logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

CHAPTER 6: I FIND YOU (Part 1)

The Rinra Hotel Makassar...
Acara gala dinner yang di adakan oleh walikota Makassar ini luar biasa ramai dihadiri oleh tamu dari berbagai kalangan. Beberapa wartawan pun tampak sibuk memotret dan sedikit mewawancarai beberapa selebriti maupun tokoh masyarakat yang hadir.
Di salah satu pojok ruangan, Aiden tampak gugup. Berkali-kali dia berusaha mengecek tampilannya. Entah kenapa dia masih saja merasa kurang tampan dengan setelan jas navy dan celana putih tersebut meski sebenarnya dia terlihat begitu menawan.
"Kak Aiden.....!!"
Bahkan tanpa perlu menoleh pun Aiden sudah tahu siapa sang pemilik suara. Tentu saja, Leora Sylvania.
Aiden memutuskan untuk pura pura tidak mendengarnya dan mulai melangkah pergi. Firasatnya buruk setiap kali bertemu Leora. Huh, padahal dia sudah mencoba bersembunyi. Memang, toh nantinya akan bertemu juga saat menerima penghargaan. Tapi paling tidak, Aiden ingin mengurangi intensitas waktunya untuk bertemu Leora malam ini.
"Kak Aiden....!! Tunggu...." Leora masih belum menyerah. Aiden memutar bola matanya jengah dan terpaksa berbalik.
Leora tengah berjalan anggun dengan tampilan sederhana namun tetap terlihat cantik. Aiden mengerutkan keningnya.
"Seperti bukan gayamu saja! Apa aku nggak salah lihat?" cetus Aiden sambil menatap Leora dari ujung kepala hingga ujung kaki. Leora yang selalu ia kenal adalah Leora yang glamor. Namun Leora terlalu tampil sederhana malam ini dengan rambut panjang lurus yang digerai begitu saja, mini dress kombinasi biru dan putih dengan model sedikit kasual, dan pump shoes hitam. Namun tak bisa dipungkiri, Leora masih tetap terlihat cantik.
"Well, dugaanku ternyata nggak salah. Kalau aku berpenampilan lebih sederhana, barulah Kak Aiden mau melihatku'. Tapi, aku tetap cantik kan kak?" Leora mengedipkan sebelah matanya pada Aiden lalu mendadak merangkul lengan Aiden.
"Yah, lumayan. Dan lepaskan tanganmu sekarang juga!"
Leora terpaksa melepaskan tangannya sambil manyun. "Berhentilah bersikap cuek denganku, Kak! Semakin kakak cuek begitu semakin terlihat seksi di mataku," rayunya.
"Dasar gila," gumam Aiden kesal. Aiden terus melangkah pergi meski Leora masih mengikuti. Namun akhirnya Aiden bersyukur saat beberapa selebriti mendekati Leora untuk membicarakan rancangan terbarunya. Aiden menarik napas lega.
"Wuahhhh....siapa itu? Cantik sekali...!!" Terdengar seruan takjub beberapa orang dibelakang Aiden. Disaat itulah jantung Aiden berdebar keras, dan dia yakin, inilah saatnya. Sebuah senyuman tersungging di bibir Aiden. Lalu dia berbalik, dan saat itulah dia benar-benar terpesona ketika melihat seorang wanita yang tak ubahnya seperti jelmaan Dewi Aphrodite dengan gaun putihnya melangkah anggun diiringi jepretan kamera dan juga decakan kagum para tamu undangan yang hadir.

"Claretta.... akhirnya aku menemukan mu...."
Wanita cantik itu masih melangkah anggun dengan senyuman yang terus terkembang di bibirnya. Membuat siapapun terpesona, terlebih lagi Aiden.
Wanita itu terlihat bingung dan terus melangkah seperti tanpa tujuan. Aiden mengikutinya dari belakang. Ketika seorang pria mendekatinya dan tampak berusaha sok akrab dengannya sambil mencoba merangkul pinggangnya, disaat itulah Aiden langsung merangsek maju dan menangkis tangan pria itu agar menjauh.
"Jangan sembarangan pada teman wanitaku!" Ujarnya sambil menatap pria itu tajam. Wanita itu terkejut lalu menatap Aiden lega. Aiden tersenyum padanya.
Akhirnya.... setelah sekian lama, aku bisa menatapmu kembali dari jarak sedekat ini.' batinnya bahagia.
"Kau siapa?? Jangan menggangguku!" Sanggah pria itu marah. Aiden tersenyum sinis padanya lalu mendekat. Dan dengan gerakan secepat kilat, Aiden memelintir pergelangan tangannya sambil berbisik pada pria yang tengah mengaduh kesakitan itu. "Masih mau lihat matahari terbit besok? Kalau begitu cepat menyingkir dari sini!"
Pria itu tampak bergidik, dan begitu Aiden melepaskan tangannya, dia langsung pergi.
"Terima kasih..."ucap wanita itu dengan suara merdunya. Aiden tersenyum lembut, "Sama sama, .....Claretta..."
Wanita itu langsung tercengang dan menatapnya tidak percaya. "A...anda.... bagaimana bisa....?"
"Mengetahuinya? Hmm....tentu saja, karena anda selalu ada di hati saya."
Wanita itu mengerutkan keningnya. Heran.
"Hahahaha, maksud saya, saya ini penggemar anda. Saya sangat menyukai Retrouvailles!"
Dan wanita itu semakin tercengang lagi, "Pria seperti anda....membaca Retrouvailles..??"
"Memangnya saya pria yang terlihat seperti apa di mata Anda? "Tanya Aiden dengan nada sedikit menggodanya. Wanita itu terlihat kikuk, bingung menjawabnya.
"Yang pasti....saya pria yang tampan, bukan?" Ujar Aiden lagi sambil memasang wajah jenaka. Wanita itu tertawa kecil. Aiden lalu mengulurkan tangannya. "Aiden Raynanda."
Dan akhirnya Aiden menyebutkan namanya. Bodoh, seharusnya dia sebutkan sepuluh tahun yang lalu.
Wanita itu perlahan menyambut uluran tangannya sambil berpikir sebentar, ".... Claretta...."
Dan lagi-lagi dia menyebut namanya Claretta.
Namun Aiden hanya tersenyum sambil terus menjabat tangan wanita itu, membuatnya lagi-lagi menatap Aiden penuh tanda tanya.
"Saya nggak percaya nama anda memang Claretta,"
"Hah?"
"Karena anda itu seorang penulis misterius, jadi mustahil nama Anda adalah Claretta. Nama asli anda?"
Wanita itu terdiam lagi. Terlihat ragu untuk menjawab.
"Apa saya terlihat jahat untuk jadi teman baru anda?" tanya Aiden lagi. Wanita itu menggeleng cepat, "ah, bukan begitu!"
"Jadi...?"
Wanita itu menarik napas lega sambil tersenyum pada Aiden. Baginya, Aiden terlihat bisa dipercaya meski baru saja dikenalnya.
"Dylara Azarinne."
Aiden sempat ternganga sesaat, namun segera tersenyum karena sudah mendapatkan apa yang sangat ia inginkan.
Nama cinta pertamanya...
Ia pun menyimpan baik-baik nama itu didalam hati dan pikirannya. Akan selalu untuk selamanya.
"Oh...jadi itu nama asli Anda? Baguslah. Memang sangat sesuai dengan anda."

Dylara hanya tersenyum sambil menggumamkan terima kasih.
"Anda sendirian datang kesini?" tanya Aiden lagi.
"Tidak, sebetulnya editor saya juga berencana kesini, tapi saya tidak melihatnya dari tadi."
"Oh, begitu. Oh ya, tapi, tumben sekali Anda bersedia datang ke acara publik seperti ini?"
"Yah, awalnya saya berencana go public karena permintaan penggemar Retrouvailles. Tapi editor dan pihak penerbit sedikit melarang saya agar jangan tampil dulu didepan umum. Mereka khawatir itu mempengaruhi penjualan seri kedua Retrouvailles nanti."
"Hahaha, jadi karena itulah Anda sempat ragu untuk memberikan nama asli Anda pada saya?"
Dylara menunjukan raut wajah menyesal, "Maafkan saya. Tapi....bisakah Anda merahasiakannya dari orang-orang yang ada disini? Pasti ada beberapa orang di sini yang menunggu kedatangan saya. Saya sebenarnya tidak ingin terlihat mencolok. Tapi... entah kenapa dari tadi terus saja banyak yang memperhatikan saya, saya jadi nggak nyaman."
'Tentu saja karena kamu sangat cantik!' batin Aiden cepat.
"Jangan khawatir. Saya tahu bagaimana caranya supaya anda tetap merasa aman dan nyaman malam ini."
"Oh ya? Bagaimana?"
"Tetaplah berada di samping saya. Saya akan melindungi Anda. Orang orang akan berpikir Anda adalah pasangan saya di pesta ini, jadi pasti mereka tidak akan mencurigai anda adalah Claretta,"
Jantung Dylara berdebar sesaat, cukup gugup meski cuma sebagai pasangan pura-pura, namun akhirnya dia berpikir itu memang bukan ide yang buruk untuk dicoba. "Boleh. Kalau begitu, saya mohon bantuannya." Dan Aiden mengangguk pasti.
Tiba tiba sang MC mengumumkan bahwa acara penerimaan penghargaan akan segera dimulai. "Jangan jauh jauh dariku, Dylara" bisik Aiden pada Dylara. Wanita itu mengangguk. "Dan karena kita sudah resmi menjadi teman, lebih baik kita berhenti memanggil saya-anda, kurang nyaman rasanya kalau kita terlalu formal satu sama lain," bisiknya lagi. Dylara tertawa kecil sambil memberikan tanda oke.
Sepanjang acara penerimaan penghargaan dimulai, mata Aiden tidak lepas dari Dylara. Butuh sepuluh tahun untuk menemukannya kembali. Karena itulah Aiden bertekad tidak akan pernah melepaskannya lagi. Bahkan saat dia naik ke panggung untuk menerima piagam dan berdampingan dengan Leora, pun mata Aiden tetap tidak terlepas dari Dylara. Membuat Leora menaruh curiga meski tetap tersenyum ceria.
Sementara itu Dylara merasa cukup sedih karena saat MC mengumumkan bahwa 'Claretta' berhalangan hadir, ada banyak seruan kekecewaan berkumandang di ruangan tersebut. Dylara sedih karena telah mengecewakan banyak penggemar novelnya.
"Jangan terlalu dipikirkan. Setelah seri keduamu keluar, kamu pasti bisa menemui mereka." hibur Aiden. Dylara berusaha tersenyum sambil mengangguk.
"Ngomong-ngomong, wanita yang bernama Leora Sylvania itu, apa kamu akrab dengannya, Aiden? Karena aku merasa dia terus menatap kurang senang padaku sewaktu kalian di panggung tadi." tanya Dylara yang kini tengah memperhatikan Leora yang sedang asyik berbincang bersama beberapa selebriti.
"Oh...Leora??" Aiden tersenyum kecut. "Ibu kami bersahabat dekat sejak SMA, dan kamu pasti tahu, persahabatan diantara anak perempuan itu sering membuat janji-janji konyol, misalnya menjodohkan anak anak mereka suatu saat nanti. Dan sialnya, itulah yang terjadi padaku."
Dylara mengangguk angguk mengerti. "Leora sangat cantik. Pasti banyak pria mengejarnya. Nggak seharusnya kamu anggap perjodohan ini sial."
"Karena hatiku nggak pernah memilihnya, atau wanita lain," sahut Aiden sambil menatap mata Dylara dalam. Membuat darahnya berdesir. Mereka terdiam sesaat sambil terus saling menatap.
"Jadi kamu sebaiknya nggak perlu canggung, atau segan padaku hanya karena Leora. Kalau suatu saat dia melakukan sesuatu yang buruk padamu, katakan saja padaku. Aku pasti melindungimu."
Dylara tertawa kecil, "terimakasih. Tapi kamu tidak perlu berlebihan begitu. Aku bukan bayi. Dan lagi, kurasa Leora itu terlihat baik."
'Wah! Kamu aja yang belum tahu!' pekik hati Aiden cepat. Dalam hati Aiden terus berdoa semoga wanita lintah itu tidak akan pernah berbuat macam-macam pada Dylara-nya.
"Sudahlah. Kita tidak perlu membahas Leora lagi. Karena kita baru resmi menjadi teman, ayo kita saling lebih mengenal."
"Boleh saja. Tapi, maaf, aku ingin ke belakang sebentar."
"O, oh, tentu saja! Kalau begitu aku akan menunggumu disini."
Sembari melangkah meninggalkan Aiden sebentar, Dylara tersenyum. Sepertinya keputusannya memang tidak salah untuk menghadiri acara ini. Setidaknya dia jadi mengenal seseorang yang sepertinya menyenangkan. Ia memiliki kesan yang bagus terhadap Aiden. Namun sejatinya adalah pilihan yang salah untuk meninggalkan Aiden saat itu juga, karena pada akhirnya Dylara justru melangkah menuju sebuah 'drama' baru dalam kehidupannya...

*****

Komentar Buku (179)

  • avatar
    SelvianiEva

    cerita nya bener² seru,aku terharu dengan kisah mereka masing². Terima kasih kepada author yang sudah membuat cerita ini dengan sangat keren😍🫶🏻

    17/02

      0
  • avatar
    lyaaqt

    very good for me 🥺

    13/02

      0
  • avatar
    Rahmah Anawati

    🥰🥰🥰🥰🥰

    09/02

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru