logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 Awal Menolong Safa

Sebelumnya, Kharel dan anggotanya bertugas bersama warga untuk mengamankan desa dengan berpatroli malam ini. Kharel tidak sengaja dari kejahuan melihat ada yang gerak didekat cahaya kunang-kunang, dia lihat lebih lama lagi dan ternyata itu Safa yang sedang tersenyum memandangi indahnya kunang-kunang. Kharel langsung melirik ke anggotanya dan warga, ternyata mereka masih belum melihat ada Safa disana.
"Bahaya ini, apa dia tidak tau peraturan desa ini." batin Kharel.
"Ehm, Daffa saya mau lihat bagian sana dulu ya.Kalian kawal warga menelusuri bagian ini."ucap Kharel.
"Saya ikut bersama Kapten," jawab Daffa yang ingin ikut menemani Kharel.
"Tidak usah, saya sendiri saja. Oh iya ini tolong bawa ya." ucap Kharel melepas jaket dinasnya, dia tidak ingin Safa tau bahwa dia adalah seorang tentara.
"Baik," ucap Daffa langsung melanjutkan tugasnya bersama warga, setelah itu Kharel bergegas untuk menyelamatkan Safa, saat dia hampir sampai di tempat kunang-kunang , ternyata Safa sudah berlari. Dia mengejar Safa dan menariknya ke sebuah gubuk kosong dan menutup mulut Safa agar tidak berteriak, sedangkan Safa sekarang sangat shock menatap kepadanya.
"Ssttt," ucap Kharel meletakan jarinya di depan bibir, dan dia melirik keluar memastikan anggotanya dan warga sudah lumayan jauh. Baru dia lepaskan Safa.
"Kharel?" ucapnya terkejut.
"Apa kamu tidak tau aturan di desa ini, kalau perempuan tidak boleh keluar lewat dari jam 8 malam, atau kamu akan dihukum cambuk," ucap Kharel.
"Iya tau, cuma aku merasa tidak percaya saja dengan peraturan konyol seperti itu dan ingin membuktikannya sendiri," jawab Safa.
"Itu sangat berbahaya, dan sekarang kamu akan kesusahan untuk pulang," ucap Kharel.
"Kamu sendiri kenapa keluar?" tanya Safa.
"Ehm, e itu ya kalau laki-laki diperbolehkan. Jadi aku keluar untuk mencari udara segar," ucap Kharel berbohong.
"Ngga adil banget, laki-laki diizinkan, kenapa perempuan harus dilarang." gerutu Safa cemberut.
"Itu untuk menjaga agar perempuan lebih aman, kamu belum tau saja betapa menyeramkannya desa ini." ucap Safa
Tiba-tiba terdengar suara anggota dan warga yang mendekat ke arah gubuk, karena terdengar oleh mereka suara menggobrol. Safa dan Kharel langsung saling tatap dengan panik.
Ckrek
Pintu gubuk terbuka oleh Daffa. Dan tidak melihat siapa-siapa disana.
"Kosong ya?" tanya warga.
"Kosong pak, gak ada siapa-siapa ayo kita lanjut lagi. Lalu mereka langsung menutup kembali pintu gubuk.
Ternyata Safa dan Kharel bersembunyi didalam lemari disana.
"Huftt hampir saja," ucap Safa.
Kharel tersenyum merasa kejadian barusan agak sedikit lucu, Safa pun merasa seperti itu dan ikut tertawa walau harus mengecilkan suara mereka.
"Lalu apakah aku bisa pulang?" tanya Safa, Kharel terlihat memikirkan cara untuk membantu Safa pulang dengan selamat.
Kharel melihat arlojinya, memperkirakan patroli gelombang satu akan selesai sekita 25 menit lagi.
"Kamu harus menunggu kurang lebih 25 menit lagi," ucap Kharel.
"Kenapa harus 25 menit?" tanya Safa.
"Patroli gelombang satu akan berakhir sekitar 25 menit lagi," jelas Kharel.
"Hmm lumayan lama juga," ucap Safa lalu dia duduk kembali.
Sementara Kharel juga ikut duduk namun dengan jarak yang sangat jauh, dia menjaga batasan dengan Safa.
"Eh tunggu dulu, kenapa kamu sangat hapal sekali peraturan dan waktu petugas disini, bukankah kamu juga pendatang sama seperti aku?" tanya Safa.
"Ehm e itu, sebenarnya aku bukan pendatang. Tapi memang pulang kampung," ucap Kharel berbohong.
"Pulang kampung? berarti kamu memang sudah lama disini? dari kecil?" tanya Safa ingin menjebak Kharel, kalau dia menjawab iya berarti Kharel berbohong, karena Safa juga dulu saat kecil pernah tinggal disini, tidak mungkin tidak mengenal sesama tetangga.
"Oh ngga, hanya kakek yang dari dulu sudah disini. Semenjak ayah menikah langsung pindah ke kota." ucap Kharel.
"Berarti dia tidak berbohong," batin Safa.
"Berapa lama kamu disini?" tanya Safa.
"Hmm sekitar tiga bulan, atau bisa lebih panjang lagi," ucap Kharel.
"Cukup lama juga, memangnya akan betah disini? tanpa jaringan internet, minimnya listrik, susah ngumpul sama temen,"
Kharel tertawa kecil mendengar ucapan Safa.
"Kok ketawa?" tanya Safa.
"Seharusnya aku yang menanyakan itu kepadamu, kenapa perempuan kota sepertimu mau, datang ke desa yang bahkan jaringan internet saja belum ada," ucap Kharel.
"Aku punya alasan sih," jawab Safa.
"Sepertinya kamu tipekal yang berani dan suka tantangan ya, seperti sekarang nih kamu berani sekali menentang aturan disini, dan saat di bus dengan lantangnya kamu melawan orang yang menuduhmu mencuri," ucap Kharel yang mengingat momen saat di bus kemarin.
"Oh itu, selagi kita tidak melakukannya dan benar kenapa harus takut, walaupun digertak kaya kemarin menyebalkan sekali memang abdi negara itu," ucap Safa terlihat kesal.
"Sebenarnya kamu tidak menyukai abdi negara, atau memang tidak suka cara orang itu menegurmu?" tanya Kharel penasaran kenapa Safa seperti anti sekali dengan abdi negara.
"Dua-duanya, rata-rata abdi negara kan memang seperti itu, merasa paling hebat dan sombong." ucap Safa.
"Tidak semua yang seperti itu," ucap Kharel.
"Mungkin memang tidak semua, tapi rata-rata sih." ucap Safa.
"Boleh aku tebak?" ucap Kharel.
"Tebak apa?"
"Pasti pernah punya hubungan atau mantannya abdi negara ya?" ucap Kharel.
"Yaaa sok tau, ngga pernah dong dan tidak akan pernah terjadi." ucap Safa dengan sangat yakin.
"Polisi, Tentara, atau apa yang sangat tidak kamu suka?" tanya Kharel.
"Semuanya, tapi Tentara sih yang sangat menyebalkan,"
"Kenapa?"
"Menurutku mereka terlalu bertanggung jawab dan cinta tanah air sekali, sehingga mereka mengkesampingkan cinta dari orang-orang sekitar kepadanya," ucap Safa seperti mengingat sesuatu.
"Maka dari itu mereka dinamakan abdi negara, mengabdi kepada negara adalah tugas dan tanggung jawab mereka." ucap Kharel.
Safa terdiam dan menatap tajam kepada Kharel.
"Mencurigakan," ucap Safa.
"Tentang apa?"
"Sepertinya kamu sangat antusias dan hapal sekali tentang abdi negara," ucap Safa.
Kharel langsung mengaruk kepalanya salah tingkah dengan pernyataan Safa.
"Ehm, temen-temenku banyak abdi negara jadi aku lumayan paham," ucap Kharel berbohong lagi.
"Hmmm begitu ya," ucap Safa.
"Kalau berteman saja, tidak mau juga?" tanya Kharel.
"Dengan abdi negara?" ucap Safa.
"Iya," jawab Kharel.
"Jangankan untuk berteman, untuk mengenal saja aku tidak akan mau," jawab Safa yang tentu saja sedikit membuat Kharel kecewa, karena sebenarnya Kharel ingin berteman dengan Safa.
"Ayo kita keluar, terlalu banyak mengobrol sampai tidak terasa sudah berlalu 30 menit," ucap Kharel.
Lalu Kharel dan Safa keluar, dia menuntun Safa melewati jalan yang aman dan tidak ketahuan oleh petugas lainnya.
"Jangan diulangi lagi," ucap Kharel saat mereka sudah sampai.
"Siaap, terima kasih banyak Kharel." ucap Safa lalu langsung berlari kecil, masuk ke dalam rumahnya. Kharel masih melihat dari kejahuan, menunggu Safa sampai masuk.
Saat mendekat ke pagar, ternyata pagarnya sudah dikunci, dia menoleh kepada Kharel dan menunjukan gembok dipagar tersebut, wajahnya seolah bertanya harus bagimana dia masuk ke dalam.

Komentar Buku (228)

  • avatar
    GadgetRumah

    cerita buku ini sangat Bagus 🤩🤩tapi sayangnya ceritanya Udah selesai padahal belum sampai ke janjan pernikahan huhuhu... plis lanjutin ceritanya 🥲

    12d

      1
  • avatar
    Aldo Jok

    lanjutin kaaaaaa

    22d

      0
  • avatar
    Gynaacute

    lanjut kak😫 endingnya nikah kan?

    28d

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru