logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

bab 7 bos baru.

Semua sudah menempati posisi nya masing-masing, di jajaran utama ada dewan direksi, di jajaran kedua ada para direktur juga manajer dan staff di urutan paling akhir.
Suara tepuk tangan bergemuruh, ketika seorang laki-laki muda memasuki ruangan, sambutan hangat menyambut kedatangannya.
Lisa memicingkan mata, ketika netra nya menangkap sosok yang tidak begitu asing, namun hatinya masih merasa ragu.
Sekali lagi dia memastikan penglihatannya, kalau yang di hadapan nya itu benar! adalah laki-laki yang baru dua puluh empat jam menjadi suaminya.

Lisa semakin yakin saat melihat keberadaan Ryu di samping suaminya.
*****
Begitu pula dengan Dev yang begitu terkejut, ketika Ryu memberi tahunya.
"Dev itu istri lo kan?" bisik Ryu di telinga sepupunya. Dev langsung menyorot tajam ke arah bangku para karyawan seperti yang di beri tahu Ryu.
Lisa begitu mencolok berbeda dari yang lain, karena penampilannya sekarang berubah jauh dari biasanya.
"Astaga ganteng banget, kalo gini gue makin semangat kerja." ujar para karyawati bersahutan.
"Udah punya pacar belom ya?" timpal mereka.
"Bahkan bila sudah punya istri pun, gue tetep rela jadi yang kedua," sahut para wanita itu di kerumunan karyawan.
"Eh, lihat deh, big boss pandangin gue terus." ucap seorang gadis yang berada di sebelah Lisa, dia begitu pede nya.
Lisa menatap sengit ke arah perempuan-perempuan yang tengah mengagumi suaminya.
Di saat Lisa sedang kesal. Vina menyenggol lengan nya.
"Lis, kalo gak salah itu Devan kan? Cowok yang kemarin kencan sama lo? Buset, gak nyangka kalo dia adalah bos kita, lo pasti nyesel kan, dah nolak dia," bisik Vina menyindir sahabatnya.
Lisa malas memberikan jawaban, Vina yang sedari tadi memperhatikan Dev, kembali berbisik pada sahabatnya.
"Lis, lo lihat deh, dari tadi dia perhatiin lo terus."
Lisa hanya menaik turun kan bahunya pura-pura tidak tahu, dia juga enggan memberi penjelasan kalau dia mengiyakan.
"Terimakasih semuanya, buat para cewek-cewek bisa tenang sebentar?" minta pak indra selaku MC, "sebentar lagi akan ada prosesi perkenalan, mari kita sambut big boss kita, waktu dan tempat kami persilahkan." Tepuk tangan meriah kembali memenuhi aula.
Dev berdiri dengan gagah menerima mic dari MC. Tatapan penuh damba dari semua para karyawati, membuatnya sedikit gerogi, tapi Dev berusaha tetap profesional.
"Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh." Salamnya mengawali pembicaraan.
"Waalaikumsalam, warohmatulohi wabarakatuh," jawab semua berbarengan.
"Pertama-tama saya ucapkan terimakasih banyak atas kehadiran para dewan direksi para direktur, beserta manajer, juga staff sekalian. Terimakasih juga saya ucapkan atas kerja keras dan dukungannya selama ini, untuk mempersingkat waktu langsung saja, perkenalkan saya Devan Aditama putra almarhum Adrian Aditama, yang akan meneruskan memimpin perusahaan ini seperti yang di amanah kan beliau, saya mohon bantuan serta dukungan kalian semua ke depan nya, terimakasih." Dev membungkuk kan tubuhnya memberi hormat.
Sorak sorai bersahutan menyambut nya, tapi ada salah satu dari mereka yang bersikap biasa saja, malah terlihat kesal.
Dev turun dari podium, mic kembali di berikan kepada MC.
"Baik, itulah sedikit sambutan dan perkenalan dari pak Devan selaku pemilik dan memimpin perusahaan yang baru, singkat dan padat ya! Sekian perkenalan kita dan kalian boleh kembali ke tempat masing-masing. Terimakasih.
Semua karyawan membubarkan diri, satu persatu kembali ke tempat masing-masing, untuk melanjutkan pekerjaan, namun langkah Lisa beserta kawan-kawan terhenti.
"Untuk bagian keuangan beserta divisinya, harap ke ruang big boss, bawa semua laporan keuangan setahun lalu," titah Ryu sebagai asisten pribadi, mewakili Dev.
Pak indra selaku asisten administrasi umum, meminta bu sofie kepala bagian keuangan menyerah kan laporan, dan bukan hanya dia tapi Lisa sebagai perencanaan, Kanza akuntansi dan Vina perbendaharaan Di harus kan ikut memberi laporan.
Ke empat wanita itu bersamaan memasuki ruangan Dev, dengan sebuah maff yang berisi laporan yang di minta.
Satu-persatu dari mereka memberikan laporan dan menjelaskan secara rinci, kebetulan Lisa di urutan paling akhir.
Saat mereka semua sudah kembali keruangan masing-masing, kini giliran Lisa yang ingin menyerahkan laporannya, tapi Dev bukan membahas pekerjaan, malah menanyakan hal lain yang mengganggu nya sejak tadi.
"Kau sudah lama bekerja di sini?" tanyanya sambil memandangi wajah cantik istrinya yang masih speechless.
"Sudah dua tahun aku bekerja di sini." jawab Lisa dengan kesal, "kenapa kamu tidak bilang padaku, kalau kamu anak dari pemilik perusahaan ini?" dengan nada yang sedikit meninggi, dia mengeluarkan pertanyaan yang dari tadi mengganggu hatinya.

"Kau tidak bertanya waktu itu, dan aku pun baru tahu kalau kau bekerja di sini," jelasnya jujur.
Lisa terdiam. 'Bodoh, harus nya dari awal aku tahu, kenapa aku tidak menyadari nama belakangnya, yang sama dengan nama perusahaan ini.' batin Lisa yang merasa dirinya nampak bodoh.
Dev menyentuh tangan Lisa, dan menyadarkan istrinya yang dari tadi hanya terdiam. Lisa menatap Dev dengan cemberut.
"Kau tidak senang mengetahui suamimu pemilik perusahaan di tempat mu bekerja?" tanyanya melihat Lisa cemberut.
"Bukan tidak senang, tapi aku terkejut dan masih tidak percaya." Lisa menjelaskan kegundahan hatinya.
"Sudah lupakan saja. Tadi pagi kau pergi dengan terburu-buru, tanpa sempat sarapan kan?"
Dev sudah meminta Ryu memesan kan makanan untuk nya, tadi pagi dia juga tidak jadi sarapan karena Lisa meninggalkan nya.
Ryu datang bersama seorang OB membawakan sarapan yang di pesan Dev, dan langsung menyiapkan nya di meja tamu yang berada dekat jendela.
Lisa lagi-lagi tertegun melihat perlakuan Dev yang selalu memperhatikan nya, namun dia merasa tidak nyaman di perlakuan seperti itu di kantor.
Dev meminta Ryu keluar bersama OB, kini hanya tinggal mereka berdua di ruangan itu.
"Apa kau tidak suka dengan menu nya?" melihat Lisa yang hanya menatap tanpa ingin memakannya, "maaf tidak sempat menayangkan nya dulu. Aku hanya mengkhawatirkan keadaanmu karena tidak ingin melihatmu sakit," ucapnya lembut penuh perhatian, Lisa melihat ketulusan pada sikap Dev.
"Tidak bukan seperti itu, terimakasih atas perhatian mu, tapi aku takut nanti mereka akan bertanya-tanya bila aku terlalu lama di sini."
"Jangan pikirkan orang lain El, kalau mereka bertanya pada mu, kau cukup bilang kalau aku banyak menanyakan tentang laporan perencanaan perusahaan secara rinci."
Akhirnya Lisa menyetujuinya karena di paksa, mereka berdua menyantap nasi goreng yang di pesan Ryu dengan segelas teh hangat.
Lisa sungguh nyaman akan sikap Dev, membuatnya mengingat kembali seseorang di masa lalu, hatinya kembali sakit bila mengingat nya, namun sulit membuang bayangan nya.
Hampir tiga puluh menit, Lisa baru keluar dari ruangan Dev, Kanza dan Vina merasa kepo, saat melihat sahabatnya datang, mereka berdua langsung menghujani nya pertanyaan.
"Lama banget di ruangan big boss, ngapain aja?" selidik Vina.
"Iya, lo ngapain aja di sana?" Kanza ikut-ikutan menimpali.
"Ngasih laporan perencanaan dan juga perincian nya." ucap Lisa persis seperti yang di ucapkan suaminya tadi.
"Kayak nya dia itu sengaja nahan lo lama, soalnya dari tadi gue lihat dia perhatiin lo terus, sepertinya dia beneran suka sama lo deh?" ucap Vina yang selalu tepat sasaran.
"Itu perasaan lo aja kali." Lisa masih tetap berkilah,
Dia belum siap menceritakan semuanya, karena banyak kejadian yang membuat dirinya sendiri terkejut apa lagi mereka.
Lisa kembali mengingat perhatian Dev tadi, seolah tidak asing baginya.
"Tuh kan ngelamun lagi? Mikirin big boss kan?" ledek Vina, benar adanya.
"Apaan sih? Udah sana kerja-kerja, kalau ketahuan bu sofie dia pasti ngamuk loh," usir Lisa
"Biarin, dia aja dari tadi caper mulu sama boss," ujarnya sambil kembali kemeja kerjanya.
Mereka kembali bekerja, hingga waktu sudah menunjukkan pukul dua belas, saatnya makan siang.
Tepat saat itu Lisa menerima sebuah pesan dari suaminya. [Kita makan siang bersama, El datang lah keruangan ku.] isi pesan Dev, Lisa hanya membacanya tanpa berniat membalas.
'Dia begitu perhatian padaku harusnya tidak sulit kan membuka hati untuk nya.' batinnya,
Lisa melipat kedua tangannya di atas meja dan menjatuhkan Kepalanya memandangi layar laptop yang sudah mati.
Kanza datang mengagetkan nya. "Lis kantin yuk." Lisa terpaksa bagun, dengan malas dia mengikuti sahabatnya ke kantin, sampai lupa ajakkan Dev.
Mereka asik bercengkrama, Lisa sampai tidak tahu ada banyak panggilan tak terjawab dari suaminya, karena ponselnya di silent, hingga dia tidak mendengarnya, bahkan dia mengabaikan benda pipih paforit sejuta umat itu di tasnya.

Setelah mengisi perut, mereka kembali melakukan pekerjaan, karena jam sudah menunjukkan pukul satu.
*****
Sampai waktu menunjukkan pukul lima sore, Lisa baru mengecek ponselnya.
"Astaghfirullah." Teriaknya menarik perhatian kedua sahabatnya.
"Ada apa Lis?" tanya keduanya kompak.
"Tidak, aku hanya lupa sesuatu, kalian duluan saja ya, aku masih ada urusan." ucapnya meminta kedua sahabatnya pergi.
Selepas mereka berdua pergi, Lisa segera menghubungi suaminya, deringan pertama tidak di angkat, deringan selanjutnya pun masih tidak di angkat, hampir Lisa mengira Dev marah padanya, namun untuk ketiga kalinya, baru terdengar suara Dev.
"Aku menunggu mu di parkiran bawah El." ucapnya singkat dan langsung memutuskan sambungan telpon.
"Dih main tutup aja, apa dia marah padaku? Nih cowok susah banget di tebak." Lisa bermonolog sendiri, menduga-duga perasaan suaminya.
*****
Happy Reading.

Komentar Buku (165)

  • avatar
    Sri WaniPrinja

    Suka Dangan ceritanya. lanjut kak ceritanya... jangan digantung endingnya kak.

    14d

      0
  • avatar
    RJT

    kakak

    01/08

      0
  • avatar
    harnumici

    cerita ny sangat bagus

    27/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru