logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

bab 6 tanggung jawab baru.

Ryu menemukan banyak data yang tidak sesuai dengan laporan yang dia terima beberapa bulan ini, kemudian dia langsung mengirimkannya kepada sepupunya.
Di ruang kerja Dev termenung memandangi berkas-berkas yang menumpuk, sesuatu mengusik pikiran nya, ponselnya berkedip tanda ada telpon masuk, dia meraih ponselnya dan langsung ia angkat.
[Apa kau sudah melihat laporan yang aku kirimkan?] ucap seseorang dari sebrang telpon.
[Sudah, sejak kapan?]
[Aku baru menemukannya beberapa bulan ini, apa yang akan kau lakukan selanjutnya.] tanya Ryu.
[Kita lihat saja dulu, aku akan memberitahukan mu jika sudah waktunya bertindak.]
[Baiklah, kabari aku secepatnya.]
[Hem.] setelah itu Dev langsung memutuskan sambungan telponnya
Dev kembali termenung dan mengingat ucapan daddy nya sebelum dia meninggal.
Flashback on.
"Dev, bila daddy pergi jagalah kakak, mommy dan juga perusahaan, kau putraku satu-satunya penerusku, lanjutkan tanggung jawab daddy, ingatlah satu hal, kau harus berhati-hatilah dengan Daren," setelah mengucapkan hal itu Adrian menghembuskan nafas terakhir nya sambil tersenyum.
Flashback off.
Ucapan daddy nya waktu itu mengingatkan nya kembali dengan masalah perusahaan, dia yakin kalau kakak iparnya terlibat dalam masalah ini.
Saat dia masih berpikir, terdengar suara azan berkumandang, dia baru menyadari kalau sudah hampir pagi.
Dev memutuskan kembali ke kamar melihat keadaan istrinya, Lisa masih terlelap di bawah selimut, Dev tersenyum melihatnya.
Dia langsung menuju kamar mandi ingin menyegarkan diri, untuk menghilangkan rasa lelah karena semalaman begadang.
Selepas mandi Dev bersiap untuk berolahraga di tepi pantai, hingga matahari menunjukkan cahaya nya, baru ia kembali ke rumah, rutinitas yang setiap hari dia lakukan.
Ami sedang melakukan tugasnya membersihkan seluruh rumah, sedangkan bi imah tengah membuat sandwich dengan berbagai isian, telah menghiasi meja makan.
Dev naik ke lantai dua menuju kamarnya, ketika dia masuk dan mendapati istrinya masih enggan berpisah dengan selimut yang membungkusnya, dia ingin sekali membangunkan tapi Dev tidak tega.
Setelah meninggalkan istrinya Dev bersiap, dia mengambil setelan jas berwarna navy. dengan kemeja putih dan dasi hitam polos, setelah mengenakan nya, dia berdiri di hadapan cermin, memastikan tampilan nya sudah sempurna.
Sampai dia selesai berpakaian, Lisa masih juga belum membuka mata, Dev melirik jam tangan sudah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh lima menit, dengan berat hati terpaksa dia membangunkan nya.
"El!" Devan menepuk-nepuk pipi istrinya, tapi tak ada respon dari si empunya, ingin sekali ia mengecup bibir ranumnya yang begitu menggoda, membuat sesuatu di dirinya bergejolak, tapi Dev tetap memegang janji, sekuat tenaga dia berusaha menahan diri.
Dia kembali menepuk-nepuk dan sesekali mengelus sayang, sampai Lisa terusik, dia menggeliat tanpa sadar mengalungkan tangannya ke leher Dev.
Bulu mata lentiknya bergerak-gerak, perlahan matanya mulai terbuka, pandangan mereka saling beradu, wajah mereka tanpa jarak, Lisa membulatkan matanya, hampir saja dia mencium bibir Dev karena terkejut.
Mereka saling melepaskan diri dan mengambil jarak. "Maaf membangunkan mu, ini sudah pukul tujuh lewat tiga puluh lima menit, bukankah kamu harus bekerja?"
"Apa? Sudah hampir pukul delapan? Kenapa tidak membangun kan aku dari tadi?" tanyanya pada Dev sambil cemberut.
Lisa mengacak-acak rambutnya frustasi, dengan cepat dia berlari ke kamar mandi.
Melihat tingkah istrinya yang selalu seperti anak kecil, Dev merasa gemas sendiri.
Dia meninggalkan kamar, memilih menunggunya di meja makan, agar istrinya merasa nyaman.
Sedangkan Lisa, tengah berlomba dengan waktu, lagi-lagi dia tidak sempat mandi, seperti biasa dia hanya mencuci muka dan menggosok gigi saja, Lisa memilih mengenakan dress berwarna pink yang di padukan blazer berwarna senada, dia terlihat begitu sempurna memakainya.
Lisa sudah memesan taksi sepuluh menit lalu, dia berlari menuruni anak tangga dan ingin melewati meja makan, tapi Dev yang sudah menunggu di sana menghentikan langkahnya.
"El, Ayo sarapan," ajaknya, menghentikan gerakan gadis itu.
"Tidak usah aku sudah terlambat." jawabannya terburu-buru.
"Baiklah aku antara." Dev hendak bangun namun tertahan.
"Tidak perlu, aku sudah memesan taksi, mungkin sudah menunggu di luar, aku pamit ya." ucapnya seraya menyambar tangan Dev, menciumnya dan langsung berlari.
Dev hanya bisa menatapnya, hingga bayangan istrinya menghilang di balik pintu.
*****
Di perusahaan Aditama group tengah heboh, kala karyawan mengetahui pemimpin mereka yang baru adalah laki-laki muda berusia dua puluh tujuh tahun, dan masih lajang, setiap karyawati di sana sibuk berdandan untuk menarik perhatian big bos mereka, termasuk Vina dan Kanza.
"Gue penasaran, emang bener big boss kita tuh seorang eksekutif muda yang sangat tampan?" tanya Vina yang begitu antusias mendengar gosip kalau pemimpin baru mereka adalah cowok ganteng.
"Katanya sih iya, beberapa staff pernah memergokinya beberapa hari lalu." jawab Kanza sekenanya, karena dia juga belum pernah melihat hanya mendengar gosip yang beredar.
Di sela-sela pembicaraan mereka Lisa datang dengan nafas terengah-engah.
"Sorry gue telat." ucapnya dengan nafas yang masih naik turun.
"Lisa! untung lo masuk, kalo tidak habis deh gue di tanyain bu Sofie." ucapnya penuh syukur.
"Lo kemana aja dua hari ini ngilang?" tanya Vina, "jangan bilang gara-gara kencan waktu itu lo jadi sakit ya?" Selidik Vina sambil memicingkan mata.
"Mana ada kaya gitu Vie?" jawab Lisa gugup.
"Waktu gue ke kostan lo, katanya lo dah pindah, sekarang lo tinggal di mana Lis?" Kanza meintrogasi sahabatnya, dari dua hari lalu dia merasa khawatir, karena tidak ada kabar dari Lisa.
"Sekarang gue tinggal di rumah bibi, maaf gak sempat memberi kabar." ucapnya merasa ragu.
"Sumpah lo? Sejak kapan bibi lo jadi baik Lis?" Kanza terkejut, pasalnya dia sangat tahu sejarah kehidupan Lisa, dia merasa tak percaya.
"Nanti aja ceritanya, btw dari masuk tadi ko rame banget gak biasanya, ada apa sih?" tanyanya merasa aneh.
"Hari ini akan ada pemimpin baru, yang akan memegang perusahaan." jawab Vina menghilangkan tanda tanya di wajah Lisa.
"Mangkanya tadi gue bersyukur lo dateng, kalo enggak, lo bisa dapet masalah, dari kemarin gue udah berusaha coba hubungi, tapi ponsel lo gak pernah aktif, ngapain aja sih di sana?" tanyanya panjang kali lebar.
"Banyak yang harus gue urus Za, maaf ya, dan terimakasih." Lisa memberikan senyum manis ucapan terimakasih.
"Ayok semua bersiap-siap ke aula, big boss sebentar lagi datang." Suara pak indra menginterupsi.
*****
Happy Reading.

Komentar Buku (165)

  • avatar
    Sri WaniPrinja

    Suka Dangan ceritanya. lanjut kak ceritanya... jangan digantung endingnya kak.

    14d

      0
  • avatar
    RJT

    kakak

    01/08

      0
  • avatar
    harnumici

    cerita ny sangat bagus

    27/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru