logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 4 Melarikan Diri

Safa melihat dari bawah ke atas pagar, dan menemukan ide untuk masuk. Karena itu dia memberi isyarat kepada Kharel untuk segera pergi dan jangan khawatir, sebenarnya Kharel mau membantu tetapi Safa benar-benar menyuruhnya untuk segera pergi, karena takut ketahuan orang. Dengan terpaksa Kharel melangkahkan kakinya. Saat melihat Kharel sudah tidak terlihat, Safa langsung memanjat pagar tersebut, ternyata idenya untuk masuk adalah dengan memanjat pagar. Dengan beraninya dia melompat dari atas pagar ke lantai.
Bruk
Terdengar jelas suara Safa terjatuh oleh Kharel, dia langsung menoleh ke arah belakang dan melihat Safa tidak ada disana.
"Astghfirullahaladzim jangan bilang dia memanjat pagar untuk masuk, ya Allah berani sekali." batin Kharel.
"Aw," rintih Safa saat terjatuh, dan dia melihat sepasang kaki di depan matanya, perlahan dia melihat dari bawah sampai ke atas untuk melihat siapa yang ada dihadapannya.
"Ckckck Safa, hobimu belum pernah berubah ya dulu suka manjat pohon dan sekarang manjat pagar, aku laporin ke kakek ya, kaa." belum sempat Chandra memanggil kakeknya, Safa langsung menahannya.
"Chand tolong jangan laporin ke kakek, tolong bangettt." pinta Safa.
"Kamu sih nekad banget ya keluar malam ngapain ha? kakek pasti sudah menjelaskan aturan di desa ini, masih aja dilanggar." ucap Chandra.
"Ssstt udah deh jangan ngomel melulu, pokoknya jangan laporin ke kakek awas aja." ucap Safa lalu berjalan dengan tertatih-tatih karena kakinya yang terluka. Dia berhasil masuk kamar tanpa ketahuan.
"Huftt untung saja kakek dan nenek sudah tidur."ucap Safa, lalu dia melihat pergelangan kaki dan lututnya sedikit berdarah, lalh dia mengobatinya perlahan. Karena tadi lumayan menegangkan untuk Safa, dia pun jadi cepet mengantuk dan tidur dengan pulas. Disini, ketika sudah jam empat subuh seluruh santri sudah dibangunkan, tak terkecuali Safa.
"Bangun sayang yok subuhan," ucap Rohimah lembut membangunkan cucunya, namun Safa tidak juga mau bangun.
"Aduh kenapa punya cucu persis banget kaya ibunya, susah banget kalau dibangunin, yaudah nanti kalau kakek marah jangan salahkan nenek ya," ucap Rohimah meninggalkan kamar Safa.
Rohimah kembali ke kamar untuk mengambil mukena.
"Sudah bangun Safa?" tanya Hisyam kepada istrinya.
"Susah banguninnya, dari tadi ngga mau bangun."
Hisyam langsung melangkah ke kamar Safa.
"Safa bangun sekarang sudah subuh, atau mau kakek siram?"ucap Hisyam dengan nada tinggi membuat Safa langsung spontan bangun dan duduk.
"Iya kek, ini Safa sudah bangun." jawab Safa dengan mata tertutupnya.
"Bangun, ambil wudhu sekarang dan langsung ke masjid! cepat." ucap Hisyam lalu keluar.
"Arghhh kakek kenapa nyebelin banget sih, masih enak tidur juga." gerutu Safa dengan malas-malasan mengambil wudhu, lalu memakai mukenanya dan membentang sajadahnya, namun tiba-tiba kakeknya masuk lagi.
"Ayo ke masjid, ngapain kamu masih disitu." ucap kakek.
"Safa sholat dirumah aja kek, kan perempuan gapapa dirumah aja." jawab Safa.
"Ikut sekarang ke masjid, setelah sholat nanti langsung kajian." ucap Hisyam.
"Apa? Kajian? ya ampun masih pagi loh padahal," batin Safa merasa sangat malas mendengar kata kajian.
Dengan bermalas-malasan dia berjalan mengikuti kakeknya ke masjid, sampai di masjid Safa sedikit mengundang perhatian santri yang tidak pernah melihatnya.
"Anak baru ya?" tanya salah satu gadis kepada Safa, namun tidak Safa hiraukan dan memejamkan matanya kembali.
"Dih sombong banget ya," bisik mereka.
Sholat pun dimulai secara berjamaah dan dilanjutkan kajian subuh, para santri perempuan semuanya membawa catatan dan mencatat isi kajian hari ini, dan Safa mendapat tatapan tidak enak dari Santri lain karena dia tidak mencatat apapun.
"Ngeselin banget nih mata para bocah, ngapain liatin aku sampe segitunya. Aku ini lebih tua daripada kalian loh adek-adek, kenapa natap aku seolah jijik gitu." batin Safa, lalu dia menutup matanya dan menyenderkan tubuhnya didinding. Kajian pun berjalan dengan lancar dan selesai, sedangkan Safa malah asik tidur.
"Astghfirullahaladzim, Safa!" ucap Hisyam marah dan membuat Safa terbangun, kebetulan ternyata Kharel sholat dan ikut kajian dimasjid itu dan melihatlah ke arah Safa yang tertidur dan dimarahi, dia tersenyum kecil menertawakan Safa karena tertidur.
"Memalukan sekali," gumam Hisyam langsung meninggalkan Safa. Dia langsung menutup wajah malu karena melihat Kharel tersenyum melihatnya.
"Bisa-bisanya dia melihatku dengan kondisi seperti tadi," batin Safa lalu dia bergegas langsung keluar dari masjid.
Safa langsung masuk ke kamar membuka mukenanya dan kembali naik ke ranjangnya untuk melanjutkan tidurnya, karena niatnya ke desa untuk mengistirahatkan diri. Namun ekspektasinya ternyata salah, disini dia sama sekali tidak bisa bersantai justru kakek dan neneknya memperlakukan Safa sama seperti santri lainnya.
"Safa kok malah tarik selimut, ayo nak bangun kita ada gotong royong bersama dengan warga, ayo." ucap Rohimah menarik Safa.
"Aduh nek, gotong royong kan ngga wajib. Safa mau tidur ngantuk banget," ucap Safa dengan melas.
"Anak gadis kok pagi-pagi malah tidur gak baik, cepet pake baju dan hijabmu," ucap Rohimah.
Dengan terpaksa Safa mengikuti lagi perintah neneknya.
"Kamu gabung sama santri perempuan ya, bantu bersih-bersih." ucap Rohimah.
"Sama mereka? anak kecil itu? ngga deh ngga mau," tolak Safa.
"Harus mau, sana bantu mereka." ucap Rohimah meninggalkan Safa.
"Ch, menyebalkan sekali. Lagi pula tidak ada larangankan kalau siang hari, perempuan keluar." ucap Safa tersenyum licik, dan dengan bersembunyi mengendap-endap dia keluar dari pesantren.
Safa berhasil keluar dari pesantren, dia tersenyum puas dan berlari jauh agar tidak terlihat oleh kakek dan neneknya.
"Apa aku pulang aja ya, kakek dan nenek tidak sakit dan sikap mereka juga tidak berubah tetap keras dan banyak peraturan, mana sanggup aku mengikuti aturan mereka yang terlalu berlebihan." pikir Safa.
"Tapi aku bahkan tidak membawa ponsel dan uang, gimana caranya untuk pulang sekarang. Dan juga tidak sopan sih ya, tapi kalau baru satu hari datang dan langsung mau pulang, kakek pasti akan murka." ucap Safa, pikirannya dilema jika pulang pasti akan dijodohkan, dan kalau tetap disini dia sedikit merasa tersiksa karena kakeknya yang sangat banyak aturan.
Sambil memikirkan solusi apa yang tepat, dia melangkahkan kakinya entah kemana dan sampai ke posko tentara.
"Dih, di desa ini ternyata ada tentara juga. Iya juga sih karena ini termasuk daerah perbatasan," ucap Safa langsung memutar tubuhnya karena tidak ingin melewati posko tentara, tetapi dia seperti melihat seseorang yang familiar dimatanya, dia langsung berbalik untuk memastikan, namun karena mereka sedang berkerumunan membuat Safa kesulitan untuk memastikan orang yang dia lihat.
Kharel tak sengaja melihat Safa, dia langsung bergegas masuk ke posko. Agar tidak ketahuan.
"Loh dia ngapain disini," pikir Kharel.
"Apa aku terlalu memikirkan Kharel, aku tadi seperti melihatnya." gumam Safa lalu melanjutkan langkahnya.
Sementara itu di pesantren, Hisyam mencari cucunya yang tak terlihat dimana-mana, dia pun menghampiri istrinya untuk menanyakan keberadaan Safa.
"Kamu ngga ajak Safa untuk gotong royong?" tanya Hisyam.
"Ajak, dia tadi sudah bersama santri perempuan." jawab Rohimah santai.
"Tidak ada, kemana dia?" tanya Hisyam.
"Loh, tadi benaran aku antar ke tempat santri perempuan untuk bergotong royong." jawab Rohimah.
"Anak nakal ini, pasti melarikan diri." ucap Hisyam lalu mencari Chandra.
"Chandra," panggil Hisyam.
"Iya guru," jawabnya.
"Tolong kamu ajak Andi atau siapalah cari Safa, dia tidak ada disini, sepertinya dia keluar." ucap Hisyam.
"Baik guru," jawab Chandra langsung mencari Safa.
"Anak nakal, dia tidak tau saja kalau di desa ini ada hutan terlarang, kalau sampai masuk kesana mau bagaimana, buat khawatir saja." batin Hisyam.
Kharel yang tadi melihat Safa, langsung menganti bajunya dengan training biasa, namun saat keluar dia sudah tidak menemukan Safa lagi.
"Cepet banget udah pergi aja," batin Kharel.
Safa berjalan dengan girang keliling desa, dia memang begitu menyukai pemandangan alam yang indah, dan dia melihat hutan dengan pohon dan bunga yang sangat cantik sekali.
"Di desa ini banyak sekali tempat yang indah, benar-benar cocok untuk liburan," ucapnya lalu melangkah masuk ke hutan tersebut dengan beraninya.
Apakah Safa memasuki hutan terlarang seperti yang kakeknya khawatirkan??

Komentar Buku (228)

  • avatar
    GadgetRumah

    cerita buku ini sangat Bagus 🤩🤩tapi sayangnya ceritanya Udah selesai padahal belum sampai ke janjan pernikahan huhuhu... plis lanjutin ceritanya 🥲

    12d

      1
  • avatar
    Aldo Jok

    lanjutin kaaaaaa

    22d

      0
  • avatar
    Gynaacute

    lanjut kak😫 endingnya nikah kan?

    28d

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru