang pangeran menjerit keras menyadari bahwa roh gadis berambut silver itu tidak lagi berada di dalam jasadnya. Gadis itu telah meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Meninggalkan Woon yang mulai menangis sendu karena rasa kehilangan dan kehancurannya yang begitu dalam.
Woon kembali dari ingatannya dan melihat Dan Oh gadis planet Bumi itu sedang berdiri tegak menatapnya dengan semyuman lebar di wajahnya. Gadis mungil itu tidak menyadari adanya anak panah yang dibidik kan kepadanya. Woon segera berlari menghampirinya dengan kekuatan penuh. Ada rasa horor di dalam hatinya. Dia tidak ingin kejadian yang dulu terjadi di hadapannya terulang lagi dan menjadi mimpi buruknya.
"Swiiingggg...." terdengar suara desisan anak panah yang baru saja dilepaskan oleh bangsa Cheol. Woon memegang kedua bahu Dan Oh dan mendorongnya jatuh dengan keras.
"Srakkk!!" anak panah itu mengenai bagian samping lengan Dan Oh. Dia terjatuh karena dorongan yang kuat dari Woon yang sekarang juga terjatuh di atas tubuhnya.
Siera melemparkan salah satu lempengan logamnya kepada bangsa Cheol yang menembakkan panah itu. Lempengan logamnya mengenai bagian tengah kepala Cheol secara vertikal dan membelah kepalanya menjadi dua bagian. Tubuh menjijikkan Cheol itu tersentak jatuh ke belakang. Pada akhirnya semua bangsa Cheol yang menyerang telah berhasil dikalahkan. Woon bangkit berdiri dari atas badan Dan Oh sementara gadis itu bangkit dan hanya terduduk di tanah. Dia memegang bahunya yang berdarah karena luka gores yang disebabkan oleh anak panah bangsa Cheol. Anak panah bangsa Cheol sungguh besar dan tajam bagaikan tombak. Jika panah itu sampai mengenai bagian lain dari tubuhnya, Dan Oh tidak tahu, mungkin dia tidak akan pernah kembali ke Bumi tempatnya berasal dan akan pergi ke alam kubur begitu saja.
"Dasar bodoh!! Kalau kau tidak bisa melindungi dirimu sendiri jangan pernah mencoba melindungi orang lain dan melompat seperti orang gila! Kau pikir kau bisa mengalahkan mereka semua dengan sekali tebas?! Kau sungguh gadis Bumi yang lemah dan gila!!" Woon meledak dalam amarahnya. Nada suaranya yang tinggi dan menggelar mengagetkan Dan Oh dan membuat gadis itu terdiam.
Gadis itu sebenarnya tidak terima atas komentar pedas yang diterimanya dari Woon. Lelaki itu menyebutnya sebagai gadis yang lemah dan gila. Dia bisa menerima kata gila yang terlantar padanya, yah dia memang sering mendengar itu dari orang lain dan dia juga mengakui bahwa dirinya memang sedikit gila. Namun dia tidak mampu menerima jika ada yang menyebut sebagai gadis yang lemah, oh ayolah tubuhnya memang mungil tapi dia adalah pemegang sabuk hitam karate di sekolahnya. Dia pandai bela diri dan telah membuktikan bahwa dia mampu mengalahkan satu monster Cheol. Dia benar-benar ingin memprotes pangeran yang telah mengejeknya. Namun dia hanya mampu terdiam membisu melihat kemarahan Woon yang membungkam mulutnya. Gadis itu mampu melihat nyala api yang menggelora pada tatapan sinis sang pangeran. Selama ini lelaki itu nampak bersikap seperti air tenang yang menghanyutkan namun sekarang tiba-tiba saja dia berubah menjadi gunung berapi yang meletus-letus.
"aku hanya mencoba membantu..." ucap Dan Oh pelan sambil menundukkan wajahnya. Dia tak berani menatap langsung ke arah mata Woon yang nampak mengancam kehidupannya. Pangeran itu sungguh menakutkan.
Tiba-tiba saja Dan Oh merasakan sensasi sejuk di bagian lengannya yang terluka akibat anak panah Cheol. Dan Oh menoleh dan mendapati lukanya sedang dikelilingi oleh aliran air biru bercahaya yang menyentuh dan masuk ke dalam kulitnya. Seketika darah di sekitar lukanya menghilang kemudian luka robek di kulit halusnya perlahan menutup dan sembuh dengan sempurna.
"eoh?" ucap Dan Oh kebingungan. Entah keajaiban apalagi yang sekarang telah terjadi di hadapan matanya.
"kekuatan kristal mondwat dengan elemen air salah satunya adalah untuk penyembuhan" ucap Gwi yang telah dengan misterius berada di dekat Dan Oh dan Woon diiringi oleh kehadiran Siera yang menatap lengan Dan Oh dengan serius serta Ryu dan juga Key yang mengangguk paham dengan statemen yang dibuat oleh sang manusia serigala.
"waaah..... Mengagumkan..." ucap Ryu merasa kagum dengan kejadian yang di lihat secara langsung oleh mata kepalanya. Lelaki muda dan ceria itu menampakkan senyuman dan binar mata penuh kekaguman sambil memandangi kulit lengan Dan Oh yang telah sembuh secara sempurna. Ini adalah pertama kalinya dia melihat secara langsung kekuatan ajaib dari kristal mondwat, sebelumnya dia hanya pernah mendengarnya sebagai bagian dari legenda planetnya. Lelaki ceria itu maju mendekat dan menyentuh lengan Dan Oh yang sebelumnya terluka secara perlahan dengan jari telunjuknya. Dia menekan-nekan tangan gadis itu dan tersenyum lebar. Dan Oh yang melihat tingkah konyol Ryu tidak bisa menahan diri untuk tersenyum penuh kekaguman. Mereka berdua merasakan rasa kagum yang sama dan akhirnya saling bertatapan dengan mata berbinar dan senyuman ceria di wajahnya.
"kau lihat? Aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri, jadi kau tidak perlu marah seperti itu" Ucap Dan Oh mengalihkan pandangannya dan membela dirinya di hadapan Woon yang masih nampak marah. Gadis itu bangkit berdiri dan memandang ke arah Woon dengan ekspresi mengejek.
"kau pikir kekuatan itu bisa membantumu menyembuhkan orang yang telah meninggal? Sadar lah! Kau itu bukan dewa!" ucap pangeran Woon dengan dingin dan sorot mata yang tajam. Lelaki itu berbalik badan dan pergi ke arah sebuah danau yang tidak begitu jauh dari tempat mereka berada untuk mendinginkan pikiran dan perasaannya yang sangat kacau saat ini. Dan Oh hanya mampu melihatnya pergi dengan diam. Menurutnya kemarahan Woon padanya sungguh diluar batas kewajaran. Sebenarnya dimana letak kesalahan gadis mungil itu? Bagaimanapun juga dia hanya mencoba membantu dan dia juga tidak luka lagi sekarang. Dimana masalahnya? Lelaki itu sungguh tidak masuk akal.
"maafkan Woon atas ketidak sopanan nya kepadamu nona Dan Oh. Sebenarnya Woon bukanlah orang yang dengan mudah bersikap kasar seperti itu kepada orang lain" putri Siera sang kakak perempuan pangeran Woon menghampiri Dan Oh dan memegang pundaknya. Dia meminta maaf kepada gadis SMA itu untuk menggantikan adiknya. Gadis mungil itu masih nampak begitu kesal.
"kenapa malah kau yang meminta maaf? Oh ya, jangan memanggil dengan panggilan nona, itu terdengar terlalu canggung, panggil saja namaku Dan Oh, lagipula aku kan yang paling muda diantara kalian semua" kata Dan Oh menoleh secara bergantian kepada Siera, Gwi, Ryu dan juga Key. Yah dibandingkan mereka semua hitungan usia Dan Oh sungguh jauh berbeda. Bukankah tidak pantas jika mereka memanggilnya dengan panggilan nona? Terutama jika sebutan itu diucapkan oleh Siera yang merupakan seorang putri kerajaan. Mereka berempat menyetujui permintaan Dan Oh.
"Dan Oh!" ucap Ryu memperagakan diri memanggil sang manusia bumi dengan panggilan akrab. Lelaki ceria itu mengangkat tangan kanannya sejajar wajah seolah sedang mengucapkan halo kepada Dan Oh untuk pertama kalinya.
"Ryu!" Dan Oh menirukkan gestur tubuh Ryu dan ikut memperagakannya. Keduanya tersenyum ceria dengan panggilan masing-masing, diantara semua orang di rombongan ini, Ryu lah orang yang membuat Dan Oh merasa paling nyaman dengan sikap ramah dan konyolnya. Gadis itu tersenyum senang menanggapi pengawal muda itu dan melupakan kekesalannya kepada sang pangeran sebelumnya.
"Tapi.... Dan Oh..." Gwi memanggil nama gadis itu untuk pertama kalinya menggunakan suara khasnya yang begitu dalam. Suara lelaki itu selalu membuat kaki Dan Oh merasa lemas saat mendengarnya. Gadis SMA itu sangat menyukai suara maco yang diperdengarkannya. Wajahnya bersemu merah ketika manusia serigala itu memanggil namanya.
"kenapa?" gadis itu menanyai Gwi dengan nada yang sangat lembut. Wajahnya nampak malu-malu namun jelas dia tidak bisa menyembunyikan antusiasmenya sangat menoleh ke arah lelaki itu. Namun seketika gadis itu bergidik saat melihat wajahnya. Tak pernah sedikitpun lelaki itu tidak menunjukkan ekspresi super serius yang begitu menakutkan menurut Dan Oh. Gwi selalu nampak seperti seekor binatang buas yang sedang mengintai mangsanya. Yah... Bagaimana pun juga dia memang seekor serigala yang ganas dan hal ini membuat Dan Oh merasa menjadi kelinci kecil yang gemetar ketakutan di hadapannya.
"apakah kau juga bisa menyembuhkan orang lain?" tanya Gwi penasaran.
"entahlah, aku bahkan tidak tau bagaimana hal tadi bisa terjadi" jawab Dan Oh mengindikasikan kepada lengannya yang sempat terluka parah.
"cobalah, sembuhkan luka ini." perintah manusia serigala itu sambil mengarahkan tangannya yang terkena sabetan pedang dan terluka cukup parah.
Gadis itu memandang Gwi dengan tatapan ragu, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menyembuhkan luka itu. Namun Dan Oh tetap berjalan mendekati Gwi. Siswi itu menatap luka Gwi dan mengamatinya untuk beberapa saat waktu, kemudian mengulurkan tangannya ke atas tangan sang manusia serigala yang terluka dengan harapan akan muncul kekuatan penyembuhan kristal mondwat dari telapak tangannya.
"tidak ada perubahan" gumam Dan Oh pelan nampak ragu. Seketika itu muncul lapisan air biru menyala yang menutupi kedua telapak tangannya. Luka Gwi yang lebar perlahan semakin mengecil dengan sendirinya dan menghilang tanpa bekas.
"Wooow, luar biasa!" Ryu mendekati Gwi dan kembali terkagum-kagum dengan kekuatan kristal mondwat yang nampak di hadapan matanya. Dan Oh tersenyum senang menyadari bahwa usahanya untuk menyembuhkan luka Gwi telah berhasil.
"waaah.... Berhasil" ucap Key merasa girang. Perempuan itu menepukkan kedua tangannya dan memandangi lengan Gwi dengan biar di wajahnya. Sementara itu Siera hanya ikut melihat dengan wajah datar yang terpasang di mukanya. Namun tatapan matanya tak mampu menyangkal perasaan tertarik yang dimilikinya.
"apa ada yang ingin disembuhkan lagi?" ucap Dan Oh dengan senang mengangkat kedua tangannya sejajar bahu sambil tersenyum ceria. Gadis itu dengan suka rela menawarkan diri untuk menyembuhkan luka-luka rekan perjalanannya. Luka ringan ataupun parah gadis itu akan menyembuhkan semuanya. Dia sungguh merasa bangga dan bahagia karena bisa bermanfaat bagi teman-teman yang selalu melindunginya.
Sementara itu dari kejauhan, Woon yang sedang menyendiri dari rombongannya di dekat danau menoleh sekilas ke arah rekan-rekannya berada. Suara tawa serta canda Dan Oh dan Ryu adalah yang paling mendominasi di antara mereka. Woon mengamati wajah gadis itu sekilas dan melihat senyumannya yang merekah.
"pangeran Woon!" tiba-tiba dia seolah sedang mendengar suara lain dari gadis yang dirindukannya. Ingatannya kembali di saat Pysche kekasihnya masih hidup dan selalu berada di sampingnya. Gadis itu selalu memanggil Woon dengan suara lembut dan merdunya. Dia tidak pernah melupakan diri untuk tersenyum saat memandang Woon.
Ingatan tentang tawa Pysche ketika dia sedang dikelilingi hewan-hewan jinak seperti kelinci, rusa dan tupai kembali di benak Woon. Gadis itu nampak antusias dan berlemah lembut saat memperlakukan hewan-hewan yang datang kepadanya.
"pangeran Woon, kemarilah...." ucapnya meminta Woon bergabung dengannya. Woon tersenyum dan berjalan perlahan mendekat, tidak ingin menakuti hewan-hewan mungil itu dengan kehadirannya. Keduanya pun mulai bermain bersama dengan para hewan tersebut.
Itu adalah salah satu kenangan indah dari berjuta kenangan tentang Pysche yang disimpan di hati sang pangeran. Woon menengadahkan wajahnya dan memandang langit biru yang cerah, betapa dia berharap bisa melihat keindahan dunia ini bersama dengan gadis bermata hijau itu lagi. Sang Pangeran begitu merindukan kehadirannya. Woon memejamkan mata dan mencoba mengingat setiap detail wajah dari kekasihnya yang jelita.
"Pysche....." gumamnya pelan dan berharap gadis itu bisa kembali mendengar panggilannya.

Komentar Buku (62)

  • avatar
    Dapin Sragen

    karna belum membacaya

    19d

      0
  • avatar
    FatmonaLisma

    bintang tiga dulu ya Thor nnti selesai baca baru tambah bintangnya gue baca karna ada foto Mamel😅👸

    01/07

      0
  • avatar
    AdiSurya

    bagus

    20/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru