logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

bab 4. kecemasan Lisa

Seorang laki-laki yang tak kalah tampan dengan Dev, bahkan dia memiliki warna mata yang serupa dengannya, kini berdiri di hadapan Lisa.
"Selamat sore kakak ipar," sapa laki-laki itu, "aku sepupu Dev. Nama ku A Ryu shoma, panggil saja aku Ryu." Laki-laki itu mengulurkan tangan.
Lisa pun menyambut uluran tangan Ryu, sambil menyebutkan namanya. "Elisa, panggil saja Lisa, mari masuk," mintanya.
"Tidak, terima kasih aku tidak lama, aku kesini hanya ingin mengambil persyaratan pernikahan kalian." Ryu menolak, dia hanya berdiri di depan pintu.
"Baiklah, tunggu sebentar." Lisa tidak memaksa, dia langsung meninggalkan Ryu untuk mengambil berkas-berkas yang di perlu kan.
Tidak lama Lisa datang, membawa maff berwarna coklat, beserta foto dirinya, dan langsung menyerahkan kepada Ryu.
Setelah mendapatkan apa yang di butuhkan dia pun langsung pamit.
"Terimakasih, kalau begitu aku langsung pamit, besok kita bertemu lagi." ucapnya sambil mengerlingkan mata.
Lisa hanya mengangguk malas, dia semakin risau menanti hari esok, perasaannya kini bercampur aduk, ada rasa takut, khawatir, semua menjadi satu.
Lisa kembali termenung di balkot kamarnya hingga malam, tiba-tiba sebuah notifikasi pesan masuk terdengar, membuat dia harus mengalihkan pikirannya.
Lisa menyalahkan ponselnya, di sana terpampang nama Dev.
[Beristirahat lah, jangan begadang, nanti kamu bisa sakit, tidak perlu banyak berpikir, semua akan baik-baik saja percayalah padaku.]
Lisa terkejut membaca pesan panjang yang di kirim Dev, dia bingung bagaimana laki-laki itu bisa tahu kalau dirinya tengah cemas.
Lisa menyisir pandangannya dari balkot tempat pavoritnya, dia memandang seluruh halaman kostan.
Benar saja dugaannya, di sana ada sebuah mobil terparkir, dan ada seseorang yang tengah berdiri memperhatikan nya, siapa lagi kalau bukan laki-laki yang baru saja mengirim nya pesan.
[Ini adalah pernikahan pertama ku, wajar kalau aku merasa cemas, apa lagi kita belum begitu mengenal.] balas chat Lisa.
[Kau pasti akan mengenaliku, tidak perlu cemas.] balas kembali dari Dev, yang masih memperhatikan nya dari halaman.
[Baiklah, aku mau istirahat, sebaiknya kau pulang,] usir nya.
[Selamat beristirahat, aku akan pergi setelah melihatmu masuk.] Setelah memastikan, Dev pun pergi meninggalkan kostan calon istrinya.
Lisa duduk bersandar di headboard ranjangnya, menatap langit-langit kamar.
Menikah dengan orang yang di cintai adalah impian setiap wanita, sedangkan dirinya harus bersama dengan laki-laki yang baru dia kenal, membuat hatinya merasa berat menjalani pernikahan itu, namun dia sudah memilih dan tidak bisa mundur lagi.
"Semoga aku tidak salah mengambil keputusan. Kak! apa kau sudah melupakan ku? Dimana kau sekarang?" Air mata Lisa meluncur tanpa di minta, tatkala ia mengingat kembali seseorang yang selalu mengisi hatinya.
Malam terasa cepat bagi Lisa, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi, matanya sembab karena semalaman menangis.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu, menyadarkan nya dari lamunan, dengan gontai Lisa menyeret langkahnya untuk membukakan pintu.
"Maaf mengganggu mbak, saya datang untuk merias mbak Elisa." ucap wanita itu merasa ragu, karena melihat mata Lisa yang sembab.
"Masuklah." Lisa melangkah masuk bersama dua orang MUA.
Lisa di bantu berias. Setelah dua jam akhirnya selesai, wajah Lisa yang memang sudah cantik alami semakin mempesona, di tambah kebaya mewah membalut tubuh indahnya, membuat penampilannya nampak berbeda hingga siapa pun yang melihat tidak bisa mengenalinya.
Ketika Ryu datang untuk menjemput Lisa, dia pun merasa tercengang menatap calon istri sepupunya, yang tampak berbeda dari sebelumnya.
"Wow, pantas saja Dev itu takluk padamu." Lisa tidak merespon pujian Ryu.
Seorang Ryu yang terkenal player suka memilih wanita sampai begitu terpana melihat Lisa, kalau bukan calon istri sepupunya mungkin Ryu akan mendekatinya.
Melihat Lisa tidak merespon ucapnya, Ryu langsung mengajaknya pergi.
"Ayo kita berangkat sekarang, atau Dev pasti akan membunuh ku kalau sampai kita terlambat, dan membuatnya menunggu." seloroh Ryu.
Mereka berdua memasuki mobil, Lisa sudah duduk di kursi penumpang, tidak ingin berlama-lama Ryu langsung membawa mobilnya menuju tempat acara pernikahan.
Mobil mulai membelah jalan, untung nya tidak begitu macet hingga tidak membuat Ryu sulit, sepanjang perjalanan mereka berdua terus terdiam.
Sejenak tak ada obrolan di antara mereka, tiba-tiba suara Ryu memecah keheningan.
"Kau hebat, bisa menaklukkan hati Dev, setahu ku tidak mudah mendapatkan hatinya, bahkan tidak ada satu pun wanita yang bisa meluluhkan nya, selain dirimu," puji Ryu. Namun Lisa masih terdiam tidak menanggapi.
"Kau tahu? Dev terlihat sangat bahagia, dan aku baru pertama kali melihat nya seperti itu, tolong jaga dia ya?" ucapnya lagi, sambil melirik spion memperhatikan calon istri sepupunya itu.
Lisa ragu untuk menjawab, karena dia tidak yakin bisa menjaganya apalagi membuat Dev bahagia, dia hanya tertunduk sambil meremas kebaya yang dia kenakan tangannya begitu dingin karena merasa tegang.
"Kenapa diam saja? dari tadi tidak menjawab pertanyaan ku? apa kah kau sedang sariawan?" ledek Ryu berharap bisa mengikis kecanggungan Lisa.
Lisa mengangkat wajahnya menatap ke arah Ryu, dia tersenyum tipis.
"Maaf." hanya satu kata yang di ucapkan, tepat di saat mobil Ryu memasuki halaman kantor urusan agam, tempat pelaksanaan pernikahan mereka.
Di sana Dev sudah menunggu dengan setelah jas berwarna putih senada dengan kebaya yang di kenakan Lisa.
Dev membukakan pintu mobil dan mengulurkan tangan, Lisa langsung menggenggam nya, mereka berjalan beriringan dengan tangan saling bertautan.
Dev merasakan tangan calon istrinya yang terasa dingin. "Jangan cemas aku di sini." bisik Dev untuk menenangkan ketegangan Lisa.
Tak ada undang selain Ryu sepupunya sebagai saksi, dan di pihak Lisa tidak ada sama sekali, dia bahkan tidak berani mengabari bibinya, yang tidak pernah perduli padanya, ataupun sahabatnya.
Dengan di wakili wali hakim sebagai wali nikah, acara pun di mulai, lantunan doa dan beberapa nasehat di berikan oleh penghulu.
Ketika ijab kobul di ucapkan oleh Dev hati Lisa berdebar, ada tetesan kristal bening di ujung matanya, saat terucap kata sah bersahutan,
Lisa merasa sedih, mengingat mendiang kedua orang tuanya.
'Ayah, ibu, andai kalian di sini.' ucapnya dalam hati.
Dev mengulurkan tangannya dan Lisa pun langsung meraih tangan suaminya, menciumnya dengan takzim, dia menerima Dev sebagai suaminya.
Mereka saling memakai kan cincin yang sudah di persiapkan, Dev mengecup kening Lisa singkat.
Setelah acara selesai, mereka bertiga meninggalkan kantor urusan agama.
Hari ini Ryu menjadi sopir kedua pengantin baru itu. Lisa duduk di samping Dev, tapi sepanjang perjalanan pandangan nya hanya melihat ke arah kaca samping melihat pemandangan jalan raya.
Melihat sepasang pengantin baru, yang terlihat canggung, Ryu berusaha menggoda untuk menghilangkan kecanggungan mereka.
"Ehem." Deheman Ryu, tidak mengusik keduanya, "kalau malu karena ada aku, anggap saja aku ini tidak ada." ujarnya seraya melirik spion.
Dev tidak menjawab, hanya menendang kursi kemudi yang berada tepat di hadapannya tanda protes.
Lisa sesaat mengalihkan pandangan ke arah Ryu lalu kembali menatap jalan.
"Kakak ipar tidak perlu malu, aku akan pura-pura tidak melihat kalian." ucapnya lagi masih ingin menggoda kedua pengantin yang terlihat kaku itu, Ryu mengabaikan protes dari sepupunya.
Akhirnya Dev angkat bicara, karena Ryu tidak menggubris peringatan nya.
"Kenapa sekarang kau mulai cerewet? Apa ketularan para wanita mu? Lebih baik kau diam atau kau mau ku kirim ke pesantren?" ancamannya begitu mengerikan bagi Ryu.
Ryu bergidik ngeri membayangkan ucapan sepupunya, karena Dev tidak pernah main-main dengan ucapan nya.
Ryu adalah laki-laki pencinta dunia malam bagai mana nasibnya kalau sampai harus masuk pesantren.
"Bisa kita ke kostan ku? Aku mau mengambil barang-barang." Lisa menjadi penyelamat Ryu, membuat Dev melupakan ucapan nya.
"Kau dengar, kita ke kostan El terlebih dahulu," perintah Dev.
"Siap big bos." Ryu mengangkat tangan nya, seraya memberikan hormat, dia langsung menuruti perintah sepupu sekaligus bosnya itu.
Tidak lama berkendara sampai lah mereka di kostan Lisa, Dev ikut masuk, untuk pertama kalinya dia melihat kamar istrinya, Dev ingin membantunya berkemas tapi Lisa menolak karena tidak banyak barang yang di bawanya.
Ryu langsung mengambil barang-barang milik Lisa, saat mereka keluar, dan memasukkan nya ke dalam bagasi belakang, setelah itu kembali mengemudikan mobilnya, menuju kediaman Dev.
Sepanjang perjalanan Lisa tak henti-hentinya menatap kagum. dia baru tahu ada pulau buatan di tengah-tengah kota jakarta, pemandangan luar biasa yang baru di lihatnya, hingga tidak sadar mereka sudah sampai di sebuah rumah yang begitu mewah.
Rumah tiga lantai bergaya estetis, bernuansa tropis modern, dengan pemandangan Laut dan akses langsung ke pantai terpampang di hadapannya, dan bukan hanya itu di sana juga da dermaga pribadi milik suaminya, membuat Lisa terperangah.
"Masuk lah, ini sebenarnya hanya rumah peristirahatan ku, dulu sewaktu aku tinggal di London aku sering sekali kesini untuk liburan, karena aku sangat suka nuansa pantai, jika kamu tidak suka kita bisa membeli rumah baru," jelasnya panjang kali lebar.
"Tidak perlu, aku sangat suka tempat ini," jawab Lisa cepat.
Saat mereka masuk Lisa dan Dev di sambut oleh dua orang wanita beda generasi.
"Selamat datang mas, mba." ucap wanita yang usia nya kira-kira di bawah Lisa.
"Silahkan masuk neng," sambut wanita paruh baya menimpali.
"El, kenalkan ini bi imah dan putrinya ami, mereka yang mengurus rumah ini," jelasnya memperkenalkan.
"Salam kenal Bi imah, ami, saya Elisa, kalian panggil saja Lisa," dia menyalami keduanya.
Setelah berkenalan, Dev membawa Lisa ke lantai dua. "Ayo aku antar kamu beristirahat, kamu pasti lelah."
Dev menaiki anak tangga menuju lantai dua, tepatnya menuju kamar utama, Lisa mengikuti suaminya memasuki kamar bernuansa putih dengan aksen hitam yang terkesan maskulin.
"Beristirahatlah, biar nanti bi imah yang membereskan barang mu," setelah mengantarkan, Dev keluar kamar, kembali ke lantai bawah menuju ruang tamu, di sana Ryu tengah duduk sambil menikmati secangkir kopi.
"Pengantin baru ko malah keluar?" tanya Ryu kembali menggoda, saat melihat Dev yang ingin menghampiri nya.
"Emangnya ada larangan?" tanya Dev sambil menyorot tajam, dia kemudian duduk di sebelah Ryu.
"Emang gak ada sih, tapi kebanyakan pengantin baru itu, senang menghabiskan hari di kamar," ucapnya sambil menaik turun kan alisnya memberi isyarat.
"Ya sudah sana kamu cepetan nikah? Jangan main-main terus, mau sampai kapan kamu seperti ini?" kini giliran Dev yang memprovokasi.
"Ko jadi gue?" Ryu merasa tidak terima di pojokkan.
"Ya lalu sampai kapan kamu tidak mau nikah? apa kau masih menunggu keyla?"
"Gak usaha bahas dia lagi, gue mau balik dulu."
Ryu bangun dari sofa hendak beranjak, enggan membahas wanita yang sudah menyakiti hatinya begitu dalam.
"Ryu ... Terimakasih." ucap Dev, menghentikan langkah sepupunya.
Ryu pun kembali membalikkan badan dan mengacungkan jempol, sebelum dia benar-benar meninggalkan rumah Dev.
****
Happy Reading.

Komentar Buku (165)

  • avatar
    Sri WaniPrinja

    Suka Dangan ceritanya. lanjut kak ceritanya... jangan digantung endingnya kak.

    14d

      0
  • avatar
    RJT

    kakak

    01/08

      0
  • avatar
    harnumici

    cerita ny sangat bagus

    27/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru